(arc forest of death )nasib buruk lain

25 2 0
                                    

Perjalanan itu kembali berlanjut dengan di iringi keceriaan di sepanjang jalan nya, Senna sudah mulai membaik dan tidak merasa terbebani lagi dengan ilusi sebelumnya, dia perlahan kembali tersenyum cerah dan tertawa girang.
Walaupun alasan dia tertawa kebanyakan karena berhasil menjahili Darwis.

Darwis tentu saja kesal, jadi dia juga terkadang membalas perbuatan jahil Senna, saat Senna berlari lebih dulu ke depan dan membuat jebakan untuk menjahili Darwis, Darwis membalas nya dengan berpura-pura hilang lalu mengejutkan nya dari belakang. Ian yang ada di tengah mereka berdua tentu saja juga ikut kena imbasnya dia hampir terjatuh ke jebakan yang Senna buat tapi untungnya di tangkap oleh Senna menggunakan sihir nya yang bisa mengendalikan tanaman di sekitar nya, Ian di tangkap dengan di lilit kan di akar tanaman merambat. Lalu saat Darwis membalas Senna dengan mengejutkan nya, Ian juga ikut terkejut dan membuat nya tersentak kaget, dia memegangi jantung nya yang berdegup kencang karena serangan Darwis yang tiba-tiba, Darwis menjadi panik saat melihat Ian yang seperti nya juga ikut terkejut, dia takut Ian akan marah karena kejahilan nya itu tapi untungnya Ian hanya menasehati nya untuk Jagan melakukan itu lagi.

'jantung ku akan lepas jika kau melakukan nya lagi' batin Ian sembari memberikan tatapan jengkel nya pada mereka berdua.

Darwis dan Senna terlihat sangat sedih karena Ian yang merasa jengkel karena perilaku mereka, Mereka berdua memasang wajah cemberut seperti kesal dengan satu sama lain.
"Kau mengerjaiku lebih dulu jadi kebanyakan itu salah mu" ucap Darwis.

Senna menggembungkan pipinya merasa kesal pada pernyataan Darwis, dia menerima bahwa itu Memeng salah nya tapi untuk menyalahkan dirinya sendiri dia merasa itu tidak benar, "kau yang berlebihan membalas nya, jadi kau yang lebih bersalah" ucap Senna.

Kedua anak yang sedang bertengkar dengan kilatan di anatara mata mereka yang saling menatap tajam membuat Ian menghela nafas lelah, dia memang tidak terlalu menyukai anak-anak karena mereka kekanak-kanakan, tapi terkadang ada beberapa saat ketika dia merasa senang dengan tingkah kejahilan mereka, kali ini dia merasa bahwa pertengkaran Darwis dan Senna agak terasa lucu bagi nya.

Ian membuat Senyuman singkat Di wajah nya sebelum merubah nya menjadi tawa, Darwis dan Senna yang saat ini masih berseteru tertegun dan menatap untuk melihat suara tawa orang di samping mereka. Garis yang membentuk sebuah senyum di wajah cantik nya yang agak memerah membuat kedua anak itu terpana dan menatap dengan kesan mendalam pada nya.

Seberapa banyak pun mereka melihat senyum dan wajah yang sangat gembira itu, mereka berdua merasa bahwa tidak akan pernah terbiasa melihat nya mereka selalu merasa bahwa ada nuansa yang menyenangkan ketika melihat anak itu bahagia.
"Ma... malaikat dia benar-benar Malaikat" gumam Senna.
"Kali ini aku mendukungmu....."
Balas Darwis dengan wajahnya yang sudah memerah dengan debaran jantung nya yang berdegup kencang.

Mereka berdua merasa bahwa jika anak didepan mereka bukan malaikat, itu pasti adalah keturunan dewa, cahaya yang di sebarkan nya seakan memberikan kehidupan bagi yang mendekat pada nya, Jika seandainya ada sebuah kultus yang menyembah orang di depan mereka, mereka akan menjadi pengikut paling setia di kultus itu.

Ian perlahan menghentikan tawanya dan menatap kedua anak yang seperti nya sudah berhenti bertengkar itu, dia tersentak ketika melihat kedua anak itu yang sedang menatap nya dengan penuh makna mendalam, dia mengubah senyuman nya menjadi kaku.
'tidak adakah anak yang normal di sini, ' batin Ian. Ian berfikir dia harus bergerak cepat dan menghentikan pikiran menyimpang anak-anak di depan nya jika tidak ingin ada masalah kedepannya.
Dia berjalan mendekat pada kedua anak itu untuk menarik mereka berdua keluar dari pikiran aneh mereka.
Ian belum melangkah kan kaki nya ketika Suara terpaan angin yang kencang terdengar terdengar di semua sisi nya, Ian merasa seakan ada angin kencang yang berputar di sekitar mereka, dia mengerut kan keningnya untuk melihat ke atas nya.
Karena keterkejutan nya pada benda yang mendekat padanya itu Ian menutup mata nya sebagai refleksi,
Dengan kecepatan yang sulit di tangkap mata angin itu menarik Ian dan membawanya pergi ke udara lepas dengan melingkarkan kan kaki cakar nya di pinggang Ian, seekor burung berbadan seperti kucing besar namun bersayap elang dengan cakar dan tanduk di beberapa bagian tubuhnya.

Ian membuka mata nya kembali untuk melihat Darwis dan Senna yang terkejut dengan mata membelalak di bawah nya, dia merasa matanya akan segera di banjiri air mengingat nasip sial yang selalu menimpanya.
Darwis dan Senna dengan cepat bergerak untuk mengejar ian yang terbang di bawa oleh Griffin kecil itu. Sebelum sebuah tinta hitam namun lengkap melilit ke tubuh kedua anak itu.

Senna dan Darwis awalnya memberontak karena lilitan yang di terima mereka, namun begitu tubuh mereka berdua melayang dan di tarik ke arah Ian terbang, mereka akhirnya menyadari kekuatan siapa kegelapan ini.
Ian yang menggerakkan tangan nya untuk menarik Senna dan Darwis ikut bersama nya menagis dengan rintihan kekesalan nya, dia menyumpahi nasib sial nya yang bertubi-tubi bergerak untuk membunuhnya.

Senna dan Darwis sadar walaupun anak yang sedang menagis itu seperti malaikat kecil, kekuatan nya tidak sedikit pun mencerminkan malaikat. Meski begitu mereka berdua ikut merasa sakit ketika melihat mata yang menitihkan air mata itu, Senna ikut menagis sembari berteriak memberi semangat pada Ian
"Huaaaaa!! Tidak apa-apa Mr,angel, aku akan menyelamatkan mu,!!!"
Darwis yang ada di samping Senna tidak bisa diam ketika melihat air mata yang jatuh itu, dia merasa kesal dengan burung sialan yang membuat Ian menagis, tapi bergerak sekarang bukan lah pilihan nya, Ian sepenuhnya terikat pada Griffin itu dan jika dia asal bergerak besar kemungkinan dia akan melukai nya, terlebih lagi, pertarungan udara bukan lah ke ahlinya karena dia tidak bisa terbang.
Darwis membuka mulut nya untuk berteriak agar Ian bisa mendengar nya "IAN, TETAP TENANG DAN TUNGGU SAMPAI BAJINGAN ITU TURUN, BUAT SEDIKIT JARAK DI ANTARA NYA SETELAH ITU, AGAR AKU BISA LEBIH MUDA MENGHABISI NYA!!!"
ian menatap pada Darwis dan mengangguk mengerti, sembari mengelap air mata di wajah nya.

Getaran yang datang dari benda yang di bawa terbang nya, membuat nya menatap sekilas pada sosok itu, anak yang menagis dengan tubuh gemetaran itu menarik dua orang anak lain dengan kekuatan nya, teriakan mereka bertiga yang saling menenangkan satu sama lain sangat memekakaan dan cukup untuk menarik perhatian monster di sekitar mereka.

Griffin itu memutar bola mata nya dengan malas, sembari menghela nafas merasa lelah, paruhnya bergerak seakan mengatakan sesuatu yang sangat rumit, ketika paruh nya berhenti bergerak sebuah aliran seperti air menyebar di sekitar nya, aliran itu meluas membentuk sebuah bola yang melingkar menutupi mereka bertiga, ketika ujung dari aliran itu berbenturan satu sama lain itu akan menghilang seketika dengan bunyi nyaring yang di keluarkan nya.

Ian menatap sekeliling nya dengan mulut terdiam namun mata yang masih menagis, seakan ada perisai tidak terlihat di antara mereka Ian merasa bahwa area di sekitar nya seperti terputus dari dunia luar. Ian mengerutkan keningnya dan berbalik menatap Griffin yang membawanya itu, "aku tidak tahu monster punya sihir!" Ucap Ian sembari menatap tajam pada Griffin itu.

Griffin itu diam selama beberapa saat seakan berfikir sejenak, dia lalu membuka paruh nya dan berkata
"Ilmu mu dangkal, ada monster yg bisa sihir" ucap nya dengan bahasa yang bisa dengan mudah Ian mengerti "bahasa manusia".

_______

Saint who looks like an angel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang