- Pergi Meninggalkan Luka -

597 54 16
                                    

Hari ini mereka bertiga kompak menahan Jennie agar tidak pergi ke kantor. Pasalnya ini adalah hari Minggu. Ketiganya ingin menghabiskan weekend bersama di rumah dengan pesta barbeque di taman belakang. Akan tetapi Jennie tidak bisa, pekerjaannya tidak bisa ditunda.

"Aku bakal izin pulang cepat sama Appa nanti" bujuk Jennie supaya mereka mau melepaskan blazernya yang ditarik-tarik.

"Jangan pergi, temani aku disini" rengek Jisoo. Taeyong yang disampingnya saja sampai kewalahan memisahkan Jisoo dari Jennie.

"Unnie, aku pergi cuma sebentar. Setelah pekerjaanku selesai aku akan langsung pulang"

"Unnie mah gitu ntar malam juga pulangnya" timpal Lisa disisi kirinya.

"Nggak kok"

"Janji ya"

"Iya janji" ucap Jennie melingkarkan kelingkingnya dikelingking mereka.

"Sudah ya. Aku pergi dulu" pamit Jennie mengecup kening Chaelisa untuk pertama kalinya membuat mereka membeku ditempat.

                            *****

Dimeja dekat pojok ruangan cafe. Ada dua wanita beda umur tengah berbincang serius merencanakan sesuatu yang jahat.

"Aku sangat sangat membencinya" ujar wanita yang lebih muda geram.

"Kita lenyapkan saja bagaimana. Gara-gara dia putraku berani melawan ibunya"

"Boleh saja. Tetapi gimana caranya?" Si wanita tua mengibaskan tangan menyuruh si gadis mendekat kemudian membisikkan sesuatu ditelinganya.

Beberapa menit kemudian, Jennie masuk ke cafe yang sama memesan segelas kopi kesukaannya tanpa menyadari ada dua pasang mata meliriknya tajam dibelakang.

Kebiasaan Jennie membeli kopi di jam istirahat. Dia orangnya cepat ngantuk. Kalau tidak minum kopi imbasnya pekerjaan akan terbengkalai. Sesudah meeting ini dia akan langsung ke supermarket untuk berbelanja bahan barbeque-an nanti malam sebelum pulang.

Dua pasang mata tadi mengikuti Jennie sampai masuk ke dalam mobilnya. Jennie menyedot sedikit kopinya kemudian menyimpannya di armrest mobil. Memasang sabuk pengaman lalu menginjak rem.

Sambil menyetir, Jennie menikmati kopinya bersama macaron yang tadi sempat dia beli. Namun lama kelamaan Jennie merasakan ada yang aneh dengan minumannya. Kepala Jennie menjadi pusing serta dada kanannya yang sakit seperti ditarik-tarik.

Mobil yang dia bawa melaju tak tentu arah. Jennie bersusah payah menahan rasa sakitnya. Pandangannya mulai mengabur. Kegaduhan terjadi dijalan. Melihat dampak yang akan dia timbulkan parah, Jennie banting setir ke kiri. Menabrak pembatas jalan kemudian jatuh ke bawah jembatan.

Kabar kecelakaannya itu menyebar ke sosial media dan sampai ke telinga keluarga. Jiyoung turun tangan ke bawah membantu warga mengevakuasi Jennie yang terjepit dibadan mobil.

"Jennie-ya bertahanlah nak" kata Jiyoung masih berusaha kuat membuka pintu mobil untuk mengeluarkan Jennie.

"Appa" lirih Jennie pelan. Darah berlumuran disekujur tubuhnya.

"Iya nak"

"Sakit" Jiyoung menunduk membuat air mata yang sejak tadi ditahan menetes.

"Appa, a-ku m-mau k-ketemu Eomma. Appa ngg-gak marahkan" mata Jennie mulai redup.

"Tidak. Appa tidak izinkan kamu ketemu Eomma secepat itu" geleng Jiyoung berderai air mata.

"Jennie-ya" teriak Jisoo yang ikut turun bersama Chaelisa dan Taeyong.

Jennie melihat semua keluarganya ada disini. Ada Jessica juga yang menangis terisak-isak sambil menggendong Jevano. Jennie berusaha mempertahankan kesadarannya.

Eternal Wound ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang