35. Memulai Sesuatu Yang Baru

261 33 10
                                    

Kalau lagi galau, kesel. Pelariannya ya cuma menulis ☺️

Ayo next

.
.
.

Tepat pukul 3 sore, mereka menyelesaikan semua plan liburan mereka di Puncak Bogor. Piknik, naik kuda, makan es krim bahkan berfoto di semua spot foto yang ada disana.

Mereka pun harus segera pulang ke Villa agar tak kena macet. Biar bisa istirahat cepat karena besok pagi mereka harus sudah balik ke Jakarta.

Perjalanan ke parkiran melewati jalanan yang indah, samping kiri kanan penuh bunga-bunga.

Ervin berjalan tepat di belakang Arza. Ia ingin sekali berbicara pada adiknya itu.

"Arza..."

Langkah Arza terhenti. Ia berbalik menatap Ervin.

"Kenapa kak?"

"Ar, dengerin gue. Mungkin ini belum sepenuhnya tapi gue akan mencoba buat terima lo. Maafin semua perbuatan jahat gue. Beri gue waktu dan kesempatan lagi", Ervin merutuki dirinya, kenapa nada bicaranya sangat datar. Seharusnya kalimatnya bisa lebih panjang lagi.

Mata Arza berbinar. Apa dia tidak salah dengar? Ia senang sekali. Melebihi rasa senangnya pada liburan ini. Apakah ini menjawab perlakuan Ervin yang mulai baik padanya?

"Kak...Arza gak bisa buat apa-apa. Arza senang banget. Makasih kak udah mau mencoba terima Arza" tanpa berkata apapun lagi. Arza memeluk Ervin. Dan Ervin membalas pelukan itu.

Ervin diam, tak menyangka respon adiknya seperti ini. Ervin kira Arza akan malas meladeninya karena ialah sumber terbesar rasa sakit yang Arza rasakan. Benar, adiknya mempunyai hati yang sangat baik.

Sevin dan Willy mencuri pandang, mereka benar-benar ingin sekali meledek Ervin. Tapi tak perlu, melihat pemandangan mereka yang saling memeluk itu cukup menjelaskan niat Ervin untuk berubah dan meminta maaf nanti.

🏵🏵🏵

"Jangan ada yang ketinggalan ya. Kakak ke mobil duluan" Sagara memberi peringatan kembali untuk adik-adiknya sebelum meninggalkan Villa. Hari ini mereka pulang karena besok mereka sudah kembali beraktivitas, kerja, kuliah dan sebagainya.

Perjalanan kali ini Arza akan menikmatinya. Jika waktu pergi ia hanya diam dan melamun, kini ia akan menikmati pemandangan disepanjang perjalanan.

Posisi duduk di mobil Van adalah, Sagara dan Willy di depan. Ervin, Sergio dan Arza di tengah lalu Sevin dan Sean di belakang. Mereka berangkat pukul 7 pagi di hari minggu. Jalanan pasti sepi.

Arza selalu ingin melawan rasa traumanya. Jika dulu yang ia takutkan adalah perjalanan panjang, kini bertambah takut akan mobil. Dan saudara-saudaranya malah melakukan perjalanan panjang dengan mobil.

Mobil mereka sudah mulai masuk ke jalan Tol. Arza yang semula menikmati jalanan kini wajahnya terlihat tegang. Ia menutup matanya kala banyak mobil melaju kencang sekali. Ingatan akan kecelakaan kembali berputar dikepalanya.

"K-kak..." Mata Arza berkaca-kaca, ia sungguh tak kuat. Tangannya mencekeram kuat lengan Sergio.

"Adek kenapa?" Sergio mencoba untuk tidak panik.

"Jalan tol...mobil...takut" Racaunya, membuat Sergio langsung tahu apa yang terjadi.

"Harus dilawan rasa traumanya dek. Kalo adek masih takut gimana mau bawa mobil lagi? Denger kakak. Tarik napas dan buka mata pelan-pelan. Jangan ingat yang buruk ya?" Sergio menginterupsi sang adik agar tenang. Untung saja ia adalah mahasiswa Psikologi haha.

Arza menggeleng tanda ia tak bisa. Matanya masih memejam rapat.

Semua saudaranya pun hanya bisa melihat sang adik yang mulai tak tenang dan menangis.

Augmentum & CantileverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang