9. Kecelakaan

392 28 4
                                    

Sergio hanya tertawa menanggapi gurauan sang adik. Mereka sudah berjalan sejauh apa? Taman ini lumayan luas.

"Lo pasti kesepian banget ya? Tapi lo ga pernah tuh tunjukin di depan kita?" Sergio menatap Arza yang diam.

"Engga juga, karena gue terbiasa kak. Kali ini aja gue senang banget bisa jalan-jalan" ucapnya.

"Kalo boleh jujur, lo itu bisa kok berontak sedikit aja. Itu hak lo sebagai manusia. Lo pasti capek dengan keadaan yang memaksa lo buat dewasa"

"Gapapa kak. Asal ada kak Gio yang nemenin Arza, pasti semua akan baik-baik aja."

Sergio tersenyum. Saat melihat sang adik dimarahi oleh oma nya, Sergio jadi kasihan. Semua menyalahkannya atas kecelakaan itu.

"Oma sering ya marah-marah ke lo kayak tadi?"

Arza menggeleng.

"Kak Ervin tampar lo sakit banget ya?" Sergio memegang pipi kiri Arza.

"Lebih sakit jadi Kak Ervin, karena gue, kak Ervin ga bahagia"

"Ck, omongan kek gitu ga usah di dengerin. Nih dengerin gue baik-baik. Hidup dan mati itu ada di tangan Tuhan. Tuhan udah buat garis kehidupan yang tidak bisa di ganggu gugat oleh manusia. Dan Tuhan akan mengambil manusia sesuai waktunya. Kalo lo masih menggubris semua orang yang menuduh lo pembunuh lah apa lah. Lo juga salah, emang lo Tuhan?. Cuekin aja tapi lo harus ingat bahwa itu juga kejadian yang sangat buruk, itu duka kita semua."

Arza malah menangis, ia mengusap matanya yang basah.

"Kok malah nangis sih? Kenapa heyyy" Sergio membawa Arza kedalam dekapannya.

"hiks...andai kakak-kakak yang lain bisa berpikir seperti Kak Gio. Andai mereka bisa mengerti. Kecelakaan mobil itu, Arza juga ga tau kenapa. Arza bukan pembunuh kak"

"Udahh iya gue tahu. Makanya lo sabar. Percaya deh suatu saat nanti semua akan kembali seperti dulu"

🏵🏵🏵

Seluruh keluarga Keizaro pamit pulang dihadapan Delvin dan Amara. Karena cuma membawa 3 mobil dan tak ada yang mau semobil bersama Arza, Sergio dengan senang hati membawanya pulang. Hanya mereka berdua di dalam mobil.

"Bawa mobilnya hati-hati ya Gio, siapa yang sampai rumah duluan langsung istirahat aja." Ucap Sagara dan langsung masuk kedalam mobil yang dikemudikan oleh Ervin, sedangkan mobil satunya lagi dikemudikan oleh Sevin dan membawa Willy dan Sean.

Perjalanan pun di mulai, entah bagaimana cara mereka mengendarai mobil, satu per satu mulai tak nampak jangkauan mata.

"2 tahun ini ga mudah ya buat lo. Gue salut banget lo bisa kuat" ucap Sergio di kesunyian mobil.

"Gapapa kak, Arza juga masih merasa jika itu kesalahan terbesar Arza"

Sergio mengangguk saja, ia jadi teringat ingin membicarakan sesuatu kepada adik bungsunya ini.

"Yang mau gue omongin tadi tuh emm...Ada yang mau lo sampaikan ga ke gue? Mungkin suatu hal atau peristiwa yang bener-bener ga bisa lo tanggung sendirian" Lanjut Sergio, mencoba menarik atensi adiknya yang buyar dan nampak tertarik dengan ucapan itu.

"K-kalo cerita ke kak Gio, apa kak Gio mau terus bantu Arza?" Tanyanya pelan.

Sergio langsung mengangguk cepat.

"Cerita aja, ada apa selama 2 tahun ini. Lo kesulitan di kampus, jatuh cinta yang bertepuk sebelah tangan atau sakit? Gue bener-bener tulus sama lo. Gue kakak, yang harusnya melindungi adiknya."

Arza menarik napas dalam. Menatap lurus kedepan memandang mobil-mobil yang berjejer dan mulai berbicara, tentang kata terakhir Sergio yang terucap.

"Sebenarnya...udah lama semenjak kecelakaan bersama papa dan mama. Arza sering merasakan sakit kepala, kadang sampai sulit bangun dari tidur. Arza takut itu sesuatu yang buruk." Kepala Arza menunduk, tangannya saling meremat.

"Sakit kepala? Maksudnya apa Ar?" Sergio mulai tak fokus.

Arza mengangkat kepalanya, hendak menjawab pertanyaan sang kakak, tapi matanya membulat saat menangkap cahaya yang begitu menyilaukan dari arah samping, disertai klakson-klakson mobil yang memekakkan telinga.

"KAK GIO..."

Yang Arza ingat. Ia seperti di peluk begitu erat, seolah-olah dilindungi.

Sama seperti yang dilakukan orang tuanya kala itu.

Lagi dan lagi, Arza berakhir dengan kepala yang luar biasa sakit, sakit yang menyiksanya. Hingga darah kembali mengalir dari kepalanya, turun ke pipinya hingga akhirnya ia memejamkan mata.

Kecelakaan ini....bukan salah Arza kan?

.

.

.

Sagara membuka matanya saat ponselnya berdering mengganggu tidurnya. Sebenarnya Sagara sangat mengantuk, ia dan Ervin masih di perjalanan yang membawa mereka ke Jakarta.

Nomor tak dikenal, Sagara berdecak. Siapa yang meneleponnya malam-malam begini.

"Halo, ini Sagara, ada perlu apa?"

"Baik, sebelumnya mohon maaf kami dari kepolisian ingin memberitahu anda bahwa adik-adik anda mengalami kecelakaan di pintu keluar Tol Jagorawi yang menuju Jakarta"

Sagara membuka lebar matanya, sangat-sangat terkejut dengan berita dari polisi itu, ia tak bisa menyembunyikan ketakutannya.

"HAH?! Adik-adik saya?"

     "Iya, berdasarkan kartu indentitas mereka yang bernama Sergio Noah Keizaro dan Arzaka Eleazar Keizaro"

"Segera datang ke RSUD Ciawi. Keadaan salah satu adik anda sangat parah"

Bagi Sagara, tidak ada yang paling mengerikan selain mendengar kabar buruk menimpa keluarganya. Ia merasa gagal menjadi kakak, juga gagal memegang amanah yang dititipkan orang tuanya.

.
.
.

TBC!!!

Ayo Vote!!!! 😠😙🫶🏻

Augmentum & CantileverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang