Hujan turun deras di Minggu pagi. Walau sekarang hari libur, Jennie tetap bangun pagi. Hujan tidak menghalangi semangat Jennie untuk berolahraga di ruangan gym yang ada di rumah.
Jiyoung menurunkan koran bacaannya tatkala merasakan ada seseorang yang baru saja lewat di depannya.
"Kamu habis dari mana keringatan begitu?"
"Tempat gym" jawab Jennie menyeka peluh keringatnya menggunakan handuk putih kecil. Tanktop putih yang menutupi dadanya basah oleh keringat.
"Sebentar" suara lembut Taeyeon menghentikan langkah Jennie yang hendak ke kamar.
"Ne?"
"Duduk sini" suruh Taeyeon melambaikan tangan menyuruhnya duduk di sofa.
"Lisa tolong ambilkan kotak obat"
"Buat apa Mom?" Tanyanya usai memberikan apa yang ibu minta.
"Ngobatin luka kakakmu"
Perut Jennie yang diperban tembus darah. Anehnya, sang empu kelihatan biasa-biasa saja saat lukanya dibersihkan. Tidak ada kerutan dikening menahan nyeri ataupun ringisan mengaduh sakit. Tatapan Jennie tetap datar.
"Kamu hari ini sibuk?" Taeyeon bertanya ditengah-tengah memberikan Betadine pada luka Jennie.
Merasa tidak biasa, Jennie memundurkan sedikit kepala dengan alis menukik tajam.
"Waeyo?"
"Aku mau buat cake, kalau kamu tidak keberatan aku ingin kau membantuku membuatnya" kata Taeyeon.
"Momny mau buat cake, jeongmalyeo?" si pecinta makanan berseru heboh kala mendengar kata makanan. Chaeyoung paling bersemangat jika sudah berhubungan dengan makanan.
"Denger makan aja paling gercep giliran bantuin nggak mau" ledek Jisoo yang duduk santai di samping Jiyoung.
"Unnie juga sama ya" sanggah Chaeyoung tidak ingin dirinya disalahkan.
"Udah-udah jangan ribut. Mommy cuma ngajak Jennie bukan ngajak kalian" lerai Taeyeon menengahi adu mulut anak-anak sebelum mereka semakin brutal.
"Boleh" jawab Jennie menyetujui tanpa banyak pikir.
Sekurang-kurangnya untuk menghabiskan waktu di masa lapang. Ia pun bosan jika tidak melakukan apapun.
"Mandi dulu, aku akan menunggumu di dapur"
"Ne"
Sembari menunggu Jennie mandi, Taeyeon mengeluarkan bahan-bahan yang hendak digunakan seperti tepung, gula, telur, baking soda, cream dan masih banyak lagi.
"Apa yang bisa aku bantu?" tanya Jennie baru datang. Di depan meja, ayah dan ketiga saudarinya duduk menopang dagu menyaksikan mereka membuat kue.
Jennie sedikit deg-degan dilihatin seperti itu namun ia berhasil menyembunyikannya dengan wajah yang dia buat datar.
"Kamu mixer seluruh bahannya dulu" suruh Taeyeon memberikan instruksi step by step.
Hanya Jennie yang dia izinkan membantu karena Taeyeon tau ketiga anaknya yang lain tidak dapat diandalkan.
Tanpa banyak tanya, Jennie melakukan tugasnya dengan tenang. Memecahkan telur ke dalam wadah, menambahkan gula pasir dan SP kemudian di mixer dengan kecepatan tinggi hingga berbuih dan mengental.
"Setelah itu?" Tanya Jennie.
"Masukkan tepung terigu, coklat bubuk dan tepung maizena ini" Jennie kebingungan membedakan mana tepung terigu dan maizena. Semuanya tampak sama dimatanya.
"Bagaimana cara membedakan mereka?" Jennie menyerah dan berakhir bertanya. Taeyeon tersenyum tipis lalu menunjukkan bahan-bahannya.
Setelah melalui proses panjang itu, kue siap dicetak. Taeyeon memakai cetakan berbentuk hati. Tak ayal hasil akhirnya menjadi cantik dan menarik.
"Sekarang waktunya kita kasih cream dan hias"
"Aku mau tolong Mom" Lisa angkat tangan dengan semangat.
"No! Kalian duduk saja menonton" interupsi Taeyeon membuat bahu Lisa merosot.
Dalam hati, Jennie menikmati prosesnya. Mendapat ilmu baru membuat kue ulang tahun dari Taeyeon. selama ini dia hanya bisa membuat macaron dari resep yang Sooyeon tinggalkan.
Kue tersebut diwarnai dengan ungu glaze dan sedikit warna putih. Diatasnya diberi toping macaron dan taburan bubuk emas. Hasil akhirnya lebih bagus dari apa yang Jennie harapkan.
"Woah kuenya bagus banget Unnie" puji Lisa terkagum-kagum. Rasanya tidak tega untuk memakan kue itu jika tampilannya secantik ini.
"Sekarang waktunya makan" Chaeyoung sudah siap dengan sendok di tangannya.
"Eits ini bukan buat dimakan. Ini pesanan customer"
"Yaa Mommy, kita pikir buat dimakan"
"Sorry anak-anak ku" Taeyeon cengengesan mendapati raut kecewa dari wajah anak gadisnya.
Jennie membantu Taeyeon mempacking kue. Pesanan tersebut harus dikirim sore ini untuk acara ulang tahun putri sahabatnya. Maka dari itu Taeyeon turun tangan langsung membuatkannya spesial.
Sore harinya hujan masih belum mereda. Sejak kejadian hari itu Taeyeon takut keluar rumah sendirian.
"Boleh aku yang mengantarnya?" Tawar Jennie melihat raut bimbang di wajah ibu.
"Kamu yakin?"
"Ne" jawab Jennie.
"Arraseo. Ini alamatnya dan tolong sampaikan permintaan maafku pada Tiffany" Jennie mengangguk pelan. Pergi ke kamar mengambil jaket dan kunci mobil.
"Hati-hati bawa mobil. Jalanan licin" nasehat Taeyeon dibalas anggukan kecil oleh sang empu.
"Unnie, Lili ikut"
"Andwae!" Chaeyoung menolak keras sembari memberikan tatapan tajam.
"Kok kamu yang sewot, Unnie saja tidak marah" sinis Lisa.
"Ambillah jaketmu" suruh Jennie membuat Lisa melompat girang. Dengan semangat empat lima dia lari ke kamar mengambil jaket.
Lisa mencibir Chaeyoung penuh kemenangan. Chaeyoung melengos membuang muka. Lisa sangat menyebalkan.
Butuh waktu setengah jam sampai tujuan. Sesampainya di sana rumah yang tak kalah besarnya dengan mansion mereka dipenuhi oleh hiasan ulang tahun.
Lisa ikut turun dari mobil mengekori Jennie ke dalam. Terlalu banyak manusia disini. Jennie merasa sesak.
"Permisi, dimana nyonya Tiffany?"
"Itu yang pake gaun merah" tunjuk maid mansion.
Di depan ada wanita cantik berambut panjang sedang memberi instruksi pada maid lainnya mengenai tata letak dekorasi pesta.
"Permisi, ahjumma Tiffany?"
"Ah ne" sang empu balik badan menatap Jennie dan Lisa.
"Nuguseyo"
"Aku Lisa dan ini kakakku Jennie. Kami adalah anak Taeyeon dan kesini untuk mengantarkan kue. Mommy tidak bisa mengantar karena ada urusan lain" Lisa menyerobot pembicaraan. Kalau dibiarkan, Jennie pasti sulit mengakui Taeyeon sebagai ibunya.
"Oh kalian putri-putri Taeyeon. Cantik sekali. Aku tidak menyangka dia mempunyai putri secantik ini" Lisa senyum-senyum malu mendapat pujian sedangkan Jennie berwajah datar.
"Terimakasih ahjumma" balas Jennie.
"Panggil Aunty, aku masih muda" Jennie mengangguk saja. Rasanya panggilan itu tidak jauh bedanya.
"Btw uangnya sudah ku transfer ke Taeyeon. Kalau kalian tidak keberatan, nikmatilah pesta ulang tahun putriku"
Karena Lisa memaksa, Jennie terpaksa menunggu gadis itu puas memakan jamuan pesta sebelum mereka pulang.
"Makanannya enak-enak Unnie. Aku lupa minta bungkus" ujar Lisa membuat Jennie geleng-geleng kepala. Si poni itu memalukan sekali.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Wound ✓
FanfictionLuka, air mata, dan penyesalan yang Jennie alami puluhan tahun lalu menjadikan Jennie sosok dingin dan tak berperasaan. Berpikir dengan menjauhi semua orang lukanya akan sembuh ternyata salah. Jennie butuh seseorang untuk menyembuhkannya. - BLACKPIN...