28. "Imam Terahirku."

36 4 0
                                    

Untuk part ini, selamat membaca teman-teman!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk part ini, selamat membaca teman-teman!

Semoga suka♥️📿


♡⁠(⁠>⁠ ⁠ਊ⁠ ⁠<⁠)⁠♡



“Nak Hanum, suamimu itu masih tidur?”

Yang di tanya menoleh, kemudian meresponnya dengan mengangguk dua kali.

“Habis shalat subuh tidur lagi umma.” Kemudian menjawab apa adanya. “Soalnya semalam begadang umma,” imbuhnya.

Utami menoleh— disertai ekspresi jahil yang terpampang di wajahnya.

“Ngapain begadang?” tanya wanita tersebut.

“Nggak ngapa-ngapain umma. Hanum sama Ali sama-sama nggak bisa tidur, jadinya malah begadang.”

Utami terkikik, wanita tersebut sembari mengolah ikan, berucap kembali. “Kirain lagi proses bayi kecil buat umma.”

Seketika itu juga, debaran jantung Hanum memompa kuat. Pipinya memanas tanda dari reaksi tubuhnya yang malu.

Inilah yang membuat Hanum terkadang tidak ingin pergi ke kediaman mertuanya. Pasti akan ada hal-hal yang di bahas, dan terkadang Hanum tak bisa meresponsnya seperti tadi.

Kemarin memang Ali meminta kepada Hanum agar mereka menginap sehari atau dua hari di rumah orangtuanya. Tiba-tiba sekali keinginan tersebut, dan Hanum hanya mengikutinya sebagai seorang istri.

“Ali baik sama kamu nak?” Pertanyaan kali ini terlampau enteng bagi Hanum untuk menjawabnya.

Bahkan tanpa perlu pikir panjang, Hanum akan menjawab iya. Namun lain lagi, Hanum malah menampilkan senyum bahagianya— yang membuat Utami paham dalam sekejap.

“Terimakasih sudah mau menerima anak umma ya nak,” ucap Utami lagi.

“Enggak perlu makasih umma. Hanum bahagia bisa bersama Ali.”

Utami menampilkan senyum saat melihat ke arah Hanum, kemudian kembali pada pekerjaannya.

Ia berkata, “Ali itu, waktu masih sekolah. Pasti bilangnya mau nikah terus. Awalnya umma benar-benar khawatir karena takut Ali kebawa sama hawa nafsunya. Tapi setelah umma teliti dan lihat kamu, umma punya keyakinan tiba-tiba, kalau Ali memang serius sama ucapannya.”

“Umma bahagia kalau ternyata Ali nggak salah ambil langkah. Umma juga bahagia, pilihannya jatuh pada perempuan seperti kamu.”

Tersentuh tentu saja. Hanum merasa berbunga karena mertuanya memuji dengan mudah. Dengan raut tulus dan bicara yang hangat.

“Kalau nanti Ali nyakitin kamu, jangan sungkan bilang ke umma ya? Karena dia yang mutusin buat menikahi kamu, dia yang mutusin buat jadi seorang imam. Kalau ada perilakunya yang buruk dan kamu tidak suka, tolong ingatkan Ali. Karena Ali juga manusia biasa.”

&quot;Nikah Yuk!&quot; √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang