Ervin merapikan meja kerjanya seusai menyelesaikan beberapa materi untuk rapat perusahaan besok. Sudah larut malam dan Ervin ingin sekali mengambil minuman dingin di dapur. Setidaknya ia butuh kesegaran.
Tapi saat berada di ujung tangga, ia mendengar percakapan yang begitu hangat di ruang makan.
"Sekarang, kalo lo butuh tempat berkeluh kesah, gue siap banget jadi pendengar lo. Jangan semuanya lo tahan sendiri. Ga baik. Bukan tanpa alasan gue ambil kuliah Psikologi loh."
"Atau kalo lo mau teman buat jalan-jalan, bisa aja sih, perjalanan jauh juga boleh."
"Jalan-jalannya cuma sama kak Gio aja?" Tanya nya polos.
"Tenang aja, suatu saat nanti kita bisa jalan bertujuh kok."
Ervin memilih kembali ke kamarnya. Dan bisa ia simpulkan satu adiknya menerima Arza setelah sekian lama ini.
Hati Ervin seolah mati, ia hanya melihat kesalahan yang fatal di mata Arza. Kini, setiap melihatnya, Ervin akan ingat jika dirinya lah yang menanggung semua akibat dari perbuatan adiknya itu.
Malam itu Ervin menangis karena mengingat orang tua nya.
🏵🏵🏵
Sagara mengambil alih dapur pagi ini. Ia menyiapkan beberapa menu sarapan untuk semua adik-adiknya.
"Lo biarin gue tidur di ruang TV ya Gio? Tega banget ih" Ujar Seano kepada saudara kembarnya saat tiba di ruang makan.
"Lo tidur nyenyak banget, cara gue angkut lo gimana badan lo bongsor banget" celetuk si kembaran. Langsung mendapat tatapan tajam dari Seano.
Sagara, Sevin dan William ikut tersenyum mendengar keributan kecil adik kembar mereka itu.
Tak lama seseorang menghampiri mereka, si bungsu keluarga nampak berjalan ke dapur dengan santai. Meski di tatap aneh, tapi Arza memilih diam dan duduk.
Jika ia tak ikut sarapan, si kakak sulung nya akan menegurnya, jadi lebih baik jika ia menuruti itu.
Sagara menatap semua adiknya yang makan dengan tenang. Matanya beralih ke arah ruang TV dimana Ervin berjalan melewatinya begitu saja.
"Er...sarapan dulu?"
Ervin berhenti, melirik meja makan yang nampak ramai itu. Mendapati satu manusia yang ia benci duduk disana membuatnya tak nafsu makan.
"Kak...gue harus ke kantor. Masih lanjutin rapat dengan kolega bisnis." Jawabnya tenang.
"Rapatnya masih berlanjut ya" tanya nya pelan.
Ervin mengangguk. Kembali menatap meja makan "Setidaknya ini yang harus gue lakuian buat papa dan mama. Doakan hasilnya baik kak"
Sagara mengangguk, intonasi suara Ervin seperti putus asa. Apa yang terjadi di perusahaan? Apa Sagara salah menolak permintaan ahli waris saat itu untuk melanjutkan perusahaan?
Di dalam mobil, Ervin meremat setir menahan gejolak amarah yang bisa meledak kapan saja. Ia sangat takut. Menghadapi sesuatu yang tidak ia kuasai rasanya begitu berat. Hatinya tak suka. Tapi harus ia lakukan.
Menyalahkan takdir rasanya sangat lucu, tidak ada takdir yang akan membiarkan semua beban tertimpa padanya.
"Lihat saja jika kali ini tidak berjalan lancar"
.
.
.
Si kembar yang selalu menempel kemana pun itu berjalan santai menuju gedung kampus. Mereka berbeda jurusan, tapi masih di kampus yang sama. Dan kebetulan gedung jurusan mereka berdekatan.
"Se...lo masih sayang ga sih sama Arza?" Tanya Sergio tiba-tiba.
"Kenapa tiba-tiba lo tanyain itu? Aneh bener lo"
"Maksudnya, dia dulu kan tidak pernah di inginkan. Lo lupa kata kak Saga?" Ucapnya lagi.
"Lo jangan asal ngomong setan, dahlah ngomong sama lo itu ngelantur mulu" Seano memilih berjalan cepat, kalimat dari saudaranya membuatnya tak nyaman. Sekaligus penasaran.
.
.
Sekolah SMA
Arza nampak berlarian di koridor, ia hampir saja terlambat hanya karena ada kecelakaan kecil di jalan membuat mobil yang ia tumpangi berhenti cukup lama.
"Syukurlah lo udah datang Ar, Bu Nina lagi jalan dari ruang guru"
"Huff untung aja ya. Gue pasti kena hukum kalo telat" Arza menyandarkan tubuh lelahnya, mengatur napasnya yang berantakan.
"Lo habis begadang apa gimana? Sayu bener tuh mata. Muka lo pucet" tangan Juan mendarat di dahi sahabatnya itu.
"Njir lo sakit? Kenapa ke sekolah?!" Pekik Juan.
"Enggaa gua baik-baik aja. Udah singkirin nih tangan lo"
"Pasti lo belajar dan nugas sampe larut malam banget ya? Atau telat makan? Jangan gitu Ar...kalo lo sakit ga ada yang perhatiin lo dirumah" ujar Juan, ia sangat tahu sikap kakak-kakak Arza semenjak kejadian itu.
Arza hanya mengangguk dan tersenyum, beruntung ia mempunyai sahabat yang sangat pengertian.
🏵🏵🏵
Ervin berjalan lesu ke dalam rumah. Wajahnya merah tatapannya sangat tajam. Tubuhnya bergerak untuk mencari satu manusia yang membuatnya jatuh kedalam jurang kegagalan yang begitu dalam. Rumah memang sepi, yang lainnya pasti sibuk di kamar masing-masing.
Termasuk satu orang yang Ervin cari.
Kebetulan sekali dia keluar kamar dan mendapati kakaknya itu tepat didepannya.
"K-kak Ervin...akh"
Tangan Ervin langsung mendorong tubuh Arza ke tembok. Mengunci pergerakannya dengan cara...di cekik.
"KENAPA LO HARUS LAHIR SIH?! LO ITU BEBAN BANGET SUMPAH"
Teriakan Ervin membuat semua penghuni kamar di lantai atas itu kaget. Termasuk Willian, Sergio dan Seano. Mata mereka membulat saat melihat apa yang di lakukan Ervin pada Arza.
"LO UDAH BUAT GUE GAGAL UNTUK KESEKIAN KALINYA, LO SADAR GA SIH? HIDUP LO ITU CUMA JADI KESALAHAN"
"GA ADA YANG MENGINGINKAN LO SEKARANG LO UBAH HIDUP GUE DENGAN BUNUH PAPA DAN MAMA. GUE TERSIKSA TAHU GAK?!!" Amarah Ervin sudah tidak bisa di kendalikan.
Sergio maju untuk memisahkan Arza, wajah Arza sudah pucat membuatnya khawatir.
Sedangkan William dan Seano saling menggenggam tangan karena sangat ketakutan.
"Kak Ervin udah...Arza kesakitan kak!!" Teriak Sergio yang tak di gubris oleh Ervin. Ervin malah semakin kuat mencekik adiknya itu.
Air mata mengalir di wajah Arza.
"ERVIN LO APA-APAAN HAH?!"
BUGH
Sagara dan Sevin datang dan begitu terkejut karena ulah Ervin.
Sevin dengan cekatan langsung mendorong kuat kembarannya itu dan memukul wajahnya.
Sergio menangkap tubuh Arza yang jatuh dengan napas yang putus-putus.
"uhuk...uhuk" Arza meraup oksigen sebanyak-banyaknya.
Sagara memilih menghampiri Ervin, menatap mata adiknya yang memancarkan luka itu dengan sendu.
TBC!!
Keep the spirit guyss, selamat beraktivitas🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Augmentum & Cantilever
Fanfiction[COMPLETE] ✅️ Tahu arti kata Augmentum dan Cantilever? Augmentum berasal dari bahasa Latin yang artinya Rise atau bahasa Indonesianya Bangkit, Naik atau bisa juga bertambah. Sedangkan Cantilever adalah kata dari bahasa inggris yang artinya Penopang...