Part 27: Kunci Gudang, Kunci Jawaban

7 0 0
                                    

Buah yang udah dipotong, gue biarkan tergeletak gitu aja di meja. Rasa 'ngidam' ngecampur-campur buah dan sayur buat di jus, udah kalah disalip rasa penasaran gue ke Mbok Nah yang kayaknya kenal banget sama Zayn.

"Non, biar jusnya saya yang bikin, ya."

Gue biarin aja, soalnya gue udah ngeluarin tiga  pertanyaan dengan selang waktu yang agak berjauhan, Mbok sama sekali gak jawab-jawab. Gue bales aja, diemin balik.

"Dulu, aku sama Zayn deket banget, Mbok?"

"Keluarga aku sama Zayn ada masalah apa emangnya?"

"Mbok pasti tau semuanya, kan?"

Sekian detik kemudian, jus yang Mbok buat udah jadi. Dia nyimpen gelas kristal di hadapan gue.

"Mbok, duduk dulu dong," pinta gue, lebih ke perintah sih nadanya.

Mbok Nah keliatan ragu-ragu buat memenuhi permintaan gue.

"Mbok ...?" tegur gue dengan nada bicara yang terdengar udah gak bersahabat. Refleksi tampang gue, yang gue liat di kaca kulkas juga gak ada ramah-ramahnya.

Melihat itu, Mbok mau gak mau akhirnya memenuhi permintaan gue buat duduk di kursi. Wajahnya tegang, mungkin takut kena semprot bokap?

"Gini. Mbok gak usah takut buat cerita. Ayah juga udah terus terang ke aku, kalau aku itu lupa ingatan gara-gara trauma berat," dada gue kerasa sesek lagi karena harus ngungkapin kenyataan pahit itu. "Ada ingatan yang kembali, Mbok. Tapi ingatan itu bikin hati aku sakit. Aku jadi inget, saat-saat di mana keluarga aku nyalah-nyalahin aku."

Mbok Nah yang duduk di samping gue lantas ngusap-ngusap bahu. Sekuat apa pun gue pengen keliatan baik-baik aja, air mata gue gak bisa diajak kerja sama buat gak turun pas bahasnya.

"Tapi ingetan lainnya belum bisa kembali. Termasuk kenangan-kenangan indah sama Zayn," gue mengembuskan napas sejenak. "Kalau kenangan soal itu balik, bukannya bakal jadi penawar duka buat Diandra, Mbok?"

Walaupun apa yang gue bicarain rasanya kurang terstuktur. Namun, Mbok Nah sepertinya nangkap maksud ucapan gue arahnya ke mana.

"Dari siapa Non tau kenangan sama Zayn itu manis?"

Skakmat! Gue gak expect Mbok Nah bakal nanyain itu. Ah, gue juga malah kelepasan ngomong soal kenangan indah sama Zayn. Selama jadi manusia gak ada satu orang pun yang bicarain soal ini ke gue sama sekali. Gak mungkin, kan, gue jawab, taunya karena pernah tinggal bareng Zayn pas terjebak di tubuh Moza?

"Aku pernah mimpi gitu, gak sekali-dua kali. Terus pas di mimpi sempet mikir, 'kayaknya pernah ngalamin ini deh'. Di mimpinya tuh, ada aku pas masih kecil sama anak laki-laki. Denger Mbok tadi ngomong-ngomong soal Zayn, aku nyangka kalau jangan-jangan anak laki-laki yang ada di mimpi itu Zayn," alibi gue panjang lebar, semoga gak keliatan blunder deh.

"Makanya Mbok, aku butuh banget klarifikasi dari Mbok."

Dari mimik mukanya, Mbok keliatan kayak sangsi gitu setelah denger alibi gue. Mungkin ada kalimat yang kedengerannya gak logis di pikirannya, entahlah. Meski begitu, Mbok gak nuduh gue apa-apa.

"Non Diandra, Bapak kemarin juga cerita sama Mbok Nah, kondisi kamu belum bener-bener stabil. Karena menurut Mbok, gak akan mudah nerima kembali ingatan yang sedih-sedih pas Non-nya udah lupa lama. Begitu juga soal Zayn ini," terang Mbok Nah. "Di sangkaan Non, bahkan di mimpi yang dateng, kenangan bareng Zayn itu indah, ya. Dan itu, memang faktanya. Sayangnya, hubungan antar keluarga udah gak sebaik dulu. Mbok takut, Non jadi kecewa."

"Gini aja, gimana kalau Non mulai ngenang masa-masa kecil di gudang? Tempat penuh cerita tentang Non Diandra bersama Ibu, juga Zayn, dan Moza, kucing kesayangan Non dulu?"

...

Sesuai saran Mbok Nah, gue pergi ke ruangan yang terletak di sudut bagian belakang rumah. Ruangan yang bisa diperkirakan dari luar, ukurannya cukup luas. Ibaratnya, kayak kamar gue sama Lean digabungin jadi satu. Gue lantas memegang knop pintu dan mencoba membukanya. Akan tetapi, pintu gudang terkunci rapat.

"Apa Ayah sengaja ngunci gudang, supaya gue gak nyari tau benda-benda bersejarah yang ada di sini?"

Daripada terus berspekulasi, akhirnya gue berjalan ke ruang kerja Ayah yang ada di ruangan depan. Hari ini Ayah kerjanya Work From Home (WFH), capek katanya abis lembur kemarin.

Gue mengetuk pintu setibanya di sana. Tak berselang lama, Ayah mempersilakan gue buat masuk. Rupanya dia sedang menyantap makan siang, sedang rehat sejenak dari pekerjaannya.

"Ayah, boleh Diandra tanya sesuatu?" tanya gue setelah duduk di kursi yang ada di sebrang kursi kerjanya Ayah.

"Soal apa, Dra?"

"Diandra pengen napak tilas kenangan dulu-dulu di gudang. Dari ingetan yang kembali, sebelum pindah ke ruang atap, aku sama Ibu suka ngabisin waktu di salah satu sudut gudang, kan?"

Ayah yang sejak tadi santai-santai saja, mau mendengarkan sambil nyantap makanan, mendadak berhenti setelah denger kata 'gudang'.

"Kalau boleh tau, aku bisa ambil kunci gudang ke ART yang mana?" tanya gue. 

Karena setau gue, ada beberapa ART yang punya tugas pegang kuncing ruangan 'penting' yang ada di rumah ini kayak gudang salah satunya; ruang kerja, ruang rapat, ruang pialanya Lean, dan kamar Kak Ana sama Kak Andre—yang seringnya hanya sebatas dibersihin dan dikunci—setelah mereka punya rumah masing-masing, itu semua dipegang sama ART yang beda-beda.

"Ayah takut, apa yang ada di dalam sana bikin kamu terbebani."

"Diandra siap kok, Yah. Apa pun resikonya."

"Gak ada yang pegang kunci gudang. Cuma Ayah yang bisa keluar-masuk gudang."

"Berarti kuncinya ada di Ayah?"

Ayah menggeleng pelan. "Justru letak kuncinya itu cuma Ayah, Ibu, dan kamu yang tau."

"Ayah tinggal kasih tau, kan? Diandra kan masih lupa ingatan."

"Oleh karena itu, Ayah gak bisa kasih tau."

"Ih, Ayah!" rengek gue. "Tinggal kasih tau Andra apa susahnya?"

"Anggap aja, selama mengingat letak kunci itu di mana, kamu juga lagi nyiapin hati buat mengenang semuanya."

"Ayah—"

"Ayah gak bisa kasih kamu toleransi. Ini juga demi kebaikan kamu."

"Ayah keras kepala banget deh!" rajuk gue sembari bersidekap di depan dada, berharap Ayah luluh.

Namun, bukan keluluhan Ayah yang gue dapet, Ayah malah ngusir gue. "Silakan Diandra, kamu bisa keluar sekarang."

"Ish, Ayah nyebelin!"

***

I'm in Black (Cat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang