6. Tumbang

628 35 1
                                    

Yuk lanjut guys
.
.
.

Mata yang terpejam itu mengerjap perlahan, ruangannya begitu terang. Pasti sudah pagi.

Ya bagi anak sekolahan, mungkin kata yang tepat adalah kesiangan.

Arza terburu-buru saat tahu ia bangun jam 06.15 padahal ini hari Rabu. Ada pengarahan sekolah dan ia tak boleh terlambat. Ia merutuki dirinya yang bisa-bisanya tertidur sampai rasanya tak bisa bangun.

Telah siap dengan seragam, Arza terhenti saat melihat bekas kemerahan di lehernya. Melihatnya membuat Arza masih merasa tercekik.

Tak apa, Arza pun keluar kamar menuruni tangga dan bisa ia lihat semua kakak-kakak nya ada di ruang makan. Wajah mereka nampak terkejut.

"Loh, Arza kok pake seragam?" Tanya Sergio.

"Arza mau sekolah kak"

Sagara pun mendekat. "Lo masih sakit, di rumah dulu aja"

Arza menggeleng "Ada kegiatan penting di sekolah kak, Arza ga mau bolos" matanya tak sengaja menatap Ervin, ia ingat saat kakaknya selalu mengatakan agar wajib sekolah dan jangan bolos.

"Gue bilang supir ga usah kerja hari ini, lo mau ke sekolah gimana?" Ucap Sagara.

"Kak...Arza ga mau bolos. Arza udah telat" ucapnya lirih.

"Biarin aja kalo dia mau sekolah. Toh anak mau menuntut ilmu kok di larang" celetuk Ervin.

"Ya tapi siapa yang mau anter dia. Lo mau anter dia Er?" Tanya Sagara.

"Boleh"

Dan satu lagi keterkejutan di pagi hari keluarga Keizaro.

🏵🏵🏵

Manifesting bagi Arza ia diantar ke sekolah oleh kakak yang paling membencinya.

Di dalam mobil, Arza menahan agar tidak salah tingkah. Ia juga ingin tersenyum lebar tapi ia tahan. Dibanding terharu, Arza merasa sangat bahagia.

Sesampai di sekolah, Ervin menahan pergerakan Arza dengan berkata sesuatu.

"Jangan lo pikir, gue udah baik sama lo. Ini sebagai permintaan maaf karena ulah gila gue semalam. Kalau bukan karena Kak Saga, gue juga ogah bersikap kek gini." Ucap Ervin, menatap bercak merah yang masih terlihat jelas di leher itu.

"Arza ngerti kak, Makasih banyak udah mau anter Arza. Maafin Arza kalau selama ini masih menjadi kesalahan di hidup kak Ervin."

Arza pun turun dengan pelan, aura bahagianya terganti dengan kesedihan. Berekspetasi tinggi itu sangatlah tidak baik jadi jangan melakukannya lagi.

Mobil Ervin melaju dengan cepat meninggalkan area sekolah.

Arza pun dengan cepat berlari karena dia tak mau terlambat pengarahan yang sudah di buat oleh sekolah.

.

.

.

"Mundur dulu aja Ar, wajah lu pucet banget tuh" bisik Juan yang memperhatikan wajah sahabatnya.

Arza menggeleng. Memang ia rasakan pusing, kepalanya sangat berat. Perutnya juga tak enak. Arza ingat karena terburu-buru ia tak sempat sarapan. Jangankan sarapan, minum air pun tak ada.

Pengarahan ini penting, karena bagi kelas 11 dan 12 yang ingin melanjutkan ke jenjang perkuliahan.

Anehnya kenapa harus di lapangan yang dimana cuaca hari ini sangatlah panas. Banyak siswa siswi mengeluh gerah dan panas.

Arza sudah tak kuat, ia malah jatuh, lututnya masih menumpu. Ia mencekeram kepalanya yang sangat sakit, bukan cuma itu, nyeri perutnya juga membuatnya seolah lupa cara bernapas.

Yang dia ingat sebelum memejam hanyalah teriakan Juan yang memanggil PMR.

🏵🏵🏵

Sebuah panggilan telepon membuyarkan lamunan Saga yang menatap tumpukan dokumen.

Ya setelah berdiskusi kembali dengan adiknya, Saga memutuskan setuju mengambil alih seluruh perusahan ayahnya. Ervin dan Sevin juga menjadi ketua di divisi yang ada di perusahaan itu.

"Halo, ini dengan Sagara. Siapa ini?"

     "Kami dari pihak sekolah SMA Kristen Penabur, ingin mengabarkan jika adik anda, Arzaka dilarikan ke rumah sakit karena sesak napas dan pingsan"

"APA?! Ke rumah sakit apa?"

    "Kerumah sakit Mitra Sehat"

"Baik saya kesana sekarang"

Sagara segera memakai jasnya, mengambil kunci mobil dan bergegas keluar ruangan. Kenapa dengan adiknya itu?

Selama perjalanan, Sagara sungguh tak sabaran. Untung saja ia tak melakukan pelanggaran lalu lintas.

Sesampainya di rumah sakit, Sagara di arahkan oleh perawat ke ruang UGD dan disana Sagara bertemu wali kelas Arza.

"Maaf sebelumnya, Saya Pak Joni selaku wali kelas Arza. Arza tumbang di pertengahan pengarahan dengan keluhan pusing dan juga nyeri perut. Saat di UKS ia sesak napas makanya kami langsung membawanya ke rumah sakit"

Sagara mencerna penjelasan wali kelas adiknya itu. Hanya bisa mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Sagara pun segera masuk ke UGD saat perawat memanggilnya.

"Dengan wali Arzaka?" Tanya Sang dokter.

Sagara mengangguk "Saya kakaknya".

Terlihat disana adiknya terbaring lemah, matanya terbuka sedikit. Wajahnya pucat dan bernapas dibantu selang oksigen.

"Tidak apa, adik anda mengalami dehidrasi dan asam lambungnya naik. Dia pasti tidak makan tepat waktu. Juga tekanan darahnya yang rendah. Mungkin efek begadang. Biarkan dia istirahat dulu nanti dipindahkan ke ruang rawat"

"Baik terima kasih dokter"

Arza menatap kakaknya dengan mata berkaca-kaca. Ia merasa bersalah tak mengindahkan kata kakaknya ini.

"K-kak Saga...maaf" Ucapnya lirih.

Sebenarnya Saga bingung, kenapa Arza meminta maaf.

"Udah. Lo istirahat lagi aja"

Saga juga tak mungkin marah, ini hanya masalah kesehatan adiknya. Apalagi memang Arza sempat sakit.

.
.
.

because today is a special day, I want to celebrate it by double up today mwuhehehe

Nextnya nanti malem

Augmentum & CantileverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang