Sejak kedatangan Taeyeon dan anak-anak. Tak jarang Jennie dan Sooyeon sering mendapat cibiran dari para tetangga. Mereka mengatakan Sooyeon pelakor yang memanfaatkan paras cantiknya untuk memikat pria beristri kaya raya.
Padahal itu semua tidak benar. Jiyoung lah yang menyatakan cintanya duluan kepada Sooyeon di kedai kopi milik mendiang ibunya. Setiap malam sepulang dari kantor, Jiyoung tidak pernah absen mampir meminum kopi disana.
Ia terpikat oleh paras Sooyeon yang sangat cantik menyerupai Barbie. Sopan santun, elok budi dan ramah-tamah. Semua yang ada di diri Sooyeon membuat Jiyoung terkagum-kagum. Terkadang ia juga bisa menjadi teman berbagi cerita ketika Jiyoung sedang memiliki masalah.
Salahnya, Jiyoung tidak jujur kepada Sooyeon bahwa ia sudah memiliki istri. Menyembunyikan statusnya supaya Sooyeon tidak menolak lamarannya.
Selama empat tahun itu ia berhasil menyembunyikan Sooyeon dari Taeyeon. Hingga Taeyeon mulai curiga dengan gerak-gerik aneh suaminya yang sering sekali keluar kota dalam seminggu.
Sampai semuanya terbongkar, keluarga kecil Sooyeon yang dulunya harmonis menjadi hampa setelah Taeyeon datang. Jiyoung sering mengabaikan ia dan Jennie. Caci makian serta hinaan masyarakat tak jarang ia dapatkan. Desas desus dirinya sebagai istri kedua menyebar diseluruh komplek.
"Lihat ada pelakor" bisik ibu-ibu yang sedang membeli sayur.
"Murahan banget harga dirinya. Lakinya lagi bodoh banget. Istrinya spek bidadari gitu masih aja diselingkuhi"
Bodohnya Sooyeon tidak mampu melawan hinaan mereka. Dari kecil sudah terbiasa dipandang rendah sebab berasal dari keluarga tidak berada. Ia sendiri pun merasa tidak pantas mendapatkan suami seperti Jiyoung.
"Sayang, udah pulang" kepala Sooyeon terangkat kala mendengar suara lembut Jiyoung.
Pria itu sedang duduk manis membaca majalah sembari meminum kopi. Ia berdiri mengambil keranjang belanjaan Sooyeon dan membawanya duduk di sofa.
"Besok-besok ku temani ya belanja. Kalau sendirian gini ntar kamu kecapekan. Kasihan baby" ucap Jiyoung membelai baby bump istrinya.
"Tidak perlu Oppa. Aku tidak apa-apa" senyum Sooyeon getir.
"Kamu ada masalah hum, kok aku perhatiin belakangan ini kamu sering melamun"
"Nggak kok. Perasaan kamu aja mungkin" ucap Sooyeon membuat Jiyoung mengangguk.
Mungkin dia terlalu khawatir. Kemudian perhatiannya beralih pada Jennie yang berwajah masam.
"Nini kenapa nak. Kok masam banget tuh muka"
"Eomma pelit. Nini mau eskrim tapi tidak dikasih" adu Jennie berpangku tangan seraya memalingkan wajah. Betapa menggemaskannya bocah itu saat merajuk.
Jiyoung terkekeh geli. Menoel hidung mancung Jennie lalu menariknya dalam pelukan.
"Kemaren kan sudah Eomma belikan eskrim. Kalau makan eskrim tiap hari nanti kamu sakit" omel Sooyeon membela diri.
"Tetap saja pelit" nyolot Jennie melarikan diri ke kamarnya.
Dan di bulan-bulan selanjutnya, perlahan sifat Jiyoung mulai berubah. Sering tidak pulang dan ada beberapa kabar burung mengatakan pria itu bermain gelap dengan gadis-gadis di sebuah bar.
Waktu itu Jennie masih belum terlalu mengerti. Di hari meninggalnya Sooyeon, ibunya meminta Jiyoung menemaninya belanja tetapi Jiyoung menolak dengan alasan sibuk di kantor. Padahal kenyataannya ia mengajak Taeyeon dan anak-anaknya liburan ke Jeju.
Kekecewaan Jennie tak dapat terbendung. Begitu banyak kebohongan yang telah dilakukan Jiyoung. Di awal saja pria itu manis. Ulah tak pandai menjaga pandangan, ia dan Sooyeon menjadi terlantar. Jika tidak sanggup bersikap adil, kenapa menikahi ibunya.
"Semua gara-gara Appa. Gara-gara Appa, Eomma dan adek Nini meninggal" gumam Jennie. Matanya menyimpan amarah besar dan kebencian.
Melihat pria itu menangisi jasad ibunya membuat darah Jennie mendidih. Apa gunanya jasad kaku itu ditangisi jika semasa hidup selalu diabaikan.
Kebencian itu ikut berimbas pada Taeyeon dan anak-anaknya. Jika saja mereka tidak masuk ke dalam hidupnya mungkin Sooyeon tidak akan pergi secepat ini.
"Aku membenci mereka"
Dan di hari itu perjalanan luka Jennie dimulai. Jennie tau hidupnya harus ia perjuangkan. Dunia ini keras. Hanya orang bermental baja yang dapat bertahan. Ibu sudah pergi. tempat bermanjanya telah hilang.
Hari pertama masuk sekolah, Jennie diantarkan oleh supir pribadi Jiyoung. Jauh dilubuk hati dia masih menyimpan harap ayahnya yang dulu kembali. Jiyoung menjadi penggila kerja dan jarang di rumah.
Taeyeon sering memukulnya karena sering berebut mainan dengan si kembar atau saat dia meminta uang untuk beli jajan.
Seiring berjalannya waktu, luka membentuknya menjadi gadis dingin tak berperasaan. Jiyoung tidak pernah bertanya apa saja yang telah ia lalui seharian ataupun meminjam pundak lebarnya untuk sekedar bersandar sejenak. Ayahnya memang masih hidup tapi perannya sudah lama hilang dari dirinya. Bahkan untuk memanggilnya Appa sekarang sulit bagi Jennie.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Wound ✓
FanfictionLuka, air mata, dan penyesalan yang Jennie alami puluhan tahun lalu menjadikan Jennie sosok dingin dan tak berperasaan. Berpikir dengan menjauhi semua orang lukanya akan sembuh ternyata salah. Jennie butuh seseorang untuk menyembuhkannya. - BLACKPIN...