(arc forest of death )perpisahan

36 4 0
                                    

Anna dan Thadeus diikuti oleh prajurit rozine berjalan memasuki hutan kematian dengan ekspresi serius di wajah mereka, hutan kematian jelas bukan tempat untuk manusia biasa bisa bertahan, ini adalah hutan yang penuh dengan kegilaan di dalam nya, hutan suram dengan pepohonan Rakasa yang memiliki dedaunan yang menutupi langit-langit membuat nuansa di dalam hutan terlihat seperti kurungan yang hidup. Lingkungan lembab dengan bau yang sama familiar di hidung Anna, dia tahu dia akan kemari lagi tapi tidak secepat ini. Walaupun di dalam hutan ini ada beberapa bagian yang bisa di sebut zona aman, tempat itu belum tentu aman.
Jalan yang mereka ambil adalah Jalan yang disebut zona aman, namun masih banyak serangga beracun atau tanaman monster yang tersebar di setiap jalan. Itu karena wilayah yang ditinggali monster besar tidak bisa ditinggali oleh serangga kecil seperti mereka, sehingga tempat tempat kosong seperti ini akan menjadi rumah untuk bersarang bagi mereka.

'ini sudah ada sejak dulu, dan membuat tipis zona aman, jika ini terus dibiarkan tidak akan ada yang namanya zona aman lagi'
Batin Anna sembari membuka lembaran peta di tangan nya, memperhatikan segala titik merah yang ada di dalam peta itu dia lalu berkata " bekas sihir itu mencapai bagian timur....... !!!" Seakan terkejut oleh sesuatu, bola mata Anna tiba-tiba mengecil.

Thadeus yang memperhatikan itu, mengangkat alis nya dengan wajah dingin nya"ada apa" ucap nya

Anna berbalik menatap Thadeus dan dengan panik berkata"wilayah Ian berpindah, tepat di dekat wilayah suku kanibal dal berada!!!" Aku tidak memperhatikan nya sebelum nya karena tergesah-gesah ingin menyampaikan nya pada Thadeus.
Melihat Ian menghilang saja sudah membuat jantung Anna berdegup kencang dengan perasaan tidak nyaman di seluruh tubuhnya ditambah dengan ini dia merasa tubuhnya seakan mati rasa dalam sekejap. Kepanikan yang melanda nya membuat seluruh tubuhnya memucat dengan keringat dingin yang membasahi dahi nya.

Wajah Thadeus juga ikut menegang, bola mata nya menjadi gelap seketika dengan aura biru tua di dalam nya, dia terlihat seperti menahan amarahnya, saat dia berbalik dengan ekspresi kaku nya. "Kita...pergi ke suku itu terlebih dahulu" ucap nya yang membuat seluruh orang di sana merinding, kecuali Anna karena dia lebih mementingkan kecemasan nya pada ian.

Tubuhnya gemetaran dengan kulitnya yang memucat, keringat yang mengalir diantara dahinya membuat nya terlihat seperti akan pingsan saat itu juga. Dia menghawatirkan apa yang mungkin terjadi dengan nya. Suku kanibal yang ada di wilayah timur, walupun mereka tidak terlalu brutal dan punya ketenangan tersendiri tapi ketenangan itulah yang menyeramkan mereka bisa memangsa suku mereka sendiri jika itu dalam keadaan terdesak. Ian kecil yang tidak tahu apa-apa mungkin sekarang telah ditipu oleh mereka untuk masuk dengan sendirinya kedalam sebuah ranjau berduri.

Airmata putus asa perlahan menetes di matanya, yang harus disalahkan dalam situasi ini adalah dirinya, dia dengan asal meninggalkan Ian karena keserakahan duniawi nya. Dia berdoa dengan dengan tangan nya yang gemetaran dengan wajahnya yang tertutupi oleh air.
"Kumohon....kembali lah...Ian, guru berjanji akan memberikan apapun yang kau mau...."gumam nya dengan nada suara sedih.
__________________

"Uwaaaaa, tidak bisakah aku ikut dengan mu saja!!!!!!" Teriak Senna dengan memohon-mohon pada Ian.
Darwis yang terlihat akan menagis juga berkata dengan gemetaran
"Aku...aku juga!!! Aku ingin ikut pergi dengan mu......"ucap nya sambil mengalihkan pandangannya, menutupi wajahnya yang cemberut ingin menagis.

Beberapa saat yang lalu mereka berempat telah sampai ke daerah didekat perbatasan hutan, tinggal beberapa kilometer lagi mereka akan sampai ke desa itu. Bentuk desa tua dengan beberapa gedung tinggi terlihat di kejauhan, gurun tandus yang sangat luas tersebar di hadapan mereka.

Ian mengerutkan keningnya dengan ekspresi kesal dan Lelah nya bercampur
"tidak!, kalian harus pulang menemui keluarga kalian masing-masing!"
Ucapnya dengan tegas.

Kedua anak itu masih dengan jelas, bersikukuh untuk ikut dengan nya, namun Ian juga dengan jelas menampakan tidak ingin mengajak mereka.
Ian bukan nya tidak ingin membawa mereka dia memiliki alasan nya sendiri. Melihat wajah mereka berdua yang dipenuhi kesedihan karena tidak mau berpisah dengan nya membuat Ian agak terharu, dia lalu berfikir tidakkah mereka berdua bisa dimasukan ke dalam daftar 'anak baik' nya?.

Ian meletakan kedua tangannya di pundak derwis dan Senna,
"Ada alasan tersendiri kenapa aku tidak bisa mengajak kalian, ini akan agak merepotkan kalau aku mengajak kalian sekarang"
Aku tidak tahu bagaimana cara dunia ini bekerja dengan pasti, penduduk didesa itu mungkin saja tidak menerima ras yang berbeda dengan mereka. Rasisme adalah perasaan yang tidak mungkin hilang dari sebuah kelompok, aku telah melihat bagaimana bangsawan di kekaisaran sangat anti dengan rakyat dibawah mereka.

"Apa.....itu karena kami akan menjadi beban.." qdia merasa kan perasaan pahit karena penolakan yang Ian berikan.
Begitu juga Senna setelah mendengar ucapan Darwis ekspresi nya menjadi suram, bibir nya terangkat keatas menunjukkan kesedihan nya.

Ian juga menjadi kasihan pada dirinya dan mereka berdua, walaupun perasaan yang mereka tujukan pada Ian berbeda dengan perasaan nya sendiri, dia masih menggap mereka berdua adalah teman singkat terbaik nya saat ini.
"Itu memang benar, tapi ada alasan lain dibalik nya" ucap Ian berterus terang.

Kedua anak itu tidak mengharapkan Jawaban seperti itu dari Ian, mereka awalnya berharap Ian setidaknya berbohong untuk menenangkan mereka berdua. Tidak ada perkataan lain yang muncul setelah nya, hanya ada kesedihan yang mendalam di mata mereka.

Ian menghela nafas nya, dan menatap mereka berdua dengan lembut, sembari menunjukkan senyum hangat nya. "Aku sudah bilang diawal kan, hubungan ini tidak akan putus begitu saja" ucapan Ian itu menggetarkan Senna dan Darwis yang sudah memasang muka sedih, fokus mereka berdua telah sepenuhnya tertuju pada Ian, Ian yang perlahan mundur dan berjalan mendekati Griffin itu yang telah berubah menjadi manusia dewasa.

Dia dengan ekspresi malas nya, berubah menjadi Griffin kembali.
Ian menaiki nya dengan menginjak beberapa pijakan dari kekuatan gelap nya. Darwis tersentak dan tanpa sadar sedikit menggerakkan kaki nya untuk mengejar Ian, ketika dia sadar kembali langkah kaki itu terhenti dan membeku ditempat nya, hati nya menjadi remuk dan hancur, itu terasa sangat berat seperti ada ratusan atau ribuan serangan memakan habis tubuh bagian dalam nya. Apa yang dilakukan nya? Ian sudah dengan jelas menolak mereka. Kenapa dia tidak memikirkan kemungkinan terburuk bahwa dia ditolak, dia tidak tahu bahwa ditolak itu begitu sangat sakit seperti ini......

Ian yang telah menaiki grifin itu, menatap kedua anak yang telah membeku dengan wajah suram mereka.

Oh ayolah apa mereka tidak mengerti kisi-kisi yang kuberikan.

Ian lalu perlahan membuka mulutnya dengan ekspresi nya yang terlihat sangat tenang "hoooi, kalian bodoh atau apa, aku bilang hubungan ini tidak akan hilang begitu saja" ketika Griffin itu mulai merentangkan sayapnya untuk terbang, Ian lalu merubah ekspresi nya menjadi seperti menantang seseorang
"aku tinggal di kekaisaran Azriel, temui aku ketika kalian dewasa, pengakuan cinta kalian!! Aku belum mendengar nya kan!!!!!!" Teriak nya dari atas.

Darwis dan Senna yang sebelumnya suram dengan kepedihan di seluruh tubuhnya, memerah seketika. Kapan dia sadar!!? Itulah pertanyaan yang mereka ungkapkan.

Senna tidak bisa menahan perasaan senang nya yang datang tiba-tiba, dia menarik nafas besar melalui mulut nya, Lalau berteriak dengan suara yang agak serak
"Aku...aku akan menjemputmu, berjanjilah kita akan menikah ketika bertemu kembali!!!!!!!!"

Darwis yang ada disamping Senna juga tidak ingin kalah dari anak di samping nya, dia juga ikut berteriak dengan senyuman besar menampakan Gigi nya
"Bersiap lah dengan pakaian putih saat itu juga Ian!!!!!!!" Perasaan pedih yang dirasakan nya tadi perlahan menghilang dan diganti kan kesenangan nya.
'itu benarkan, aku saat itu membacanya dari sebuah buku'
Batin nya dengan agak malu.
Wajahnya yang memerah terlihat seperti sebuah tomat dari kejauhan.

Ian merasa ingin tertawa saat itu juga melihat tingkah tidak tahu malu kedua orang itu, dia tidak mengganggap itu dengan serius dan halnya mengganggap nya sebagai candaan anak kecil. "Aku akan menunggu~~~" balas Ian dari kejauhan dengan sedikit berteriak.










_________hitus bntr mau bikin novel baru🗿

♡⁠(⁠˃͈⁠ ⁠દ⁠ ⁠˂͈⁠ ⁠༶⁠ ⁠)

Saint who looks like an angel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang