40. Akhir

380 31 30
                                    

I've learned a lot, it turns out ending something can be very hard

I hope you all enjoy it

.
.
.

Entahlah, meski waktu berjalan begitu cepat, tapi mereka cukup menikmatinya. Karena setiap waktu yang mereka lewati cukup bermakna. Mereka sudah melewati banyak hal yang menyakitkan, tiap harinya hanya diisi oleh perasaan saling membenci. Menyesal kini sudah menjadi bagian dari mereka semua tanpa terkecuali. Setelah ditimpa banyak masalah yang mengharuskan seluruh keluarga Keizaro menanganinya dengan hati yang berat.

Namun semua sudah sadar akan kesalahan masing-masing. Tak ada yang mengaku paling benar karena nyatanya mereka semua merasakan perasaan bersalah itu. Tak ada yang benar dari saling membenci, mengabaikan atau bahkan merasa paling tersakiti.

Sudah cukup waktu yang begitu panjang ini menyadarkan mereka betapa pentingnya saling memiliki dan menjaga yang masih tersisa.

Kini seluruh keluarga Keizaro berkumpul di salah satu pemakaman yang bagus. Pakaian serba hitam itu menjadi satu dengan suasana hati mereka. Ingatkan bahwa semua masalah yang terjadi, satu-satunya jalan damai adalah perasaan takut akan kehilangan.

Ada Opa Delvin dan Oma Amara disana, dan yang menangis paling histeris adalah Amara. Ia sangat menyesal. Kenapa ia biaa hidup dengan memendam rasa benci selama ini? Kenapa ia tak pernah sadar jika yang ia lakukan menyakiti cucunya.

"Oma sudah ya..." Sagara memegang Omanya yang terduduk. Amara menatap Sagara dengan mata yang basah.

"Oma hanya merasa jika kesalahan oma begitu besar. Apa yang selalu oma katakan itu menyakiti adik kalian. Tapi oma merasa perkataan oma lebih menyakiti Liam dan Ana. Sudah banyak waktu terbuang, tidak cukup hanya dengan kata maaf. Oma dilingkupi perasaan bersalah. Sagara, katakan pada Oma jika kedua orang tua kalian tidak marah pada oma"

Amara mengelus dua nisan yang disana. Meminta maaf yang sebesar-besarnya pada anak dan menantunya karena menjadi salah satu orang yang menyakiti putra mereka.

"Maafin mama ya Ana, anak bungsumu mengajari mama untuk ikhlas. Kalian pergi karena takdir Tuhan. Jangan dulu ambil anakmu Ana, mama masih merasa bersalah"

Sagara membawa omanya agar berdiri dan memeluknya erat. "Sudah ya oma. Percaya sama Saga. Adek itu orangnya baik banget. Pasti memaafkan oma."

Seluruh keluarga Keizaro merasakan kesedihan disana. Karena berziarah ini, mereka meninggalkan Arza di Jakarta sendirian karena dia masih dalam pantauan dokter pasca operasi kepalanya.

Tentu saja operasinya berhasil. Arza anak yang kuat dan dia masih ingin hidup. Kenapa ia harus meninggalkan dunia disaat ia ingin memulai semua dari awal dengan kakak-kakaknya?

Ini sudah seminggu semenjak operasi selesai dan Arza dinyatakan koma. Dokter juga mengatakan jika kemungkinan efek samping yang Arza alami adalah kelumpuhan sementara.

Mendengar perkatan dokter itu, langsung membuat sang Oma dilanda rasa bersalah.

"Opa dan Oma kami antar ke bandara ya? Jam berapa pesawat ke Jepang?" Tanya Sagara.

"Kamu yakin kami tinggal? Kalau Arza sudah sadar gimana?" Delvin berat hati, tapi ia dan sang istri harus ke Jepang karena sang anak akan melangsungkan lamaran dengan sang kekasih.

"Mudah-mudahan Sagara bisa handle Opa, kita semua sudah berjanji untuk selalu ada buat Arza"

Mendengar itu Delvin lega. Ia tak harus mengkhawatirkan si Sulung Keizaro ini jikalau ada masalah diantara adik-adiknya.

"Jaga diri baik-baik ya cucu-cucu Opa. Sampaikan salam kami untuk Arza jika ia sadar. Katakan bahwa Opa dan Oma sayang padanya." Ucap Delvin lagi.

"Dan katakan pada Arza, Oma minta maaf. Oma mengakui kesalahan dan menyesal. Oma janji akan bersikap baik. Katakan pada adikmu agar kuat selalu"

Augmentum & CantileverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang