15. Hati-Hati Pada Cinta

52 7 2
                                    


Part 15 hadir, semoga selesai sampai akhir, AAMIIN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Part 15 hadir, semoga selesai sampai akhir, AAMIIN. Selamat membaca, semoga hari ini suka📖

update double‼️

📿📿📿

Hanum, perempuan itu terduduk lemas saat tiba di rumahnya. Dia menyandarkan tubuh pada sofa; sambil membuka jarum pentul yang melekat di kerudungnya. Perempuan itu menatap sekitar —bundanya pasti tengah beristirahat di kamar.

Melihat jam yang menempel di dinding, Hanum menghela, sudah pukul lima sore. Untungnya dia sudah sholat terlebih dahulu di sekolah.

“Assalamu'alaikum – mbak?!” Suara Omar mengejutkan, remaja itu langsung duduk di samping Hanum, setelah mengeluarkan suaranya yang heboh.

“Wa'alaikumussalam. Kenapa sih, Omar?”

“Mbak, aku mau tanya! Mbak harus jawab jujur. Cowok yang waktu itu ketemu sama kita di taman, siapa? Maksudnya, kenapa mbak kaya deket?”

Hanum sedikit mengerutkan dahi. Dia menjawab setelah selesai menguap. “Muridnya mbak.”

Omar menepuk jidatnya, sembari menghela nafas. “Mbak suka sama dia?”

“Hah?”

“Mbak nggak budeg, omongan aku juga jelas. Jawab yang bener!” Omar terlihat sungguh-sungguh sekarang.

“Tanya apapun, tapi jangan tanya soal itu. Apa pentingnya lagian?” Hanum tetap berkata santai, tanpa meninggikan suaranya.

Omar mengerang disana. Remaja berambut gondrong itu sampai turun ke sofa sambil merengek.

Tingkahnya benar-benar seperti anak kecil yang meminta jajan. Hanum sampai kesal melihatnya.

“Mbak, Omar tuh kenal sama dia. Namanya Ali kan? Omar sering ketemu di tempat balapan, dan dia sering ikutan. Terus dia pernah nolongin Omar pas ikut tawuran, dari situ kita makin kenal. Tapi Omar nggak tahu, kalau dia muridnya mbak–”

“Tawuran? Kamu ikut tawuran, hah? Kena kan kamu! Mbak bilangin bunda deh!”

“Mbaaak, kita bukan lagi ngomongin itu! Tapi ngomongin hubungan mbak sama bang Ali. Jangan mengalihkan pembicaraan deh!”

“Kemarin Omar ketemu juga sama bang Ali, dia lagi ngobrol sama seseorang. Terus orang yang ngobrol sama bang Ali, marah-marah, sampai lempar botol anggur. Aku yakin, pasti lingkungannya nggak bener. Mbak jangan deket-deket deh sama dia. Bahaya!” lanjut Omar, menjelaskan dengan menggebu.

Hanum menyentil kening Omar cukup keras, membuat lelaki remaja itu mengaduh.

“Mandi sana!” Kemudian perempuan itu beranjak pergi, meninggal Omar yang masih penasaran.

"Nikah Yuk!" √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang