"Mungkin ada donor yang cocok di sini, Mas."
Dipta dan Saga berbincang sambil berjalan di selasar rumah sakit. Beberapa petugas medis di sekitar mereka hilir-mudik berbicara dalam bahasa asing, sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
"Bawa aja yang sakit ke sini. Biar lebih gampang." imbuh Saga.
"Kamu memang nggak berkenan untuk membantu mereka, Sa?"
"Ah, aku nggak berani ah, Mas." akunya jujur. "Kalau donor darah aku masih mau deh."
Dipta tertawa. Telah menduganya.
Di tengah selasar mereka berbelok ke sisi kanan berjalan lagi hingga sampai di depan salah satu pintu ruang rawat. Saga yang mendorongnya pelan.
"Lusa aku balik duluan ke Jakarta, boleh kalau aku pinjam Sarah untuk bantu pekerjaan sekretarisku?" Dipta meminta izin.
"Boleh aja. Tapi dia agak ngeselin anaknya. Sabar-sabar aja ngadepin dia."
Dalam ruangan itu hanya ada kakek mereka yang berbaring di atas ranjang.
"Tapi Sarah pernah bilang sama aku kalau kamu yang ngeselin." Dipta menuduh balik.
"Halah, dia emang tukang fitnah, kan." Saga mengelak. "Emang kerjaannya dia apa sih di kantor? Paling joget-joget nggak jelas, kalau nggak ngestalkin cowok-cowok yang katanya akan jadi jodohnya di masa depan. Manusia paling gabut kelakuannya."
Dipta tertawa lagi. Tawa yang membuat Wisnu Reksadinata menoleh ke arahnya.
"Selamat pagi,Kek." Saga lebih dulu mendekati ranjang di tengah ruangan.
"Mana Ratna?" Wisnu bertanya dengan suara serak.
"Nenek sama Mama di apartemen," jawab Saga. "Mereka istirahat dulu, gantian sama kami."
"Bagaimana dengan perusahaan?"
Dipta dan Saga saling tatap. Dipta melangkah lebih dekat untuk menjawabnya. "Perusahaan baik-baik aja. Kami masih bisa handle semuanya."
Wisnu mengangguk. Lebih lega setelah mendengarnya. "Kapan aku bisa kembali ke Jakarta? Banyak yang harus aku diskusikan dengan Raisa soal proyek-"
"Kita akan lama di sini, Kek." Saga segera memotongnya. "Dokter melarang kami membahas pekerjaan sebelum Kakek dinyatakan pulih."
"Aku baik-baik saja, Saga." bantah Wisnu.
"Dokter akan mengambil tindakan operasi untuk Kakek minggu depan." Dipta memberi kabar terkini. "Pembuluh darah Kakek pecah karena tekanan darah yang terlalu tinggi kemarin, jadi dokter memutuskan tindakan operasi untuk mengatasinya."
"Astaga," Wisnu dengan kening mengernyit terlihat amat tidak setuju. "Sudah aku katakan aku baik-baik saja."
"Di sini aja, Kek." Saga membujuk. "Enak di sini, bisa berduaan sama Nenek. Soal pekerjaan di kantor serahin sama kami. Kakek bisa percayakan semuanya sama kami."
Wisnu menghela berat napasnya. Ini menyebalkan, ia tak bisa mengelak dari situasi ini.
"Kurang lebih enam bulan, Kakek diajurkan untuk beristirahat total."
"Apa?!" Wisnu menatap kesal Dipta yang menyampaikan infromasi tersebut. "Enam bulan katamu? Yang benar saja kalian."
Saga meringis. Mereka benar-benar membutuhkan Ratna untuk meredam emosi seorang Wisnu Reksanadinata.
"Ini gara-gara kamu, Dipta. Karena kamu menghancurkan rencanaku, aku jadi sakit seperti ini. Aku membutuhkan cucu dari kalian, tapi kalian berdua sama-sama tidak bisa diandalkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sense Of Belonging (TAMAT)
Romance(Adult Area 21+) (Karya 3) Namanya Keisya Wilhena. Usianya hampir 22 tahun alias sebentar lagi ia akan menjadi seorang sarjana. Hidupnya seperti anak muda pada umumnya. Kuliah--nongki-nongki bareng sahabat--ngereong tugas-tugas puisi bersama-sama. I...