1. Kesalahan

982 40 0
                                    

Jakarta, 2021

Tampak seorang pemuda dengan setelan jas rapi memasuki gedung perusahaan. Jam yang melingkar di pergelangan tangannya menunjukan pukul 8 kurang 10 menit. Menjadi seorang atasan, ia harus memberikan contoh yang baik kepada bawahannya, salah satunya adalah datang tepat waktu.

"Selamat pagi Bos Ervin" Sapa beberapa karyawannya dengan ramah.

Ervin, pemuda itu membalas dengan senyuman saja. Memang bos muda satu itu terkenal sangat dingin.

Begitu tiba diruang kerjanya, tak membuang banyak waktu lagi, Ervin mulai mengerjakan pekerjaannya.

Padahal, baru 2 bulan setelah kejadian itu dan Ervin sudah harus menggantikan perannya.

Bukan cuma dirinya sih, semua seperti berantakan kala mengingat satu kejadian yang sangat buruk itu. Membuat semua kacau. Bagi Ervin, itu kesalahan dari satu orang yang kini di bencinya.

Bagaimana bisa di usia yang menginjak 24 tahun ia harus menjadi Bos? Menggantikan Orang tuanya.

Buyar lamunan Ervin saat ada panggilan telepon.

"Ya hallo? Ini Ervin"

    "Ini gue Er, nanti minta tolong rapat dengan kolega bisnis papa yang baru ya. Gue mau revisian proposal nih"

"Hmm ya, jadi lo ke kampus kak?"

    "enggak, gue ke pantai. Ya iyalah ke kampus, sudah dulu ya. Dadah"

Ervin tersenyum kecil, memang akhir-akhir ini ia sangat jarang tersenyum. Bersyukurnya Ervin ia memiliki kakak yang sangat dewasa, super sabar, baik hati dan perhatian.

Yang tadi meneleponnya adalah kakak Ervin satu-satunya. Dia yang tertua, tetapi ambisinya menyelesaikan kuliah S3 nya membuat Ervin mau tak mau yang melanjutkan perusahaan.

Dan masih ada saudara-saudaranya yang lain tengah berkuliah juga, dan satu adik yang masih di bangku SMA.

Adiknya itu yang membuat semua perubahan ini. Ervin membencinya.

🏵🏵🏵

"Arzaka...akhirnya lo datang. Gue mau nyontek PR Matematika dong. Gue belum samsek nih. Gue gapaham" Ujar seorang teman dengan memelas.

"Kenapa lo ga telepon gue semalam? Kan bisa gue ajarin" ujarnya heran.

"Sumpah ga kepikiran, gue juga amnesia kalo menyangkut MTK" Tanpa menunggu lagi, si temannya itu mulai menyalin secepat kilat.

"Lain kali hubungi gue aja Ju, gue takutnya lo ga paham malah asal nyalin aja"

"Plis Ar, ini kepepet. Lo tau kan gue ga bego-bego amat" matanya seperti berlinang air mata.

"Iya Juandra, udah salin aja ga usah melas gitu" Arza mendorong wajah sahabatnya itu.

Arzaka senang saat ia bisa membantu temannya, terkadang ia berbikir menjadi baik hati itu tak ada salahnya. Ia pintar, dan senang hati akan membantu teman-temannya yang kesulitan. Salah satunya Juandra, temannya ini memang pintar di bidang lain, seperti bahasa inggris dan olahraga. Arza juga belajar dari Juan. Mereka saling membantu.

"Makasih Ar, gue udah kena hukuman kalo ga ada lo"

Sebenarnya, yang mengapresiasi betapa pintarnya Arza hanyalah di sekolah. Di rumah ia tak pernah menunjukan ini. Semua kakak-kakaknya akan diam dan cuek.

Arzaka sadar jika kebencian itu terjadi karena kecelakan beberapa bulan lalu. Dengan hati yang berat Arzaka menerima kebencian itu.

Amarah dari kakaknya sangat membekas di ingatannya. Salah satu kakaknya mengatainya pembunuh. Salah satunya lagi mengatakan anak sialan.

Kini, ia harus terbiasa. Menunggu hingga saat itu tiba ia akan bersabar. Semoga Tuhan masih memberikannya umur panjang.

"Arza lu sakit ya?" Juan pun menatap lekat wajah sahabatnya.

"Enggak, kenapa sih"

"Jangan melamun bego, kalo lu kerasukan nanti gue jadi pendeta dadakan gamau gue ruqyah lu"

Arza hanya tersenyum. Ia bersyukur masih punya Juan. Satu-satunya sahabat yang berpihak padanya. Selalu mendukungnya. Saat kecelakaan itu, Juan datang menjenguknya dan berkata "Tidak ada manusia di dunia ini yang bisa membaca takdir Tuhan."

Kata-kata itu cukup menenangkan. Meski dalam hatinya ia menyesali kejadian yang menimpa dirinya dan orang tuanya.

.
.
.

Enjoy the story ya guys, selamat datang di cerita baru aku 😁

Augmentum & CantileverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang