Di tengah pepohonan besar yang menjulang tinggi seakan menyentuh langit, gue melihat makhluk berbulu hitam berlari cepat ke tepi sungai yang deras usai menggerogoti tikus besar, besarnya seukuran anak kucing--gue sempet salah sangka tadi. Dia meneguk air sungai begitu cepat. Kalau gue liat-liat, kucing ini dalam keadaan yang teramat lapar dan haus. Entah sudah berapa lama dia tidak makan-minum. Tubuhnya lebih kurus daripada Moza--yang gue liat waktu berkaca.
BRUUSS!!
Kucing itu terkejut, badannya tersentak, lantas menoleh ke kanan-kiri mencari sumber suara.
Tunggu, itu wajahnya Moza!
"Tolong!" Gue denger suara orang minta tolong.
"To ... long. Se ... lamet ... tin ... gue!"
Sebentar, suara ini ... Diandra?! Gue, kan?!
Gue makin kaget lagi saat kucing hitam tadi ... ah, ya, Moza. Tiba-tiba dia melompat ke sungai. Tak ingatkah, kalau dia hanya seekor kucing?! Nekat sekali makhluk halus satu ini!
Moza berenang dengan susah payah menghampiri raga Diandra yang tercebur ke sungai. Walaupun arusnya tidak sebanding dengan tubuh mungilnya, dan tampak sedikit kesulitan, tapi Moza bisa mengatasinya dengan baik. Sepertinya dia sering menangkap ikan di sungai, makanya lihai seperti itu.
Dia berhasil menghampiri Diandra, tepatnya di bagian kaki. Dia bertahan cukup lama di sana, seiring arus membawa raga mereka mengikuti kehendaknya.
Moza ... dia ... apakah dia begitu karena mengenali tuannya?
Tatapannya sendu ...
Pelukannya erat ...
Moza ...?
Tubuh Diandra tersangkut di bebatuan tepi sungai, sedangkan Moza harus menerima hantaman arus sungai yang semakin kencang. Ia berusaha mempertahankan posisinya. Namun, tubuhnya kian lama kian melemah. Moza tidak kuat lagi. Hingga akhirnya ... Moza terseret arus dengan memeluk heels kiri Diandra yang ikut terlepas.
"Moza!" Gue memekik sekuat mungkin, tapi yang gue rasakan malah tubuh yang terperenjat dan mata yang terbuka.
Mimpi lagi!
Tapi ... yang gue liat di mimpi itu sungguhan?! Apa yang tadi itu ingatan Moza sebelum raganya dirasuki jiwa gue?
Kalau kenyataannya begitu, di mana raga gue dan di mana jiwa Moza saat ini?
"Moza, tumben banget kamu bangun jam tujuh pagi? Kamu sakit kah?" Umi meraba-raba kepala gue. "Tau kucing demam gimana, ya?"
Jam tujuh pagi!!
Parah banget sih ini! Rutinitas gue selama bertahun-tahun, gak berlaku hari ini?! Kenapa bisa?
Daripada ribut dan cemberut, gue lari ke kamar mandi, pengen cepet-cepet mandi. Hari ini, kan, gue harus ikut Zayn pergi!
...
Umi menyajikan dry food di tempat makan setelah mengeringkan bulu gue pake hairdryer. Biasanya, kalau Umi nuangin makanan, gue suka pengen buru-buru aja makan, gak sabar banget. Tapi, kali ini, selera makan gue rasanya ilang. Pengennya melengos aja ke tempat lain, tapi kasian Umi udah effort, mana makanan kucing mahal, kan? Sebisa mungkin harus dimakan, walau nantinya bakal ada sisa.
"Kayaknya kamu beneran sakit, ya, Moza? Kok gak seantusias biasanya?"
Mi, Moza gak lagi sakit kok. Cuma rasanya gak mood aja.
"Duh, Zayn udah pergi lagi! Umi gak bisa minta tolong."
"Apa?! Zayn udah pergi?!"
Umi kaget denger suara gue melengking. "Moza? Oh, apa mungkin kamu kesel, ya, karena sering ditinggalin sama Umi, sama Zayn?"
Aduh, maaf, Mii ... aku gak bermaksud bikin Umi tersinggung. Tapi, kalau kesel sih emang iya hehe.
"Maafin Umi sama Zayn, ya?" Umi menggendong gue, mengelus punggung gue dengan lembut. "Kamu pasti bosen di rumah terus. Nanti Umi ajak jalan-jalan deh."
"Bukan cuma jalan-jalan, Mi. Aku juga pengen ikut kalian. Tapi, gimana cara kalian ngerti kalau aku maunya ke arah situ?"
"Iya, Sayang. Nanti Umi bawa jalan-jalan, yaa ...."
Ah, sudahlah ... ini tandanya gue harus nyerah kali?! Bahasa manusia sama kucing beda banget. Gimana cara Umi bisa memahami perasaan gue kalau kayak gini?
Kalau kabur pun gak memungkinkan. Di dunia luar, tidak semua orang menyukai kucing. Bisa saja saat keluar gue malah disiksa atau dibunuh dengan sadis? Dunia terlalu berbahaya untuk makhluk kecil ini.
"Umi! Assalamu'alaikum!"
Suara Zayn!
"Wa'alaikumussalam. Lho, Zayn? Sudah pulang lagi?"
"Umi, Zayn mau cerita dulu." Ah, itulah kenapa Zayn sejak masuk rumah terlihat tergesa-gesa, tak sabar ingin menyampaikan sesuatu.
"Ada apa, ada apa?" tanya Umi penasaran.
"Umi, Zayn abis dari rumah Sri. Ngambil sepatu ini."
Sepatu itu!
"Sepatu?"
"Iya, Mi. Dulu, aku sama temen-temen nemuin Moza di tepi sungai lagi meluk sepatu ini."
"Kalau kayak gitu ... Moza ada yang punya dong, Zayn?"
"Bener, Mi. Dan coba Umi tebak, Zayn nemuin sebelahnya lagi di mana?" Zayn tidak terlihat sedih sama sekali saat mengatakannya. Ada apa ini sebenarnya? Apa jangan-jangan Zayn ...
"Di mana?" Umi yang penasaran tidak bisa menutupi rasa sedihnya akan kenyataan, kalau ia harus berpisah dengan kucing kesayangannya.
Katakan Zayn ....
"Di ruang inap Rara, Mi!"
Rara? Siapa Rara itu? Kenapa bukan sekali-dua kali gue denger Zayn nyebut nama Rara? Hubungan orang bernama 'Rara' sama heels gue apa? Apa jangan-jangan Rara itu ...
"Diandra?!"
Diandra ... Andra ... An ... Dra .... Otak seketika mengabsen nama-nama panggilan gue selama ini, dan ... Rara? Kenapa Zayn punya nama panggilan tersendiri buat gue? Apa Zayn dan Umi pernah punya hubungan yang cukup akrab sama gue ... atau sama keluarga gue?
"Iya, Mi. Di ruang inapnya Diandra ada sebelahnya lagi. Aku udah mastiin, kalau kedua sepatunya emang sepasang!"
"Kamu beneran, Zayn? Bukannya Mang Awi pernah bilang, kalau Diandra gak ngerawat Moza lagi? Diandra juga berpikir kalau Moza hilang, kan? Padahal kenyataannya ...." Umi menggantung ucapannya, dia malah menangis. Kenangan itu seperti badai mengerikan yang menikam hati Umi.
Kenapa? Ada apa sebenernya?
Gue gak pernah tau ada cerita ini di hidup gue. Bagaimana bisa semua ini terjadi tanpa sepengetahuan gue?
Apa itu semua terjadi pas gue masih kecil banget? Umur dua atau tiga tahun mungkin?
"Zayn juga gak tau pasti. Kita berdua tau, Rara lupa ingatan karena trauma berat."
Zayn ngomong apa sih?! Trauma ...?!!
"Lalu apa rencana kamu Zayn?"
"Zayn berharap, kehadiran Moza bisa bikin Rara siuman. Oleh karena itu, Mi, Zayn minta izin buat bawa Moza ke rumah sakit hari ini."
***
Garut, 9 Februari 2024
Kasih emoticon yang cocok buat part ini🙌
Author sih speechless!!🤯
Tidak bisa berkata-kata!🤐
asdfghjklqwertyuiopzxcvbnm
🙀🙈
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm in Black (Cat)
RandomSaat membuka mata, hatiku terguncang Mahakaryaku dilalap si jago merah Kembali membuka mata, tubuhku berbulu hitam dan berkaki empat Lantas aku bertanya, apa aku dikutuk karena setitik dendam yang membara di hati? Lagi, aku membuka mata, akhirnya k...