Apa itu Hari Ibu?
Eomma, apa Eomma tahu sekarang hari apa? Orang-orang menyebutnya hari ibu. Sebuah momen yang sangat dirayakan. Postingan foto bersama ibu berseliweran di media sosial.
Sangat romantis sampai membuatku menangis.Erat sekali genggaman tangan mereka bertaut sedangkan aku hanya dapat menggenggam angin. Figura diatas meja kecil kini menjadi pelarianku. Senyuman manis yang tak dapat lagi ku lihat. Jika tidak ada foto ini mungkin aku sudah melupakan wajahmu. Sudah sangat lama Eomma. Amat sangat.
Eomma, aku penasaran bagaimana rasanya memiliki ibu. Lama sekali lisanku tidak memanggil namamu Eomma. Jennie rindu Eomma. Walau sudah acap kali Eomma mendengarnya. Barang kali juga Eomma bosan mendengarnya. Aku tidak bisa melepas Eomma dari ingatan meski waktu telah jauh meninggalkanku dibelakang.
Maaf Eomma, aku masih sering mengeluh. Seharusnya doa yang ku kirim bukan keluh kesah ku. Aku adalah orang dewasa yang terjebak di masa kecil. Banyak kenangan belum terselesaikan di masa itu. Sampai saat ini aku masih gamang menjalani hari.
Selamat hari ibu, Eomma.
Salju Pertama
Sepulang dari kantor, aku duduk menikmati secangkir kopi americano di sebuah cafe. Salju perlahan mulai turun. Terlihat dibalik kaca jendela dari tempatku duduk. Tidak banyak orang berada di luar. Kota yang biasanya selalu ramai ini kini berubah menjadi kota mati.
Hari ini salju pertama turun di penghujung tahun. Dua hari lagi natal, Eomma. Orang-orang sibuk membeli hadiah untuk menyambut hari kemenangan tersebut. Kado tahun ini masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Sepucuk doa dalam tulisan kertas berbungkus-kan kado yang ku terbangkan bersama balon. Terdengar gila mungkin. Karena sampai kapanpun paket tersebut tidak akan pernah sampai ditempatmu.
Barangkali doaku selama ini sampai, mungkin rindu ini lama sudah selesai. Bisa aku minta tolong Eomma, tolong bujuk tuhan untuk meminjam mu sebentar saja. Turunlah ke bumi Eomma, seperti bidadari kayangan yang sering ku baca dicerita fantasi.
Sayangnya permintaan konyol itu tidak dapat tuhan kabulkan. buktinya Santa Claus selalu memberiku hadiah lain dari apa yang ku minta.
"Huft" helaan napas Lisa terasa berat.
Bacaannya belum sampai ditengah namun kesedihannya semakin bertambah. Lama sekali Jennie memendam kesepian seorang diri. Bayang-bayang ibunya pun tak lepas dari ingatan. Jennie masih terjebak di kenangan masa kecilnya.
"Unnie. Aku tau ini tidak mudah tapi kau harus bangkit. Ikhlaskan Unnie, jangan membebani pikiran dan hati" monolog Lisa hanya dapat ia katakan pada dirinya seorang.
"Pas banget ceritanya soal natal. Besok kan juga udah mau natal" kata Lisa baru teringat.
Esok harinya, saat semua orang merayakan natal bersama di rumah dan saling bertukar kado Jennie tidak ada di rumah semenjak pagi. Maid bilang Jennie tidak mengatakan ingin pergi kemana.
Sementara di tempat lain, gadis yang memiliki pipi bulat menggemaskan itu tengah berada di sebuah pemakaman. Salju tampak menutupi makam bernama Jung Sooyeon.
"Eomma, Merry Christmas" ucap Jennie seraya tersenyum lembut.
"Diluar dingin, apa Eomma kedinginan juga" Jennie terdiam sesaat. Sejenak ia mendadak kehilangan kemampuan berbicara. Hanya dapat menatap luka nisan di depannya. Kehabisan kata-kata untuk bicara walau ruang rindu masih ada.
"Seharusnya Eomma menjemputku. Aku sudah lama tersesat disini Eomma. Apalagi yang Eomma harapkan dari dunia ini"
*****
"Jennie masih belum pulang?"
"Belum Dad. Ku rasa Jennie Unnie lagi dimakam Eommanya" sahut Lisa yang menjawab.
"Bagaimana kau bisa yakin Jennie ada disana" tanya Jiyoung meragukan membuat gadis itu gelagapan.
"Tebakanku saja"
Tidak berselang lama, orang yang mereka bicarakan pulang bersama wajah dinginnya. Ketika hendak naik ke lantai atas, langkahnya tertahan oleh pertanyaan Jiyoung.
"Kamu kemana saja nak. Kami cemas menunggumu" tanya Jiyoung.
"Makam Eomma" jawab Jennie singkat.
"Gwenchana?" lanjut sang ayah kembali bertanya.
"Hmm" angguk Jennie.
Merasa ada celah, Lisa tiba-tiba datang memakaikan topi sinterklas ke kepala Jennie dan memberikan paper bag ke tangannya. Jennie hanya mampu terdiam mematung oleh aksi mendadak Lisa.
"Merry Christmas Unnie" ucapnya tersenyum lebar.
Yang lain pun secara bergiliran memberi kado padanya walau dia tidak membeli apa-apa untuk dijadikan kado kepada mereka. Sehabis menerima kado, Jennie pergi ke kamar. Natal ataupun tidak, hatinya tetap terasa kosong. Seolah tidak ada alasan baginya untuk dapat menikmati kehidupan lagi.
Membuka pintu kaca, Jennie duduk di sofa balkon kamar bersama sebotol wine. Biasanya saat sedang bosan ia akan menuangkan kesedihannya di dalam buku. Akan tetapi semenjak buku hariannya hilang, Jennie belum menulis lagi sampai sekarang.
"Aku tidak bisa melepasnya. Aku sudah ikhlas tapi kenapa kau selalu teringat Eomma. Bagaimana caranya supaya aku bisa melupakanmu" gumam Jennie menatap langit gelap gulita.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Wound ✓
FanfictionLuka, air mata, dan penyesalan yang Jennie alami puluhan tahun lalu menjadikan Jennie sosok dingin dan tak berperasaan. Berpikir dengan menjauhi semua orang lukanya akan sembuh ternyata salah. Jennie butuh seseorang untuk menyembuhkannya. - BLACKPIN...