(arc forest of death )rencana yang gagal?

33 5 0
                                    

Darwis melangkah kan kaki nya untuk keluar dari air, baju yang dia gunakan sebelumnya telah terlalu hancur untuk dikenakan, banyak lubang dan goresan dari sisa pertarungan nya dengan ular raksasa waktu itu di pakaian nya.

sehingga dia memutuskan untuk tidak menggunakan nya lagi. Dia mendekat ke arah perapian dan mengeringkan tubuhnya yang basah dengan tetesan air yang berjatuhan di kulit nya.
Dia menatap ke arah Ian dan Senna yang sedang menyusun dedaunan untuk di jadikan alasan tempat tidur, mereka membawa daun-daun itu dari tanaman di sekitar luar gua. Senna dan Ian yang sedang bekerja sama sambil bercanda seperti itu terlihat sangat akrab di mata Darwis, dia menggertakan Gigi nya dan menunjukan wajah cemberut nya.
"Cara apa yang dia maksud sampai membuat Ian justru kelihatan lebih dekat dengan nya" memikirkan kembali ucapan Senna membuat nya semakin tidak nyaman "dia tidak berbohong pada ku kan" gumaman nya yang dingin itu sampai membuat aura di sekitar nya terlihat suram. mata nya menatap tajam ke arah Senna yang sedang dengan santai menyusun dedaunan didepan nya, Senna yang merasakan tatapan menusuk yang di tujukan kepada nya segera menatap balik orang yang menatap nya, melihat Darwis yang seperti nya sangat serius memperhatikan nya Senna mengira Darwis penasaran bagaimana cara dia mendekat kan dia pada ian, 'apa dia khawatir aku gagal?' Senna mengangkat jempol nya sembari tersenyum cerah menunjukan bahwa dia akan melakukan pekerjaan nya dengan baik. 'tidak usah khawatir aku pasti berhasil!!'

Melihat senyuman penuh percaya diri itu Darwis akhirnya menghela nafas, apa yang tadi dia pikirkan , elf didepan nya yang hanya ingin memanfaatkan nya agar bisa pulang tidak mungkin seberani itu untuk merebut Ian dari nya, mengingat bahwa hanya dirinya lah satu-satunya di sini yang bisa mengantar nya kembali.

Setelah menyusun tempat tidurnya Ian dan Senna kemudian berjalan ke arah perapian, daging yang sudah di panggang hingga matang sebelumnya mereka tinggalkan di dekat perapian agar suhunya tetap hangat, Darwis yang sendari tadi duduk di dekat perapian itu tidak menyentuh daging nya lebih dulu karena ingin makan bersama dengan Ian. Senna yang sudah sangat kelaparan kerena memuntahkan semua isi perut nya tadi, dia segera mengambil sepotong daging yang ada di hadapannya dan segera memakan nya
"Uwaaa aku sangat lapar"
Ucap nya sembari mengunyah daging itu di dalam mulut nya. Ian mengambil dua potong daging itu lalu kemudian berjalan ke arah Darwis, dia memberikan sepotong daging itu kepada Darwis lalu duduk di dekat nya dengan santai. Darwis yang melihat Ian telah berinisiatif mendekat lebih dulu merasa bahwa cara yang di katakan Senna itu mungkin telah perlahan bekerja padanya.

Ian memakan daging di tangan nya sembari menatap Senna yang sedang makan dengan lahap, merasa bahwa situasi nya sudah pas dia lalu membuka mulut nya untuk memulai percakapan dengan Darwis. Tanpa keraguan apapun didalam nya dia dengan santai bicara seakan hal yang dikatakan nya adalah hal yang normal "Anak itu, kurasa dia menyukai mu" ucapan santai nya itu membuat Darwis seketika merasa terkejut, dia mengerut kan keningnya 'kenapa Ian sampai berfikir begitu... Apa yang sebenarnya di lakukan nya'

Darwis lalu membantah ucapan Ian dengan nada Yang di pertegas
"Tidak mungkin, apa yang membuat Mu berfikir begitu"

Apa yang membuat ku berfikir begitu?....hmmm.
Ian kemudian mengingat kejadian saat Senna mendekat ke padanya untuk mengajukan bantuannya, Ian tentu saja menerima bantuan yang di tawarkan pada nya dengan ringan, karena dia kesusahan dengan banyaknya daging yang harus dimasak nya dia meminta Senna untuk membantu nya memasak berapa daging yang ada di samping nya, Ian meminta senma untuk terus membalik beberapa daging agar tidak menghitam dan gosong.

Disela-sela itu Senna selalu mengajak nya mengobrol untuk menutupi kecanggungan selagi memanggang daging tersebut, obrolan itu awalnya adalah obrolan normal tentang orang yang baru saja kenal seperti menayangkan "di mana kau tinggal" atau "apa yang kau suka lakukan?", itu normal sampai.....arah pembicaraannya perlahan berubah yang tadi nya hanya membicarakan tentang diri sendiri sekarang membawa nama orang lain kedalam pembicaraan mereka, itu bukan gosip yang menjatuhkan tapi lebih seperti pujian, anak itu selalu di setiap selah pembicaraan nya membicarakan Darwis, tentang dia tampan, dia kuat, atau dia baik.

Saint who looks like an angel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang