P
Kuyyy lanjut wkwk
.
.
.Sudah lebih dari tiga jam Arza merengek pada kakaknya karena ia masih merasakan sakit. Akhirnya Willy membawa Arza ke rumah sakit dan ditangani langsung oleh dokter Thio. Tapi sepertinya belum ada kemajuan apapun. Adiknya terus menangis dan mengeluh.
"Jangan nangis dek, nanti tambah sesak loh. Kakak ga tau gimana hilangin sakitnya" bujuk Willy sambil mengelus kepala adiknya.
"M-mau pulang kak...disini ga enak. Kepala Arza sakit." Si bungsu merengek.
"Gimana mau pulang kalau masih sakit Arza."
"Uhuk uhuk..."
Willy kembali memberikan adiknya air hangat, daritadi napas Arza belum juga membaik, padahal selang oksigen melintang dibawah hidungnya.
"Kakak udah kasih tau mereka kalo lo di rawat disini. Kalau ada waktu mereka akan datang. Arza tiduran aja gimana? Tapi nanti sesak ya, ck kakak beneran ga tau harus apa" Willy frustasi.
Jika berbaring, Arza akan terserang sesak napas, jika duduk kepalanya sakit. Jadi serba salah.
CKLEK
Masuklah dokter Thio diikuti satu perawat, mereka datang untuk menindaklanjuti kondisi Arza yang tidak ada perubahan.
Dokter Thio pun mulai menempelkan stetoskop pada dada Arza, sementara perawat mengecek infus dan aliran oksigen.
"Apa yang kamu pikirin Arza, tekanan darah rendah, saturasi oksigen rendah, detak jantung kamu juga pelan. Tandanya apa? Ya kamu stress. Makanya masih sesak napasnya kan?"
Arza mengangguk pelan.
"Kemarin juga sempat terserang demam, tapi tetap maksain ke kampus" ujar Willy dan Thio langsung menatap sedih Arza.
"Kamu itu jika sakit sedikit saja akan mempengaruhi keadaan tubuhmu. Keadaan tubuh jadi menurun, seperti sekarang kamu bisa rasakan sendiri tubuhmu seperti apa. Saya tidak mau melakukan ini, tapi melihat kondisi kamu saya harus mengambil risiko. Kita akan membuatmu tidur saja ya. Biar kamu bisa mengistirahatkan tubuh."
Meski hanya Willy disana, ia pun setuju dengan pendapat dokter Thio. Hanya ini satu-satunya cara. Jarum suntik itu pun masuk melalui selang infus, Arza merasa jika matanya sangat berat. Seketika semua keluhan sakit yang ia rasakan perlahan menghilang. Matanya pun terpejam.
"Dipantau lagi sekitar 3-4 jam kedepan ya sus"
Perawat pun membereskan peralatannya, mengatur posisi berbaring Arza agar nyaman, menyelimutinya sebatas dada.
"Willy, jika Sagara sudah sampai. Langsung temui saya diruangan ya. Arza biarkan tidur dulu" ucap Thio, ia menghela napas lelah. Cukup banyak pasien hari ini, ditambah ia mendapatkan kabar buruk dari Arza.
"B-baik terima kasih dokter" Willy pun mempersilahkan Thio keluar ruangan.
🏵🏵🏵
"Keadaan Arza memburuk Saga, kalian harus segera mengambil keputusan. Jika tidak ada peraturan izin wali, saya akan operasi Arza malam ini juga" Ucap Thio menggebu di hadapan Sagara dan Ervin.
"Saya juga mau seperti itu dok, t-tapi kita harus tanyakan pada Arza, dia yang merasakannya efek sampingnya. Saya juga tidak mau dia menderita" Jawab Sagara terdengar frustasi juga.
Thio menarik napas, dan mulai menjelaskan terkait operasi ini.
"Intinya kemungkinan operasi berhasil diatas 60% jika kita melakukannya dengan tepat. Risiko ringannya adalah kelumpuhan sementara dan risiko beratnya Arza kemungkinan kehilangan ingatan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Augmentum & Cantilever
Fanfiction[COMPLETE] ✅️ Tahu arti kata Augmentum dan Cantilever? Augmentum berasal dari bahasa Latin yang artinya Rise atau bahasa Indonesianya Bangkit, Naik atau bisa juga bertambah. Sedangkan Cantilever adalah kata dari bahasa inggris yang artinya Penopang...