20. Tujuh Pemuda

41 8 2
                                    

Alhamdulillah, sampai di 20

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alhamdulillah, sampai di 20. Semoga selesai sampai akhir, AAMIIN. Selamat membaca, semoga hari ini sukaa♥️🍃

📿📿📿
•••

"Aku akan terus mencintaimu layaknya nabastala. Selalu pergi mengikuti kemanapun jejakmu berlari"
–Pemuda Ali.

••••

Sepulang dari rumah Andre. Ali dan teman-teman lainnya berpisah. Karena tentu arah rumah mereka berbeda.

Sambil mengunyah permen karet, Ali mengendarai motor dengan kecepatan sedikit tinggi. Dia membelah jalanan dengan membuat sekitar bising oleh motornya.

Menuju belokan, Ali menggerakkan stangnya. Sehingga motornya pun berbelok dengan intensnya.

Hingga pada akhirnya, terdengar suara.

BRUG

Ciittt

Suara gesekan antara motor dan aspal terdengar nyaring. Beberapa orang yang melihat langsung menghentikan motornya dan membantu korban yang terjatuh secara tunggal.

Ali pun sama. Dia berhenti, melepas helm dengan sedikit rusuh, saat tahu, siapa pemilik motor tersebut.

Sedikit berlari, pemuda itu menghampiri Bastian, yang masih terduduk di atas aspal. Setelah motornya di bantu berdiri, oleh beberapa orang yang membantu.

“Dek, temannya kan? Ini langsung di bawa ke rumah sakit aja.” Salah satu warga berbicara.

“Iya pak, terimakasih bantuannya,” ucap Ali.

Lantas setelah itu, beberapa orang yang membantu langsung berpamitan pergi. Karena Bastian pun lukanya tidak terlalu parah dan hanya kecelakaan tunggal biasa.

Setelah di tinggal berdua. Ali dan Bastian saling diam. Kedua pemuda itu seolah masih berperang dingin.

“Bokap gue ternyata selingkuh.” Percakapan yang Bastian buka, membuat hening semakin menjadi.

“Dia udah selingkuh dari lama. Dia punya anak sama wanita lain.”

“Bukan cuman jadi ayah yang gagal, dia juga gagal jadi suami.” Kali ini, Bastian menoleh kepada Ali. Mata lelaki itu memerah, wajahnya lesu dan tampak tidak ada celah bahagianya.

“Gimana gua nggak iri? Di saat lo punya keluarga hangat, gua nggak. Di saat lo punya teman-teman tulus, gua nggak. Semua teman gua ... mereka munafik, nggak ada satupun yang  bisa terima gua.” Kalimat yang terdengar pilu itu, Ali rasakan bagaimana sakitnya.

"Nikah Yuk!" √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang