Part 11: Palet Warna Putih

11 2 0
                                    

Gue gak bisa memahami dengan baik, sedekat dan se-akrab apa Zayn dengan Kiran? Kata Umi, Kiran baru mengunjungi rumah ini setelah lulus SMK. Apa enggak ada pengaruhnya sama sekali pada tingkat keakraban kedua sepupu itu?

Jika dilihat-lihat, mereka seperti satu tubuh, yang jika jarinya terluka, organ lain spontan ikut merasakan, entah itu terekspresikan lewat bentuk tangisan, bentuk ringisan, bentuk usapan, atau bentuk lainnya. Posisinya sekarang, Kiran sedang terluka, bersedih, dan itu gara-gara manusia yang terjebak di tubuh makhluk halus berbulu hitam ini. Hah ... Jadi manusia atau bukan, gue nyusahin mulu.

Kiran ngajak Zayn pergi keluar, katanya mau ngejelasin sesuatu, yang entah apa, sampai harus cerita di luar segala? Saat Zayn kembali usai menemani Kiran ke tempat ...--entah--Zayn justru kembali dengan perasaan yang mirip seperti Kiran.

Bahkan, isak tangisnya di sepertiga malam terdengar lebih dalam dan menyakitkan dari sebelum Kiran bercerita dengan Zayn. Pria murah senyum, ramah, dan santun itu begitu rapuh di hadapan Tuhannya. Dia merintih-rintih, merengek-rengek, meminta sesuatu.

Gue gak dengar jelas rintihan doanya. Gak sanggup liat Zayn dari deket. Ikut sesek hati gue. Dari jauh aja udah senyesek ini, apalagi kalau gue samperin. Zayn, apa pun masalahnya, semoga lekas membaik, harap gue.

Usai kejadian itu, Zayn--selain beberapa kegiatannya di kampus--dia pergi ke tempat lain, kemudian pulang setelah isya. Kadang-kadang Umi juga pergi menyusul Zayn, membawa makanan dalam rantang atau kotak makan.

Sedangkan gue? Cuma bisa berdiam diri di rumah dan ikutan gusar.

Suatu malam, gue pernah denger Zayn bilang, "Kenapa Umi gak bilang dari dulu? Minimal bilang pas Zayn pulang KKN. Kenapa disembunyiin sih Mi?" tanya Zayn dalam isak tangisnya.

Umi membawa Zayn dalam hangat peluknya. "Umi sengaja nunda waktu, ngasih tau Kiran supaya enggak dulu cerita juga sama kamu. Kamu, kan, masih cape abis kegiatan KKN. Belum lagi ada kegiatan lainnya lagi. Jadi Umi nunda, Sayang. Nunggu waktu yang tepat."

"Umi ...." Zayn kayaknya speechless.

Sudah satu minggu berlalu, semuanya masih berjalan sama. Entah sejak kapan rumah ini punya pengaturan membekukan suasana? Kehangatan di rumah ini rasanya pudar. Gue sering ditinggal-tinggal. Sekarang pun begitu. Kalau kayak gini terus, kan, gue jadi sering ngantuk, gumam gue dengan mata yang sudah sayup-sayup bersiap kuncup.

...

Mata gue berbinar saat menemukan cat air warna pastel dalam palet berwarna putih. Eh, ini palet mahal yang gue punya, kan? Kangen banget!! Gue loncat-loncat kegirangan sambil mengeong-ngeong senang. Sudah lama sekali gue gak bergelut dengan peralatan melukis. Soalnya Zayn sama Umi sama sekali gak punya hobi di bidang yang gue sukai ini. But, it's okay, sekarang rasa rindu gue yang menumpuk selama berminggu-minggu terbayar lunas.

Di depan sana gue ngeliat ada kanvas berbentuk lingkaran. Tanpa pikir panjang, saking excited-nya, langsung gue bawa ini palet ke deket kanvas sambil berlari secepat kilat. Udah gak sabar lagi! Gak peduli cat di paletnya banyak yang tumpah, karena akhirnya gue bisa menyentuh kanvas dan mulai melukis dengan cat seadanya.

Gue baru nyentuh warna yang udah bercampur gak jelas gara-gara gue bawa lari tadi, Zayn sama Kiran ngehampirin gue dan bergantian mengelus-ngelus.

Ah, gimana kalau gue tulis siapa gue sebenernya? Kalau kayak gitu, kan, Kiran sama Zayn gak akan sedih-sedih lagi!

"Aku ini Diandra loh!"

Sesuai dugaan, Kiran dan Zayn tampak kaget sekaligus senang saat mengetahui seseorang yang diharapkan, ternyata ada di dekat mereka selama ini. Kiran langsung mendekap erat, sedangkan Zayn sesekali mengelus lembut kepala gue. Dia juga kelihatan bahagia, karena sepupu kesayangannya udah gak sedih-sedih lagi. Wajahnya ceria, semringah, dan ada tawa di wajahnya.

Namun, sayang seribu sayang, semua itu hanya mimpi.

Rasanya gue gak pernah belajar dari kejadian-kejadian sebelumnya di alam mimpi. Kalau hal menakjubkan, di luar logika, dan selaras dengan ekspektasi semu, itu hanyalah mimpi. Bisa jadi hanya pancaran keinginan di dalam hati yang hanya bisa terwujud di alam mimpi, bukan kenyataan. Tapi, lagi-lagi gue terjebak, menganggap semua itu adalah kenyataan.

Di dalan tubuh seekor kucing ini, mana bisa gue nulis untaian huruf menjadi kalimat sempurna? Dalam otak mungil kucing ini tidak ada ruang untuk mengingat huruf apa pun. Isinya hanya mandi, makan, jalan-jalan, dan pup.

Sebentar, rumah sudah gelap begini, menjelang magrib, Umi dan Zayn ... Cklek, itu mereka! Baru aja mau ngedumel karena ditinggalin sendiri mana gelap-gelapan, eh mereka udah tiba duluan sebelum keluhan-keluhan gue lolos.

Gue langsung berisik ketika mereka sampai, mencoba mencari perhatian, sudah lama sekali tidak bermain dan bermanja-manja sama Umi, apalagi Zayn.

"Caper dikit boleh dong?"

"Umi cantik, Zayn ganteng, ajak aku main dong."

"Ajak aku keluar deh sama kalian besok. Kesepian tau di rumah!"

"Aku gak akan ngerecokin kok."

"Aku, kan, kucing yang kalem dan elegan."

Begitulah kata-kata yang gue ucapkan, yang hanya bisa didengar sebagai suara kucing semata oleh Umi dan Zayn.

Umi lekas menggendong gue sembari mengelus-ngelus. "Maafin kita, ya, kamu jadi ditinggal-tinggal mulu."

"Makanya, Umi bawa aku dong."

"Kamu cerewet banget hari ini, kangen banget, ya, sama Umi?"

"Kangen banget, Mi!" jawab gue dengan penuh keyakinan.

"Sekarang, kamu makan dulu, kita mau siap-siap buat salat magrib," kata Umi sembari menuangkan dry food ke tempat makan gue yang disimpan di area dapur.

"Siap, Mi!"

"Kira-kira kapan siumannya, ya, Mi?" Gue mendengar suara Zayn cukup jelas dari ruangan sebelah--ruang tv.

"Doain aja yang terbaik setiap saat, insyaallah, dia bakal cepet sembuh."

Siapa yang sakit parah, ya, sampai Zayn segalau itu? Apakah ini pertanda untuk menghentikan kekepoan ini dengan menemukan jawabannya? Fiks. Gimana pun caranya, besok gue harus ikut Zayn!!

***

Garut, 5 Februari 2024

Siapa yang ikut kepo?☝️

Thank for reading

Stay tuned terus yaa🥰🥰

Salam hangat, Author💐✨

I'm in Black (Cat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang