BAB 55 DUNIA DEWASA

216 29 14
                                    

Bulek:
Berapa hari di sana, Keisya?

Keisya:
Habis urus asuransi, balik lagi ke sana kok bulek.

Bulek:
Nginep di mana?

Keisya:
Rumah temen, Bulek.

Bulek:
Kalau ada apa-apa, kasih tahu Bulek langsung lho, ya.

Keisya:
Iya, Bulek.

Keisya menghela napas, buru-buru mematikan data seluler setelah balasan pesannya terkirim.

Ia tidak berbohong. Ia benar-benar sedang di rumah Tara, berencana menginap untuk seminggu ke depan. Beberapa jam yang lalu--- tepatnya saat menyadari kehadiran Dipta di depan kelas, ia panik sendiri. Buru-buru mencari kelas yang lain. Beruntung, pria itu tidak lama di sana, cuma tinggal beberapa menit, lalu pergi lagi, entah ke mana. 

Ia menolak bertemu.

Belum siap jika harus dibandroli pertanyaan. Dipta pasti menuntut jawaban. Keisya tahu, ia memang kekanak-kanakan, tapi itu ia lakukan demi kebaikan semua orang. 

Terutama untuk Wisnu dan keluarganya. Sudah kehilangan anak dan menantu secara tragis, jangan sampai mereka juga harus kehilangan cucu yang berharga seperti Dipta. Dipta kelak bisa mencari kebahagiaannya yang baru bersama orang lain.

"Bengong mulu lo, Bouw." Tara menutup pelan pintu kamarnya. Membawa segelas susu hangat.

"Lu sejak kapan minum susu, Tar?"

Cewek tomboy itu mendekat, menjulurkan susu di tangannya. "Nih, gue Tara nggak pake Budiman, yang akan gantiin peran bapak buat anak-anak lo kelak. Minum susu ibu hamil buatan gue langsung."

Keisya tertawa geli mendengar jawaban aneh itu. "Gue beneran curiga lo belok, deh."

"Kampret lu!" Tara tetap menjulurkan gelas susu.

"Makasih, ya, Tara.... best deh lu emang." Keisya menerimanya dengan senang hati, tanpa sedikit pun curiga. Setidaknya, sampai tegukan pertama, membuatnya nyaris muntah.

Dahinya berkerut menatap isi gelas. "Ini susu apaan, kampret?!"

"Susu ibu hamil itu, dudul." Tara beranjak ke atas kasur, "Gue beli tadi barusan di minimarket, Bouw. Apa tadi namanya, ya, energen atau apa gitu, lupa."

"Prenagen, pea!" Keisya meminum lagi meskipun dengan muka sebal. Menurutnya lebih enak buatan Dipta ke mana-mana.

"Iya, itu. Prenagen. Tapi kok namanya mirip susu sereal nenek gue ya, prenagen, energen. Atau jangan-jangan plot twist, mereka adalah kakak-adek yang dipisahkan  konsumen?" Tara tertawa-tawa sendiri. "Shit.... garing banget candaan gue!"

"Berapa sendok tadi lu masukinnya?"

"Satu sendok."

Keisya menoleh, menatap Tara dengan tatapan tidak percaya.

"Kenapa?" Tara tertawa. "Gue pikir bakalan lebih hemat, makanya satu sendok aja."

"Bener-bener pelit lo."

Tara tertawa lebar.

Keisya mendengus, menghabiskan lagi susu dalam gelas.

"Lo kenapa sih Bouw, nggak mau tadi ketemu Dipta di kampus?" Tara bertanya mengisi lengang kamarnya.

"Nggak siap gue." Keisya menjawab pelan.

"Kasihan lho dia, Bouw." Tara meraih bantal tidur. "Dia bapak anak-anak lo juga."

Sense Of Belonging (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang