BAB 32 KE MANA DIA?

288 25 4
                                    

Pagi itu tidak seperti biasanya.

Keisya berusaha terlihat baik-baik saja di tengah tubuhnya yang tidak bisa diajak berdalih. Kaki-kakinya terus bergerak di bawah meja, sedang semua yang ada di sekitarnya masih terlihat aman-aman saja.

Bagaimana bila nanti Sarah dipecat?

Bagaimana bila Dipta marah?

Bagaimana, dan bagaimana-

Dan ketakutan itu pun akhirnya terjawab. Selepas pintu ruangan dibuka oleh seseorang yang keluar dengan air muka yang mendingin.

Keisya menatap cemas.

"Sarah, kamu jangan ke mana-mana." pria itu bicara setelah menutup pintu. "Saya ada meeting mendadak sekarang."

Sarah yang terkejut, buru-buru memeriksa agenda kerja atasanya pagi ini. Menyalakan tablet setebal kertas di atas mejanya.

"Tapi, Bapak belum ada jadwal meeting, Pak." ia bicara sambil memastikan jadwal agenda kerja. "Baru ada, jam satu siang nanti, Pak. Pertemuan dengan Pak Sanu."

"Batalkan." Dipta menungkas cepat. Merapikan kancing jas di atas perutnya.

Sarah reflek mengangkat wajahnya dari layar gadget. Melipat dahinya. Segera mengangguk.

"Baik, Pak." ia langsung menghapus agenda tersebut.

Dan, Keisya semakin cemas melihat Dipta yang hanya melirik ke arahnya. Hanya melirik, karena pria itu bergegas pergi meninggalkan ruangan.

"Meeting apa ya itu?" Sarah menatap penasaran kepergiaan bosnya yang nampak terburu-buru.

Keisya tidak sanggup menanggapi.

"Aku ke toilet dulu, Ka." ia beranjak berdiri dari kursi.

"Jangan lama-lama ya, aku sendirian, nih."

Gadis keribo itu tersenyum kecut. 

Lebih baik sendiri daripada bersamanya, yang justru akan membawa petaka.

***

Dipta menutup pelan pintu ruang rapat. Sudah ada Saga di sana, duduk di salah satu kursi. Seminggu lagi sepupunya itu memang akan kembali bergabung di perusahaan. Tapi hari ini, ada pembahasan yang melibatkan sekretarisnya.

Dan, di kursi pimpinan rapat ada Raisa dengan raut wajahnya yang mengeras.

Pembahasan ini sepertinya tidak akan berjalan mudah.

Dipta mengembuskan napas sejenak sebelum berjalan lagi ke arah meja di tengah ruangan, menarik kursi, lantas duduk. Hanya ada mereka bertiga dalam ruangan itu. Meminimalisir meluasnya dampak dari kasus yang pertama kali terjadi di perusahaan.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" Raisa memulai pembahasan tanpa basa basi.

Saga memperbaiki posisi duduknya.

Raisa menatap keponakannya yang duduk di sisi kiri. "CCTV yang hilang itu, terakhir diakses oleh kamu Dipta."

Dipta menghela napas.

"Tapi," Raisa menoleh ke sisi kanan. Tempat anak laki-lakinya duduk. "Database relasi kita diakses oleh sekretaris kamu, Saga."

Saga menatap wajah ibunya yang terlihat menahan marah.

"Bisa kalian jelaskan semua ini?"

Saga dan Dipta saling tatap sejenak.

"Sarah nggak mungkin melakukannya." Saga menungkasnya lebih dulu.

Dipta membuang muka.

"Aku kenal Sarah, dia nggak mungkin melakukan itu." tegas Saga.

"Lalu siapa yang melakukannya?"

Sense Of Belonging (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang