kuil

125 16 0
                                    

Keesokan pagi nya aiden membangunkan Ian sebelum matahari terbit,
Aku yg masih mengantuk saat bertanya ke aiden dengan kebingungan, kenapa mereka harus bangun sangat pagi

"Kenapa kita bangun pagi pagi sekali?"

Aiden yang berjalan tergesa-gesa dengan langkah kaki nya yang dibuat ringan, menggandeng tangan ku sambil berkata dengan suara kecil seakan dia tengah bersembunyi dari suatu hal

"Kita harus keluar dari sini secepatnya sebelum orang orang itu bangun"

Tepat setelah Aiden menyelesaikan kata kata nya ucapannya benar-benar menjadi kenyataan Pintu kamar yg ada di sebelah kami terbuka dengan suara deritan yang nyaring, dibalik pintu yang terbuka itu perlahan terlihat seorang laki laki dengan tubuh kurus cekung yang memiliki banyak tatoan di setiap tubuh kurus nya.

Menampakan wajah pucat nya yang seperti kekurangan gizi dia berkata dengan suara suram seakan terganggu oleh sesuatu
"Aiden apa kau akan pergi bekerja!?"

Aiden menatap pria itu dengan wajah gelisah dan menjawabnya dengan ragu
"Iya kami akan bekerja kak"

Pria itu tampak Tidak terlalu peduli atas jawaban Aiden dan justru malah lebih tertarik pada kehidupan kecil yang bersembunyi di belakang aiden,
Mata pria itu pun tertuju menatap ian.

Dia tersenyum dengan cara yang  menyeramkan Lalu mendekat ke arah ian
"Anak manis siapa namamu"

Aku menatap nya dengan wajah tenang namun dengan perasaan jijik
Tubuhku membatu beberapa saat sebelum menyembunyikan diri dengan lebih mendekat pada Aiden

"Nama nya arian dia akan bekerja dengan ku sekarang"

tangan Aiden bergerak menutupi tubuh ku untuk menghalangi pria itu lebih mendekat, dia lalu menggantikan ku untuk menjawab dengan wajah yang terlihat sangat waspada, Pria itu lalu mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Aiden dengan perasaan jengkel

"Aku tidak bertanya ke pada mu "

"Maaf kak tapi ian anak yg pendiam"

Wajah nya jelas sekali menunjukkan dia tidak menyukai Aiden saat dia mencoba  memperpanjang perdebatan

"Oh benarkah??"

Dia menatap ku lagi dengan mata yang melengkung dan mendekat pada kami, Dia mengabaikan tangan Aiden yang menutupi tubuhku dan sedikit mendorongnya, saat tangan nya yang begitu lentik menyentuh rambut ku aku merasakan perasaan gelisah yang seperti menelan tubuh ku

"Tidak usah canggung mengerti anggap saja ini rumah mu sendiri"

Wajah Aiden menjadi semakin muram ini menakutkan aku sekilas merasakan aura yang tampak familiar darinya, Aku lalu mengangguk kecil menanggapi ucapan pria itu

Aiden yang  tersentak karena perilaku pria itu, segera menggerakkan tubuhnya untuk segera kabur dan pergi menjauh darinya.

"Maaf kak kami harus pergi bekerja"

.

.

Kami pergi ke sebuah kedai buah buahan yg ada di pasar tempat Aiden bekerja disana dengan membantu dan memindahkan keranjang buah.
Dia yang sedang bekerja di kejauhan meninggalkan ku duduk dipinggir jalan bersama pengemis yg seumuran dengan ku, dengan sebuah mangkok yg ada di depan ku.

'Dia bilang aku tidak akan bekerja bukan berarti aku tidak akan benar-benar tidak bekerja'

Salah satu pengemis yg ada di samping ku bertanya dengan agak ragu-ragu

"Bukan kah.....kau anak pak sen!?"

Apa, siapa dia apa dia kenal ayah!?

Saat memikirkan itu aku seakan teringat perkataan Aiden tentang ayah yang merampas uang beberapa pengemis yang ada didekat tokoh, seketika Terlintas sebuah pikiran.

Saint who looks like an angel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang