"Syukur Alhamdulillah lu masih keribo keluar dari ruang operasi itu, Kei. Lega banget gue lihatnya." ucap Tara seraya tersenyum.
"Iya bener, Bouw. Gue juga lega lihat rambut lu masih megar kaya biasanya." timpal Pricilla.
Tara tertawa.
"Rambut lu kan ikonik banget, tuh. Jadi harus dijaga kelestariannya." imbuh Pricilla.
Keisya menatap bergiliran ketiga temannya.
"Makasih banget ya gaes kalian udah mau nemenin gue terus. Gue terharu banget, gaes." ucapnya bahagia. "Gue deg deg kan banget tadi tuh gaes, tapi sukur semua baik-baik aja."
Tara dan Pricilla yang berdiri berseberangan mengangguk setuju.
"Kamu harus banyak minum air putih mulai dari sekarang, Kei." Nada menimpali.
"Iya, Nad." Keisya tahu soal itu. "Kalian ingetin gue terus ya gaes, biar nggak nge-boba mulu."
"Gapapa lu beli boba, asalkan yang minum kita-kita." seloroh Tara.
Mereka semua tertawa.
Tak lama dari obrolan itu, suara pintu yang berderap terbuka terdengar pelan. Keisya pikir Dipta kembali setelah pamit beberapa waktu lalu, tapi ternyata yang masuk justru Dewa.
"Eh, Dewa," seru Pricilla yang melihat orang berdiri di dekat pintu. "Sini-sini lu, gimana kabar emak lu? Sehat wal afiat belum?"
Dewa melangkah mendekat sambil menenteng plastik besar. "Dokter bilang kondisinya mulai berangsur stabil." jawabnya untuk pertanyaan Pricilla barusan.
"Lu bawa apaan itu, Wa?" Tara menunjuk plastik.
"Bawa makanan buat kalian bertiga. Dokter bilang Keisya nggak boleh makan sembarangan. Jadi cuma beli tiga."
Pipi gadis keribo itu tersenyum lebar.
"Makasih ya, Wa. Kamu udah mau baik sama geng aku." ucapnya senang.
Dewa mengangguk. "Kamu juga udah baik banget sama keluarga aku, Kei."
"Dih aku-kamu banget, nih. Cie." ledek Tara.
Keisya tersenyum malu-malu.
"Okay, guys! Kita butuh makan sekarang sebelum beneran busung lapar." Pricilla merebut plastik di tangan Dewa. Bergegas membawanya ke meja di sudut ruangan, memeriksa isinya. Ia lantas berseru lagi. "HokBen, nih, cuy! Ada udang, nih! Kesukaan siapa ini?"
"Mantap!" Tara buru-buru menghampiri. "Gue mau dong yang udang."
"Nad, sini-sini. Enak, nih!" ajak Pricilla yang sedang sibuk mengeluarkan satu per satu kotak.
"Buat kalian aja, guys." Nada berseru dari sisi ranjang.
"Lho, kenapa, Nad? Emang nggak laper lu?" tanya Keisya heran.
Nada menggeleng. "Aku kan alergi udang, Kei."
"Ooh, iya." Keisya baru ingat.
"Yang dua memang udang. Tapi yang satu egg roll." Dewa memberitahu. "Kamu bisa makan."
Keisya menatap Dewa dan Nada bergantian. Seperti ada kecangungan di antara keduanya. Terlebih gelagat Nada yang agak berbeda dari biasanya. Seperti sedang berusaha menghindari seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sense Of Belonging (TAMAT)
Любовные романы(Adult Area 21+) (Karya 3) Namanya Keisya Wilhena. Usianya hampir 22 tahun alias sebentar lagi ia akan menjadi seorang sarjana. Hidupnya seperti anak muda pada umumnya. Kuliah--nongki-nongki bareng sahabat--ngereong tugas-tugas puisi bersama-sama. I...