"Dengan ini, saudara Brama Wirawan dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup!" Pernyataan itu disusul dengan ketukan palu sebanyak tiga kali.
Akhirnya, pria itu mendapatkan hukuman yang setimpal atas segala kejahatan kotor yang sudah dia lakukan. Brama Wirawan is game over.
Di samping rasa lega ini, Ayah benar-benar mematung sempurna di kursi rodanya diiringi tetesan air mata yang berlomba-lomba membasahi pipinya. Selain kabar baik, peristiwa ini juga menjadi kabar buruk bagi Ayah.
Ayah terkena stroke ringan. Mau bagaimana pun, memang bukan hal yang mudah menerima kenyataan bahwa orang yang sangat dipercaya dan disayang sepenuh hati, justru merenggut banyak hal dari kehidupannya. Bahkan, berusaha menghancurkannya.
Ayah percaya Om Bram sepenuh hati, dengan jiwa-raganya. Dia bahkan lebih mengutamakan kakak angkatnya itu, yang tidak sedarah, dan menomor-sekiankan putri kandungnya sendiri.
Sejujurnya, diri gue ini pun masih ngerasa semua ini cuma mimpi buruk.
Sebelum ingatan gue kembali, Om Bram udah ngejalanin perannya dengan sangat baik. Sandiwaranya sungguh hebat ketika memperlihatkan sosoknya yang peduli, perhatian, dan penyayang.
Bukti-bukti yang ada di gudang itu rasanya seperti petir di siang bolong. Ingatan-ingatan yang hilang, seketika bertumpang tindih di kepala gue sama perasaan tak karuan karena ngeliat bukti-bukti yang udah Ibu kumpulin.
Rekaman suara, video, foto dan berkas-berkas kejahatan Om Bram, tersimpan rapi di kotak rahasia Ibu.
Dari apa yang gue liat di buku catatan itu, Ibu mulai mencurigai dan menyelidiki kejahatan Om Bram semenjak Tante Hanna, istri Om Bram, menceritakan perilaku KDRT suaminya secara diam-diam ke Ibu. Iya, mereka memang dijodohkan. Tapi, Tante Hanna yang cantik dan baik hati itu, harus menderita keguguran berkali-kali karena Om Bram hanya mencintai dirinya sendiri.
Om Bram, benar-benar definisi manusia b*jingan. Dia membunuh calon anaknya sendiri, berulang kali. Segala cara Tante Hanna lakukan buat mempertahankan calon anaknya, seperti menyembunyikan kehamilannya, tapi Om Bram lagi-lagi tau dan meracuni istrinya supaya keguguran. Ditambah lagi, manusia biadab itu tak segan-segan melakukan kekerasan fisik ke Tante Hanna, menjambak, memukul, menampar, dan menghajar tanpa ampun.
Atas dorongan Ibu, Tante Hanna berani untuk merekam kebiadaban Om Bram diam-diam. Sampai akhirnya, Tante Hanna menghilang, dan kemudian posisi Ibu terancam karena ketahuan menyembunyikan bukti itu.
Untungnya selama Ibu tidak mengeluarkan bukti itu ke publik, Om Bram tidak mencelakainya.
Akan tetapi, karena satu kejahatan itu, Ibu jadi penasaran dengan kelakuan-kelakuan biadab Om Bram lainnya. Ibu tak tinggal diam, dia terus melakukan penyelidikan, sekalian ingin mencari petunjuk tentang keberadaan Tante Hanna juga, begitu yang ditulis Ibu.
Bertahun-tahun Ibu tidak menemukan petunjuk apa pun. Sampai akhirnya Ibu memberanikan diri untuk menggeledah kamar Om Bram.
Alangkah gilanya, di sana, Ibu mendapati bukti dan kenyataan bahwa Om Bram memalsukan kematian Kakek dan Nenek, sehingga mereka terlihat meninggal karena penyakit. Namun, nyatanya, Om Bram telah sengaja memberi racun secara berkala dan menyebabkan Kakek dan Nenek meregang nyawa. Lebih mengejutkan lagi, Ibu mendapati fakta bahwa Tante Hanna sempat dimasukkan ke rumah sakit jiwa dan kemudian meninggal karena diracun seperti Kakek dan Nenek.
Aku masuk ke kamar Kak Bram pas dia ada dinas ke luar kota. Aku bener-bener terkejut ngeliat ada papan, seperti peta konsep, tapi isinya death note. Bukti-bukti pembunuhan jadi lebih jelas karena ada surat-surat komunikasi Kak Bram dengan orang-orang suruhannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm in Black (Cat)
RandomSaat membuka mata, hatiku terguncang Mahakaryaku dilalap si jago merah Kembali membuka mata, tubuhku berbulu hitam dan berkaki empat Lantas aku bertanya, apa aku dikutuk karena setitik dendam yang membara di hati? Lagi, aku membuka mata, akhirnya k...