02. "Rabb, Izinkanku Mencintanya."

95 10 4
                                    

Halo! Jumpa lagi kawand

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo! Jumpa lagi kawand

Part 2, semoga lancar sampai akhir, AAMIIN.
Happy reading. Semoga kamu suka♥️✨


"Ya Allaah, izinkan aku untuk mencintainya dengan ridho-Mu."_Pemuda Ali

📿📿📿

“Assalamu'alaikum, umma!”

Remaja lelaki itu berjalan menghampiri seorang wanita paruh baya yang tengah duduk sambil memegang Al-Qur'an di tangannya.

Ali mencium punggung tangan ibunya, kemudian jatuh di pipi tirus ibunya yang sudah memiliki banyak keriput.

“Wa'alaikumussalam. Tumben pulang, padahal mataharinya belum berubah jadi bulan, tuh!” sindir umma.

Ibunya berkata demikian, lantaran Ali ini sering pulang larut malam. Bermain sampai lupa waktu untuk makan dan bertemu kedua orangtuanya.

Ali menyengir, duduk di bawah, bersila di lantai—dengan sang ibu yang duduk di atas sofa.

“Umma, Ali mau nikah, boleh?”

Tidak pernah bosan, tidak pernah terlewat. Semenjak masuk sekolah menengah atas, lelaki ini sepertinya jatuh cinta bukan main pada seorang perempuan.

Setiap kali senggang, Ali akan selalu mengucapkan kata ingin menikah tanpa henti. Membujuk ayah ibunya untuk segera membolehkannya membina rumah tangga.

Umma Ali —Utami; mengusap kepala anaknya yang memiliki rambut lebat seperti sang ayah. Dia menyentuh penuh kelembutan.

“Memangnya siapa sih yang mau Ali ajak berumah tangga? Sampe ngebet gini anak umma.” Utami berkata lembut; mengeluarkan suara pelan.

“Kan Ali udah bilang, dia guru Ali umm.”

“Selisih umur kalian beda berapa tahun, memangnya?”

“Lima, umm.”

Utami langsung menghela, anak bungsunya ini kenapa jadi sering membicarakan perihal pernikahan? Apakah perempuan yang selalu Ali sebut itu sangat-sangat menerima putranya?

Kekhawatirannya sebagai sang ibu tentu beralasan. Dirinya takut, jika Ali hanya menyukai dalam bentuk hawa nafsu. Untuk seumuran laki-laki yang baru saja menginjak umur 19 tahun. Bukankah masih terlalu dini jika harus membicarakan pernikahan?

“Kamu yakin perasaan kamu ini bukan hanya nafsu semata, nak?”

Ali diam; belum mampu menjawab lebih tepatnya. Bagaimana lagi? Dirinya tidak tahu perasaan sebenarnya — hanya saja, ketika melihat perempuan itu, hatinya senang dan memiliki keinginan yang lebih untuk menjalin hubungan.

"Nikah Yuk!" √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang