Bonus Chapter : Sayang dan Percaya

300 27 7
                                    

Suatu hari aku kepikiran untuk kasih bonus buat kalian. Karena emang tipe aku nulis harus ada bonus nya wkwk

So, this is for you guys

.
.
.

Arza membuka matanya, ia rasakan dingin ruangan yang begitu mencekam. Kesadarannya belum benar-benar terkumpul, ia yakin ini adalah dunia manusia. Iya benar, karena Arza mendengar sayup-sayup suara kakaknya yang memanggil namanya.

"Arza..."

Sulit sekali membuka mata ini. Bukan pusing lagi tapi benar-benar sulit melihat. Yang ia rasakan begitu dingin, berapa suhu ruangannya. Matanya kembali tertutup lalu terbuka lagi.

"Arza, ini kakak. Astaga terima kasih sudah bangun dek"

Arza mengenali suara ini. Suara Sergio.

Hingga ia bisa merasakan orang menghampirinya. Tubuhnya di sentuh. Sepertinya dokter datang dan melakukan pemeriksaan pada dirinya.

"Maaf tapi ada masalah di penglihatannya" ucap Thio.

Sergio terdiam. Apa yang ia dengar tadi tidak benar kan?

"B-bagaimana bisa?! Maksudnya buta yang harus melakukan operasi lagi, harus ada yang mendonorkan mata begitu?"

"Hanya sementara Sergio, saya pastikan ia mendapatkan perawatan yang baik"

Hampir saja Sergio berkelahi dengan dokter karena mengatakan hal yang buruk tentang adiknya. Dan bersyukurnya risiko pasca operasi Arza ini mempengaruhi penglihatannya. Dan itu sementara.

Thio pergi bersama suster yang membantunya tadi. Meninggalkan Sergio yang masih menatap Arza dengan kesadaran yang sudah terkumpul penuh.

"Jadi...Arza buta ya kak?" Cicit si bungsu.

"Engga dek, lo hanya punya masalah di penglihatan. Habis ini ikut perawatan untuk memulihkan kondisi lo oke?"

Arza terisak, ia bahkan memalingkan wajahnya dari Sergio. Ia marah pada dirinya sendiri.

"Arza...jangan sedih oke. Ada gue disini jangan takut. Arza udah bisa melewati operasinya dengan baik, udah hebat kakak bangga sama Arza" Sergio menarik tubuh adiknya lalu ia bawa kedalam pelukannya.

"Ketemu sama kakak-kakak yang lain ya?"

Arza menggeleng masih dengan mata sembab karena menangis.

"N-nanti aja. Jangan sekarang, Arza belum siap"

"Yaudah, istirahat dulu aja ya. Kakak keluar bentar"

.

.

.

Sergio tentu memberitahu semua saudaranya tentang Arza. Juga adiknya yang belum mau bertemu siapapun. Mereka sedih tetapi tetap menerima keputusan adiknya yang ingin sendiri dulu. Apalagi tadi dokter Thio langsung kembali ke ruang rawat untuk melakukan perawatan intensif.

"Apa masalah penglihatan saja? Tidak ada hal lain?" Tanya Sagara.

"Iya, sepertinya yang lain baik-baik saja. Gue masih takut ninggalin adek sendirian" ucap Sergio.

"Engga akan, jangan tinggalin Arza sendiri. Gantian jagain adeknya."

Ucapan Sagara disetujui semuanya.

Tidak ada perasaan selain ingin melindungi si adik bungsu. Mereka takut keadaan yang seperti ini justru kembali menyakiti adiknya.

Suata malam, Sagara dan Ervin bergantian dengan Sergio menjaga Arza. Dari pagi adiknya itu diam dan tidak nafsu makan. Menghindari saat Sergio mengajak ngobrol.

Augmentum & CantileverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang