24. Emang boleh sepeduli ini?

351 28 7
                                    

P hallow

Next yuk

.
.
.

Setelah berbicara lagi dengan dokter, akhirnya Arza di perbolehka pulang. Hanya ada Sagara disana.

"Arza, jangan telat makan lagi ya" pesan dokter Doni.

Arza mengangguk lucu lalu ia mendekati Sagara yang sudah menunggu di ambang pintu.

"Kita mampir ke kantor sebentar gapapa kan? Kakak mau ketemu om Jeff" ucap Saga.

"Gapapa kak"

Mobil Sagara pun keluar dari area rumah sakit.

.

.

"Kalian kemana saja sih, kok banyak sekali masalah. Om harus bilang apa sama klien-klien yang ingin bekerja sama? Masa mau tunjukin hasil kerja kamu yang gak seberapa ini Ervin?" Ucap seseorang yang nampak kesal, ia seperti sudah lelah menghadapi kesalahan yang sama berulang-ulang.

"Mana Saga? Kamu sudah menyampaikan apa yang om bilang kan Ervin?" Tanya Jeffery lagi.

"S-sudah, seharusnya kak Saga sudah selesai dan berikan itu ke om Jeff" jawab Ervin agak gugup. Ia sudah tidak mau melawan atau berdebat karena ia memang salah.

"Bidang kamu bukan menjadi direktur Ervin, tidak ada aura kepemimpinan dalam diri kamu. Entah perasaan apa yang masih menutupi hatimu, sudah berkali-kali om bilang jika bekerja itu fokus pada apa yang menjadi tujuanmu."

Ervin mengepalkan tangannya kuat, perkataan itu menusuk telak di hatinya.

CKLEK

"Om Jeff jangan marahin adik aku kayak gitu lagi" Sagara masuk dengan wajah datar, menahan kekesalan akan perkataan om nya ini. Ia menyerahkan dua dokumen penting diatas meja.

Sebenarnya, Sagara dan Arza sudah didepan pintu saat om Jeff memarahi Ervin.

"Om hanya bersikap seperti biasa, jika papa kalian masih hidup, tanyakan padanya sekeras apa perusahaan ini menuntutnya sempurna. Maaf jika cara om kasar, kalian masih muda, dan memegang perusahaan ini tanggung jawab besar. Fokus dan banyak belajar, karena hanya perusahaan inilah kerja keras papa kalian diakui, hanya perlu melakukan yang terbaik karena semua ini sudah di atur papa kalian agar menjadi warisan untuk anak-anaknya"

Setelah itu Jeffery meninggalkan ruangan, tak lupa membawa dua dokumen yang dibawa Sagara tadi. Ya mereka akui, om Jeff memang pantas mengkritik atau bahkan menilai kinerja anak-anak Keizaro. Om Jeff adalah saksi perjuangan Tuan Keizaro membangun perusahaan ini.

"Ervin, lo okey? Jangan dipikirin omongan om Jeff." Bujuk Sagara, ia menenangkan Ervin yang nampak tegang namun setelah melihat Sagara ia kini lebih tenang.

"Arza tolong ambil minum buat Ervin"

Arza pun mengangguk, ia mengendarkan pandangan keseluruh ruangan. Akhirnya ia menemukan botol air mineral di meja dekat jendela. Ia bawa botol itu untuk diserahkan kepada Ervin.

"Ini kak Ervin, minum dulu" Tangan Arza terulur memberikan minuman.

Ervin mengangkat wajahnya, matanya bertemu manik coklat itu. Rasa amarah yang biasa Ervin pendam seketika ditahan saat melihat wajah polos tak berona itu. Sepertinya kali ini Ervin tidak harus melalukan kekerasan untuk melampiaskan amarahnya.

"Udah aman, lo ga usah mikiran kerjaan ini. Mending fokus di bagian lain aja. Jangan coba-coba mengerjakan bagian kakak lagi" ucap Sagara.

"Makasih kak"

"Udah ayo pulang, Arza harus istirahat".

Ervin melirik si adik yang berdiri sambil memainkan jemarinya. Ia terlalu pusing sampai ingin tidur saja dirumah.

🏵🏵🏵

"GIO BALIKIN ITU PUNYA GUE" Teriak Seano sambil mengejar Sergio yang membawa sebuah paket.

"Lo mesen online mulu mentang-mentang duit BEM udah cair ya. Bagiii dong".

"Ish balikin dulu!! Barang penting itu" teriak Seano kesal.

Sevin dan Willy hanya menghela napas mendengar saudara kembar itu ribut.

"Ssst kalian diam dong, nanti kalo kak Saga dan Arza pulang kita ga denger gimana" tegur Sevin.

"Hah?! Arza udah boleh pulang? Serius??" Sergio tak percaya. Apakah adiknya itu baik-baik saja.

Melihat Sergio mematung, kesempatan Seano merebut benda di tangan Sergio dan dengan cepat berlari ke kamar.

"Loh Sean, gue mau lihat lo pesen apa!!!"

Tin Tin

Bunyi klakson mobil menandakan si sulung keluarga Keizaro sudah kembali.

Sergio lah yang paling depan menyambut kedatangan mereka.

"Arza?! astaga Arza udah sehat huh? Gue khawatir banget" heboh Sergio.

Ervin yang tadinya berjalan lesu tiba-tiba penuh energi, ia ingat perkataan Arza saat di rumah sakit. Tentang sakitnya.

"Oh ya...jangan ada yang tidur dulu ya. Arza mau mengatakan sesuatu. Ia mau menjelaskan tentang dirinya yang sakit" ucap Ervin di belakang. Mengambil semua perhatian termasuk Sagara yang keheranan.

"Maksud lo apa Er?" Tanya Sagara.

Ervin mengendikan bahunya.

"Gak tau, Arza yang akan menjelaskan"

Bukan cuma Arza yang gugup, tapi Sergio juga. Kenapa bisa Ervin melontarkan pernyataan itu. Sergio yakin kakaknya itu tahu tentang penyakit Arza, tapi kenapa Ervin harus peduli?

Emang boleh sepeduli ini?

Atau karena ada masalah? Ingin melampiaskan amarah? Itu yang menjadi tanda tanya besar dalam benak Sergio. Kasihan, padahal Arza baru saja pulang dari rumah sakit.

.
.
.

TBC!!!

Saya sudah kembali ges. Apakah hari-hari kalian baik-baik saja?

Tetap semangat yakkkk

Nanti lagi updatenya 😃🫶🏻

Augmentum & CantileverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang