- Epilog -

1K 62 6
                                    

Setahun kepergian Jennie, luka yang ditinggalkan tak kunjung menghilang. Jiyoung sampai kehilangan waras hingga kini terpaksa dibawa ke psikiater. Taeyeon dan anak-anak tidak mau membawa Jiyoung ke rumah sakit jiwa sebab ia tidak terlalu bahaya yang sampai mencelakakan orang disekitarnya.

Sementara pelakunya ataupun penyebab dari kecelakaan Jennie tersebut akhirnya berhasil diringkus setelah posisi sempat gagal menemukan bukti di puing-puing sisa abu mobil Jennie. Mereka mendapatkan sampel minuman Jennie telah dicampurkan narkoba yang menyebabkan dada Jennie nyeri hebat. Jasadnya tidak bisa diotopsi sebab hangus terbakar. Kedua pelaku tersebut adalah ibu Taeyong dan Seulgi. Awalnya Taeyong sempat curiga karena saat dia mengatakan kabar Jennie meninggal ibunya itu malah tersenyum hingga akhirnya ia tak sengaja melihat pesan di hp sang ibu yang dikirimkan oleh Seulgi kalau mereka berdua bersekongkol membunuh Jennie.

Taeyong merasa sangat bersalah. Gara-gara ibu dan mantan kekasihnya, Jennie meregang nyawa. Akibatnya sekarang Jisoo membencinya.

"Eomma kok tega sih" tanya Taeyong menangis. Dia sudah menyayangi Jennie seperti adiknya sendiri dan dengan teganya ibunya itu merenggut Jennie dari dirinya dan keluarganya.

Sang ibu tidak menjawab. Wanita tua itu cuma diam mengalihkan muka.

"Hiks waeyo Eomma, WAE!" Taeyong menangis sesegukan. Tangisan yang hanya dia perlihatkan pada sang ibu betapa hancur hatinya sekarang terlebih Jisoo yang setiap hari melamun seperti orang gila.

"Dia selama ini udah baik sama kita Eomma tapi kenapa Eomma tega hiks, KENAPA EOMMA TEGA, APA SALAHNYA!" raungan Taeyong mengisi ruangan kantor polisi. Polisi yang bertugas mengevakuasi mayat Jennie tak tahan untuk tidak meneteskan air mata melihat tragisnya kematian gadis itu. Wanita tua itu dan Seulgi langsung dibawa ke jeruji besi. Taeyong jatuh bersimpuh dan menangis terisak-isak disana.

Sementara itu di rumah sakit,

"Taeyeon-ah" Taeyeon langsung mendongak mendengar Jiyoung memanggil namanya.

"Ne"

"Tadi malam aku mimpi Jennie. Dia sangat cantik memakai gaun putih. Aku membayangkan betapa cantiknya dia saat memakai gaun tersebut dipernikahan nanti" cerita Jiyoung panjang lebar seraya tersenyum memandang luar jendela kaca.

"Diatas panggung nikah, aku menuntunnya menuju suaminya diujung sana untuk diserahkan. Aku menyerahkan tangan Jennie pada suaminya. Dalam mimpi itu aku menangis. Satu lagi putriku lepas dari tanganku" Taeyeon yang tak kuasa mendengarnya menumpahkan air mata. Sayangnya mimpi Jiyoung itu tidak akan pernah terwujud sampai kapanpun.

"Tolong sayangi putriku seperti kau menyayangi nyawamu. Saat bersamaku dia adalah seorang putri dan jangan sampai saat ditanganmu kau lukai atau ku rampas lagi milikku"

"Appa, ayolah. Jangan bicara seperti itu. Appa menakutinya"

Taeyeon memeluk Jiyoung. Tidak. Dia tidak ingin mendengarkan lagi mimpi-mimpi Jiyoung yang lain.

"Jennie kita sangat cantik Yeoubo" lirih Jiyoung melihat istrinya yang sesegukan didadanya.

"Oppa sudahlah. Jennie sudah bilang padamu untuk jangan menangisinya atau dia tidak akan tenang disana" bujuk Taeyeon berharap suaminya bisa bangkit.

"Apa Jennie mengatakan itu?"

"Ne" Taeyeon mengangguk. Dia terpaksa berbohong.

"Makanya kamu harus sembuh. Nggak boleh kayak gini terus. Kita sebagai orangtua harus kuat"

"Kalau begitu mana dokterku. Kenapa dia belum sampai juga" Jiyoung jadi bersemangat untuk sembuh setelah tadi sempat mengamuk mengusir dokternya.

Di kamar, Lisa duduk dibibir ranjang menatap buku diary Jennie. Setetes air mata jatuh mengenai permukaan buku.

"Unnie, aku merindukanmu" lirihnya membawa buku tersebut dalam pelukan.

Sedangkan Chaeyoung berubah menjadi pendiam dan selalu mengurung diri di kamar. Tubuhnya sangat kurus sebab pola makannya tidak teratur. Chaeyoung tidak tertarik lagi pada makanan. Yang ia lakukan hanya menangis sepanjang hari.

Jisoo sendiri juga sering melamun. Terkadang ia tak menghiraukan tangisan bayinya yang menangis karena lapar. Taeyong sebagai suami selalu sigap dan sabar. Setelah dari kantor dia harus mengurus bayinya dan Jisoo. Taeyong berharap Jisoo bisa pulih secepatnya dari luka.

"Unnie"

"Jennie-ya"

"Jangan abaikan Taeyong dan bayimu. Ingat dulu aku ikut mengurusnya, Unnie nggak boleh mengabaikan bayi manis itu"

"Tapi gara-gara Taeyong kamu meninggal Jen"

"Bukan gara-gara dia Unnie tapi ibunya dan Seulgi. Kalau Unnie terus seperti ini aku tidak akan mau lagi datang ke mimpi Unnie" ancam Jennie membuat Jisoo meneteskan air mata dalam tidurnya.

Untuk Jessica, wanita itu menepati janjinya untuk tinggal disana. Jennie benar-benar merubah surat rumah menjadi atas namanya. Pakaian Jennie yang tertinggal selalu ia dekap dan hirup ketika merindukannya. Aroma tubuh Jennie masih tertinggal dimana-mana, bayang-bayang dirinya masih tersimpan disetiap sudut apartemen ini.

"Jennie-ya. Aunty rindu nak. Apa kamu terlalu sibuk hadir dimimpi mereka. Sekali-kali datanglah ke mimpi Aunty" lirihnya tak lama kemudian disusul oleh jatuhnya air mata.

Pada akhirnya bunga yang dirawat sangat baik akan tetap gugur bila sudah tiba waktunya. Luka-luka, air mata, kehilangan dan penyesalan kini menyatu menjadi kenangan pahit yang abadi.

Air mata sekarang mengakrabkan diri. Menyapa tiap petang dan pagi. Malam-malam sunyi dihantui ribuan kenangan manis saat kita masih bersama. Seandainya waktu dapat diputar, bolehkah Jennie kembali. Banyak hati yang terluka karenanya. Banyak air mata tumpah karena menangisinya. Tuhan, Jennie tidak pernah merasa cukup.

Tolong pulihkan luka-luka itu serta keringkan air matanya. Tidak ada yang patut disesali. Hujan tidak selamanya turun. Matahari akan terbit kembali memancarkan sinarnya. Saat mereka bersatu, ada sebuah keindahan yang akan muncul di atas sana. Lengkungan garis berwarna-warni menyudahi segala badai yang berlalu.

Tamat

Pelakunya udah ditangkap ya. Cerita ini udah tamat walaupun sepi😌

Tolong ingatkan aku buat publish cerita baru besok ya. Aku kadang suka lupa. Aku usahain buat update tiap hari seperti dulu. See you soon...


Eternal Wound ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang