HAI GUYS! INI JADI PART TERAKHIR KISAH ALI DAN HANUM. SEBELUMNYA, AKU UCAPKAN TERIMAKASIH UNTUK KALIAN YANG BERSEDIA VOTE😺♥️Maaf karena belum bisa menghadirkan cerita yg baik dan bagus, semoga kalian tetap berkenan hadir di lapak plupviophile- yang meskipun karyanya ga sekeren penulis lain.
Menulis ini adalah hobi aku, jadi kalau semisal ada yg suka sama hasil tanganku. Aku akan senang sekaliii(〃゚3゚〃)
Btw ternyata aku bisa bikin sesuai target juga, huhuhu (〒﹏〒) Ini adalah hari terakhir ramadhan di tahun ini, dan kisah Ali-Hanum pun berhenti disini
Oh iya, karena esok dah lebaran, taqaballahu minna wa minkum yaa teman-teman. Aku mengucapkannya lebih cepat hwhwhw😀
Dan untuk part terkahir ini, maaf kalau tidak memuaskan:"
Sudah, cukup disini, selamat membaca part akhir dari cerita mereka👋📿
•
•
•
_____
Pada tanggal 30 bulan Oktober 2020. Terlaksana lah sebuah pernikahan sederhana. Mereka yang sama-sama memiliki cinta, mulai menjadi pasangan yang sesungguhnya saat itu.
Muhammad Ali Elvern dan Hanum Shaima. Dua insan yang Allah persatu kan dalam ikatan pernikahan.
Sorak bahagia serta canda tawa mengudara. Bukan hanya dari para tamu, namun juga dari dua insan tersebut yang baru saja melangsungkan pernikahannya. Mereka lebih bahagia dari apapun.
Selesai acara, Ali mendatangi seorang wanita- yang saat itu, sudah menjadi mertuanya. Disana, pemuda tersebut menyalami punggung tangan seorang ibu; yang telah melahirkan seorang perempuan, yang kini telah sah menjadi istrinya.
Ali duduk di lantai, sedangkan Alya tengah duduk kursi- menyaksikan menantunya yang tengah di lingkari haru.
"Terimakasih bunda. Terimakasih sudah mengizinkan anak perempuannya menikah dengan Ali." Adalah kalimat pertama yang keluar dari bibirnya, setelah beberapa menit lalu baru selesai dari tangis.
"Terimakasih sudah melahirkannya dengan tulus. Sudah merawat serta mendidiknya dengan baik. Sekarang, semuanya menjadi tanggung jawab Ali." Jeda sejenak, lantaran Ali mendongak guna menatap ibu mertuanya. "Doakan Ali juga bunda, supaya bisa jadi imam yang baik, sesuai harapan bunda."
"Bunda, anak perempuannya Ali ambil ya."
📿📿📿
•
•
•
Bastian termenung, matanya berulang kali memastikan pada papan namanya. Tak pernah terpikir sedikitpun di benaknya tentang hal seperti ini.
Saat semua orang sudah pergi, saat langit mulai sore. Bastian datang pada tempat rumah terakhir Ali. Ia berjalan lesu dengan wajah yang tak percaya. Awalnya, saat mendapat kabar tentang a
Ali, ia pikir hanya lelucon. Meski kini sudah tahu, Bastian masih tidak menyangka.Lelaki itu terduduk lesu. Matanya memerah- lantaran tangis yang sedari ia tahan tak mau di keluarkan sukarela.
"Li ... lo ngapain disini?" Bastian meracau pelan. "Istri lo, gimana sama dia? Kenapa ninggalin gitu aja?" tambahnya dengan suara serak.
"Dua hari lalu lo ketemu mami gue ya Li?" Bertanya pun, Bastian tak akan mendapat jawaban.
Ia terkekeh. Hatinya terasa sakit, padahal Bastian tak ingin merasakan hal itu. Ia tak ingin menangisi Ali, tak ingin merasa kehilangannya.
"Mami gue udah ngasih pujian Li. Dia bilang, gue hebat." Meski pelan, terdengar isak tangis mulai keluar.
"Itu yang lo mau denger waktu itu kan? Sekarang gue ngasih tahu- tapi kenapa lo nggak respon?"
Bastian menunduk. "Sorry buat semuanya."
📿📿📿
•
•
•
____
Satu minggu telah berlalu:
Jika harus menerima, Hanum juga menjadi orang yang tak bisa melakukan itu. Untuk ikhlas, Hanum merasa sulit. Gundukan tanah di depannya, membuat Hanum tak ingin beranjak sedikitpun. Ia masih mematung karena tak percaya - bahwa salah satu episode miliknya ternyata begitu menyakitkan.
Jiwanya di tempat, namun seolah raganya ikut pergi. Hanum masih merasa, Ali berada di rumah. Kemarin, masih banyak hal yang akan ia rencanakan, masih banyak hal yang belum ia ceritakan.
Hanum pikir, hari ini Ali akan mengajaknya jalan-jalan seperti biasa. Menjemputnya seperti biasa, memanggilnya dengan sebutan istri, membuatnya tertidur dengan lantunan menenangkan, atau membantunya di dapur untuk masak.
Namun, semua itu hanya pikirannya kemarin. Hari ini, Tuhan mempertegas dirinya tentang perginya Ali. Tentang pikirannya yang terlampau banyak berharap pada 'hari esok'.
Sekarang, Hanum harus bagaimana? Mengapa rasanya melanjutkan perjalanan tanpa Ali terasa sulit?
"Aku nggak ikhlas ...."
Tidak mau menerima, pada kenyataan yang terjadi padanya. Pada kepergian Ali yang tak akan kembali.
"Setelah ini, aku harus bagaimana Ali?"
Terlampau terbiasa dengan kehadirannya. Membuat seseorang yang tinggalkan, begitu sulit dan merasa tak akan bisa berjalan seperti biasa.
Hanum berdiri -sambil memegang payungnya. Ia berdiri di hadapan rumah terakhir suaminya. Menatap pilu dengan ribuan air mata yang tak bisa berhenti turun.
"Aku bahagia hidup bersama kamu selama 60 hari." Bibirnya mengucapkan dengan getir.
"Semoga kita bertemu kembali di surga."
📿📿📿
•
•
•
"Perahu kita kandas, karena kamu berhenti untuk berlayar."
~
"Jika tahu akhir denganmu seperti ini. Aku memilih untuk tidak mencintaimu."
_Hanum Shaima
_____
SELESAI
09 April 2024
Karya : plupviophile
penulishujan_
KAMU SEDANG MEMBACA
"Nikah Yuk!" √
Short Story[WELCOME TO MY STORY!] *** #02 puisi dari 73,5rb cerita 2024 "Bagaimana aku tidak jatuh cinta? Dia mulia dengan gamis panjangnya. Dia tetap menunduk seperti padi, meski ribuan orang melihatnya dengan suka. Dia membuatku meminta pada Allah untuk bisa...