Kejadian di hotel itu memang ganjil. Keisya benar, pasti ada yang tidak beres, ada sebuah niatan jahat yang hendak seseorang lakukan. Tapi, satu yang menjadi pertanyaannya,
Apa tujuannya? Dan siapa dia?
Dipta menghela napas. Di depannya duduk dua orang perwakilan firma yang telah ia tunjuk untuk menyelesaikan perkara satu ini. Baik CCTV, keterkaitan staff--seperti yang Keisya duga, dan pria pengantar minuman itu. Semuanya harus segera terang-benderang.
"Kami sedang berusaha mengumpulkan sebanyak-banyaknya bukti untuk kami tindaklanjuti lagi." ujar salah satu perwakilan firma hukum itu bicara untuk ketiga kalinya. "Staff yang membawakan Bapak minuman, serta staff yang bertugas memberikan akses kamar yang Bapak sewa keduanya akan segera diperiksa. Dijadwalkan senin pagi, pukul sepuluh, Pak."
Dipta melihat data-data baru yang terkumpul. Profil staff-staff yang kemungkinan terkait dalam perkara tersebut. Tapi hey, tidak ada profil 'wanita itu' bukankah harusnya ada?
Malam itu, wanita itu telah ditangkap, bukan?
Dipta mengangkat lagi wajahnya dari lampiran berkas perkara. Menatap dua orang di sebrang mejanya dengan dahi terlipat.
"Profil wanita itu, tidak kalian sertakan?"
"Eh, soal itu, Pak." salah satu dari dua orang itu sejenak memperbaiki posisi duduknya. Sedikit sulit menyamarkan kecangunggannya. "Berdasarkan dari keterangan pihak di tempat kejadian, wanita itu berhasil kabur."
"Kabur?" Dahi Dipta semakin terlipat.
"Betul, Pak. Yang bersangkutan melarikan diri setelah kejadian."
"Ada hasil rekam CCTV-nya?" Dipta bertanya.
Staf perwakilan firma itu menggeleng ragu. "Sejauh ini, belum bisa kami sertakan, Pak."
Dipta mengusap dahi. Ekspresinya menjelaskan ia tidak suka mendengar jawaban itu.
"Gimana kalian bisa klaim dia melarikan diri, kalau mereka nggak menyetakan buktinya."
Dua wakil firma itu langsung saling tatap.
"Kemungkinannya ada dua." imbuh Dipta. "Dia benar kabur, atau dikaburkan. Kalau mereka nggak bisa memberikan bukti dari mana dan ke mana wanita itu kabur, maka staff di sana mutlak terlibat dalam perkara ini."
Dipta menatap berkas lagi setelah memberi pemahaman pada dua wakil firma di depannya. Harusnya malam itu tidak ia serahkan perkara ini kepada pihak hotel.
"Saya mau semua staff hotel di sana menunjukkan bukti percakapan mereka, atau telusuri rekening mereka. Atau, kemungkinan second hand pihak luar yang mungkin terlibat. Pastikan apakah mereka mendapatkan keuntungan dari keterlibatan ini atau tidak."
"Baik, Pak." dua perwakilan firma segera mengangguk. Salah satu mencatat perintah itu.
"Saya-" Dipta membuka lembar berikutnya. Berisi kronologi kejadian bedasarkan keterangan para karyawan hotel. "Saya mau satu lagi,"
"Ya, Pak?"
"Saya mau telusuri seluruh profil pemegang saham mayoritas hotel ini. Semuanya, termasuk shareholder-nya."
Dua wakil firma itu mengangguk--- sedikit meringis lagi. Pekerjaan mereka pastilah tidak akan mudah setelah ini.
Dipta menutup berkas perkara. Menatap dua perwakilan firma berpakaian formal yang terlihat berusia jauh di bawahnya. Dari wajah mereka, usianya tidak akan lebih dari dua puluh lima tahun.
"Saya mau pembahasan ini hanya diketahui antara kita. Saya tidak berkenan pihak lain tahu, termasuk keluarga saya, terutama Pak Wisnu."
"Kami akan menjaga kerahasiaan ini, Pak."
![](https://img.wattpad.com/cover/360159226-288-k574752.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sense Of Belonging (TAMAT)
Romance(Adult Area 21+) (Karya 3) Namanya Keisya Wilhena. Usianya hampir 22 tahun alias sebentar lagi ia akan menjadi seorang sarjana. Hidupnya seperti anak muda pada umumnya. Kuliah--nongki-nongki bareng sahabat--ngereong tugas-tugas puisi bersama-sama. I...