36. Keadaan Memburuk

418 35 7
                                    

Seluruh keluarga Keizaro kembali melaksanakan aktivitas setelah berlibur. Apalagi yang kuliah, setelah libur sebulan, kini mereka harus melanjutkan menuntut ilmu.

Katakanlah yang pergi di pagi hari ini Sevin, Sergio, Seano dan Arza. Meski keadaan Arza belum bisa dikatakan baik sejak kecapean karena perjalanan kemarin, ia tetap ingin ke kampus. Ia tak mau bolos di semester yang baru ini.

Karena si sulung belum bangun, Sevin dengan senang hati memasak untuk sarapan adik-adiknya.

"Maaf kalo kurang enak ya. Kakak ga pinter masak kayak kak Saga dan Ervin." Ucapnya sambil nyengir.

"Santai kak, yang penting kita bisa makan, ga diracun kan?" ucap Sean.

Pletak

"Makan ya tinggal makan Se" Sergio memukul pelan kepala kembarannya.

"Ini gue makan ya, sana lu, jangan liatin gue"

Sergio menghela napas lelah. Kembarannya memang seperti itu.

Sementara itu, Arza memakan makanannya dalam diam. Ia sedikit malas sarapan karena perutnya tak enak, tapi kakaknya sudah masak. Ia juga tak mau GERDnya kambuh karena telat makan.

"Arza ke kampus gimana? Berani bawa mobil?" Tanya Sevin melirik Arza yang masih makan.

"Sebenarnya belum berani. Gapapa Arza naik kendaraan umum aja"

Sergio menggeleng tanda tak setuju. "Jangan. Kalo lo kenapa-napa gimana? Bareng gue aja. Toh gue juga yang pake mobil lo"

"Jurusan kita jauh kak, nanti kak Gio telat"

"Sama gue aja. Ribet banget sih kalian. FEB kan deketan sama FSRD." Seano pun angkat bicara.

Sergio terseyum."Oke aman lah ya"

🏵🏵🏵

"Liburan lo gimana Ar? Masa ya ortu gue suruh nginep di rumah nenek gue yang di Bandung. Ya gue tolak. Mana mau njir di desa gitu." Juan bercerita saat mereka sudah bertemu didalam kelas. Masih sepi karena jam masin menunjukan pukul 6 lewat 40 menit. Masih sangat pagi.

"Bandung kan enak, dingin sejuk gitu. Gue dulu pengen banget Kuliah di Bandung. Tapi ga diizinin sama kakak-kakak gue"

"Ck ya meski enak tapi kalo tujuannya bukan seneng-seneng ya buat apa. Gue juga suka kok Bandung."

"Lo ga seneng ketemu nenek lo?"

"Gimana ya bilangnya. Susah jelasinnya, nenek gue tuh pilih kasih. Bangga-banggain sepupu gue yang kuliahnya di kampus ternama"

Arza mengangguk paham. Ia jadi ingat jika dirinya juga tak suka bertemu Omanya. Oh lebih tepatnya Omanya yang tak suka Arza.

"Jangan bilang lo cuma dirumah aja?"

Arza menggeleng "engga! Gue jalan-jalan kok. Ke puncak Bogor bareng kakak-kakak"

Juan mengernyit "Jadi mereka udah nerima lo? Ga lagi nuduh lo macem-macem atau marahin lo lagi?"

"Ya belum tahu, tapi untuk nerima gue udah"

"Wah gimana tuh ceritanya Ar? Kasih tahu gue dong. Kepo bener deh" Juan mendekatkan diri ke Arza memintanya bercerita. Tapi sayangnya dosen sudah masuk. Mereka pun fokus untuk belajar.

Arza jadi berpikir, apakah karena ia sakit parah makanya kakak-kakaknya baik? Jika ia tak sakit?

.

.

"Ervin...bangun ih lo mau ke Kantor ga?" Sagara membangunkan adiknya yang masih nyenyak tidur. Padahal ia sudah siap dengan balutan kemeja dan jas.

"Gue mau ngapain lagi ke kantor?" Jawabnya masih dengan mata tertutup.

Augmentum & CantileverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang