Setelah nyaris seminggu tidak saling mengabari, Dipta tidak tahan lagi. Ia mulai jengah dengan rutinitasnya yang bak narapidana. Tidak boleh ke mana-mana, hanya berdiam diri di rumah. Tidur, makan, tidur lagi. Tapi yang paling sulit adalah saat ia tidak bisa bertemu Keisya.
Sial.
Ia mengaku juga akhirnya.
Hingga kabar baik itu datang selepas pengajian. Akhirnya sekarang ia punya alasan yang masuk akal untuk bisa menghubungi gadis keribo yang terus-menerus menganggu pikirannya itu.
Sebetulnya ia hanya ingin tahu sedang apa gadis eh- maksudnya wanita yang empat hari lagi akan resmi menjadi istrinya. Menggenapi separuh hidupnya.
Keisya:
Kapan, Ta?Bibirnya tidak tahan tersenyum saat balasan itu akhirnya masuk. Ia buru-buru mengetik balasan.
Dipta:
Kata beliau sebelum hari pernikahan kita. Besok mungkin.Keisya typing...
Keisya:
Ayah ada bilang mau bicara apa?Dipta:
Gak.Beberapa detik tidak ada balasan. Dipta melipat dahi. Oh! Apa mungkin karena balasannya yang terlalu singkat? Baiklah, ia harus mengetik lagi.
Dipta:
Kamu nggak bisa ikut, ya?Bodoh. Jelas-jelas gadis itu memang tidak bisa ikut. Dipta menepuk dahinya.
Keisya:
Nggak bisa, Ta.Entah hanya perasaan saja atau bukan, Tapi ada sesuatu yang sedikit berbeda. Balasan yang masuk sedikit terasa hambar, tidak seperti biasanya.
Dipta:
Kamu lagi kenapa?Keisya:
Gapapa, Ta.Dipta menghela napas. Mengetuk-ngetuk ujung jarinya di tepian ponsel.
Apa Keisya masih memikirkan tentang balas dendam Prabu? Bagaimana cara menenangkan gadis itu?
Dipta mengusap rambut. Ia tidak pandai meluluhkan hati perempuan. Apalagi bermanis-manis kata. Itu bukan dirinya sekali.
Dipta:
Semua akan baik-baik aja.
Jangan khawatir.Hanya itu yang bisa ia katakan.
Keisya typing...
Keisya:
Gue negatif, Ta.
Nggak isi.Dipta tertegun. Ia luput memikirkannya.
Keisya:
Gue tes dua kali, Ta.
Garis satu semua.Sebenarnya apa pun hasilnya tidak akan jadi masalah. Toh, mereka akan tetap menikah.
Keisya:
Ta:(Dipta:
Ya?Keisya:
Gue deg deg kan.Dipta:
Sama.Keisya:
Perasaan gue nggak enak, Ta.
Gue takut banget.Dipta membaca balasan itu dengan sedikit bingung. Tidak paham ketakutan yang apa yang Keisya maksud.
Dipta:
Kamu mau aku ke sana?
Mau aku temenin?Keisya:
Nggak boleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sense Of Belonging (TAMAT)
Romansa(Adult Area 21+) (Karya 3) Namanya Keisya Wilhena. Usianya hampir 22 tahun alias sebentar lagi ia akan menjadi seorang sarjana. Hidupnya seperti anak muda pada umumnya. Kuliah--nongki-nongki bareng sahabat--ngereong tugas-tugas puisi bersama-sama. I...