Pulang ngantor Jennie selalu menyempatkan waktu untuk mampir ke apartemen. Soal Jessica tinggal di apartemennya, orang-orang di mansion sudah tau. Kadang-kadang Taeyeon dan teman-teman ibunya reunian sambil menginap disana. Apartemen Jennie tak kalah besar dari mansion Jiyoung.
"Aunty" panggil Jennie setengah berteriak.
Jessica tidak ada dimanapun. Mungkin sedang di kamar mengingat sekarang sudah hampir malam. Apartemen Jennie sendiri memiliki empat kamar.
Ceklek
Jennie hanya mendapati bayi laki-laki diatas kasur. Jessica sudah melahirkan delapan bulan lalu melahirkan seorang bayi lelaki tampan yang sangat mirip dengannya. Bayi tersebut bernama Jevano Jung.
"Oh Jen, kamu baru pulang" ucap Jessica yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Ne" jawab Jennie sekenanya.
Gadis itu menyimpan barang bawaannya diatas meja. melepas blazernya kemudian membuka tiga kancing atas kemeja sebab kegerahan. Mencuci tangan dulu sebelum menyentuh baby Jung. Setelahnya Jennie naik ke kasur dengan posisi tengkurap memegang tangan mungil Jevano.
"Baby belum tidur? Biasanya jam segini udah bobo" tanyanya pada si bayi yang hanya dibalas tatapan mata.
Kakinya menendang-nendang udara dengan mulut mengemut jari. Jennie mengeluarkan tangan mungil itu dari mulutnya.
"Jangan diemut jarinya"
"Makan dulu nanti main lagi sama adek" ucap Jessica yang sepertinya sudah hapal sama kebiasaan Jennie.
Jennie selalu membawa makanan setiap kali datang ke sini untuk dimakan bersama.
"Ah ne, Aunty sudah makan. Kebetulan aku beli banyak tadi" cengirnya.
"Belum, tadi nyusuin Jevan dulu"
"Kalau gitu pas banget. Ayo kita makan" seru Jennie pindah duduk ke sofa dekat meja.
Selesai makan, Jennie mandi. Hari ini dia berencana untuk menginap di apartemen. Sedang malas pulang ke mansion.
"Kamu hari ini tidur disini?" Tanya Jessica memperhatikan Jennie yang sedang mengeringkan rambut.
"Ne, aku malas pulang ke mansion" jawabnya. Setelah dirasa cantik, Jennie pergi ke kasur.
"Kok gitu"
"Jisoo Unnie sedang dirumah. Aku kewalahan menghadapi ngidam randomnya. Masak aku disuruh cari tikus malam-malam buat dikasih makan ke kucing Lisa. Lagipula aku sangat lelah hari ini. semenjak aku bekerja di perusahaan Appa, dia menyerahkan semua pekerjaannya padaku. dia tak jauh bedanya dengan Taeyong" Jennie mengatakan keluh kesahnya.
Bukan dia mengeluh. Jennie juga manusia yang punya rasa lelah. Butuh teman juga untuk berbagi cerita. Saat lelah, Jennie cenderung menjadi marah. Takutnya ia tidak bisa mengendalikan emosi dan berakhir menyakiti perasaan orang.
Menanggapi cerita Jennie, Jessica terkekeh kecil. Jennie selalu jadi rebutan kakak dan adiknya. Mereka sangat posesif terhadap Jennie.
"Selain itu aku sedang merindukan Eomma. Jadi aku kesini. Maaf, Aunty"
"Kenapa minta maaf. Rumah ini kan milikmu. Jadi itu hakmu mau datang atau nggak kesini. Lagian saat kami cuma berdua, Aunty juga merasa kesepian. namun sisi baiknya, tetangga disini ramah-tamah jadi kita sering ngobrol di halaman rumah"
"Syukurlah. Aku juga tidak bisa datang setiap hari" senyum Jennie.
"Ngomong-ngomong Aunty. Kalau tidak salah aku menyimpan sertifikat rumah ini dilaci itu. Aku sudah mengganti namanya atas Aunty"
"Wae, jangan buat Aunty tidak nyaman begini nak" ujar Jessica tidak enak hati.
"Aku tidak diizinkan tinggal sendirian disini oleh mereka. Daripada rumah ini gak keurus mending ku kasih ke Aunty. Kalian bisa aman tinggal disini tanpa gangguan siapapun. Lagipula aku merasa tidak akan bisa datang lagi"
"Kamu kok ngomongnya gitu sih. Jangan bikin Aunty takut" lirih Jessica. Perasaanya mendadak kalut sekarang.
"Aunty. Apapun yang terjadi Aunty gak boleh lemah. Ada baby Jevan yang bakal jagain Aunty. Aku percaya semua akan baik-baik saja" ucap Jennie menyakinkan Jessica yang gundah akan ucapannya barusan.
Beberapa menit kemudian Jennie tertidur pulas. Kelihatan sekali gadis itu sangat lelah. Saat Jessica sibuk memandang wajah damai Jennie, ponsel Jennie berdering.
"Halo?"
"Oh Sica, apa Jennie ada disana" Jessica melirik Jennie.
"Ya, dia sedang tidur. Ada apa Taeng?"
"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin memastikan. Ku pikir dia masih di kantor. Apa dia sudah makan?"
"Sudah"
"Yasudah, aku hanya menanyakan itu. Aku tutup dulu"
Tut
"Hatimu sangat luas nak. Taeyeon beruntung memiliki anak sambung sepertimu. Kamu berhak bahagia" gumam Jessica pelan mengusap kepala Jennie.
"Lucu banget sih mereka berdua. Udah kayak adek kakak kandung" gemas Jessica.
Pasalnya Jennie tidur sambil mengemut jempol sama seperti Jevano.
*****
Keluar dari restoran Taeyeon, mobil Jennie dihadang oleh seorang gadis. Menyuruhnya keluar saat itu juga. Jennie mendecih. Gadis ini membuang-buang waktunya saja.
"Ada apa lagi?"
"Kau tak punya rasa bersalah sedikitpun setelah menendangku keluar dari perusahaan" ujar gadis itu berpangku tangan.
"Bukan aku yang memecatmu tetapi Taeyong. Lagipula jika kau bersikap baik dia tidak akan melakukan itu. Seulgi, lepaskan Taeyong. Dia sudah menjadi suami orang" ujar Jennie diakhiri dengan nasehat.
Seulgi minggu lalu baru saja dipecat oleh Taeyong gara-gara Jisoo tidak mau pulang dan mengancam akan bunuh diri. Tentu saja Taeyong tidak mau itu terjadi. Dia sangat mencintai Jisoo melebihi apapun dan untuk pertama kalinya ia membangkang kepada ibunya.
"Kau tau apa. Taeyong dulu cintai mati denganku dan kau datang merebutnya dariku"
"Aku tidak merebut siapapun. Aku bahkan tidak tau siapa pacarnya dan kenapa kau bisa menuduhku mengambilnya. Taeyong lah yang duluan mencintaiku. Karena aku menolak, aku menyuruhnya untuk berkencan dengan kakakku dan mereka cocok" jelas Jennie panjang lebar.
Seulgi selalu menyalahkannya atas apa yang terjadi. Yang jadi istrinya Taeyong sekarang adalah Jisoo tetapi malah dirinya yang dilabrak. Kendati demikian dia bersyukur, Seulgi tidak menyentuh Jisoo.
"Taeyong memutuskanku karena dia bilang dia menyukai sekretarisnya. Dan itu kau. Aku tidak peduli siapa istrinya sekarang yang jelas jika dia tidak bertemu denganmu ni semua tidak akan terjadi. Kau sendiri yang menjodohkan kakakmu dengannya, sialan!" umpat Seulgi membuat suasana semakin runyam.
"Siapapun yang dia nikahi itu adalah pilihan Taeyong sendiri. Kau tidak bisa memaksakan kehendakmu. Aku sudah menolaknya. Itu artinya dia memang tidak menginginkanmu lagi!" Pungkas Jennie berjalan masuk ke mobil. Waktunya terbuang sia-sia meladeni Seulgi.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Wound ✓
FanfictionLuka, air mata, dan penyesalan yang Jennie alami puluhan tahun lalu menjadikan Jennie sosok dingin dan tak berperasaan. Berpikir dengan menjauhi semua orang lukanya akan sembuh ternyata salah. Jennie butuh seseorang untuk menyembuhkannya. - BLACKPIN...