Sesuai permintaan ibunya semalam, Taeyong mengumpulkan keberanian untuk memecat Jennie sebagai sekretarisnya. Demi apapun, Jennie adalah salah satu sekretaris terbaik yang pernah dia punya selama puluhan tahun memimpin perusahaan. Entah bagaimana nasibnya nanti tanpa Jennie. Taeyong akan sulit menemukan sekretaris sekompeten gadis itu.
Sebelum membuka pintu ruangan, Taeyong menarik napas dalam-dalam.
"Selamat pagi sajangnim" sapa Jennie menundukkan kepala sebagai tanda hormat.
"Pagi" jawab Taeyong berjalan mendekati mejanya.
"Jen, ada sesuatu yang ingin ku katakan padamu" kata Taeyong mengucapkannya sedikit tergugup.
"Apa?"
"Mulai hari ini kamu ku pecat"
Wajah shock Jennie tak dapat ia halau dari pandangan. Tiba-tiba tidak ada angin Taeyong memecatnya tanpa alasan.
"Apa saya membuat kesalahan?"
"Anniyo. Maafkan aku Jen. Eomma yang meminta karena termakan berita hoax di kantor" ucap Taeyong tak berani menatap mata Jennie.
Jennie tersenyum kecut. Menggigit bibir menahan perih di dada. Dari dulu dia memang tau kalau ibu Taeyong tak pernah menyukainya. Apalagi penyebabnya jika bukan karena dia anak dari wanita simpanan Jiyoung.
"Baiklah jika itu yang terbaik untuk kita. Apa Unnie tau soal ini?" Taeyong pun mengangguk lemah.
"Jangan sampai masalah ini membuat kalian bertengkar. Bilang ke Unnie kalau aku baik-baik saja. Mungkin ini saatnya aku menerima tawaran Appa. Dia sudah lama menginginkanku keluar dari kantor" ungkap Jennie tersenyum getir.
"Sekali lagi aku minta maaf atas nama Eomma"
Rasa bersalah Taeyong semakin besar. Hati Jennie seluas samudera. tak heran mengapa dulu dia sangat mencintai Jennie.
"Anniya, sebagai anak memang sudah tugasmu mematuhi ucapan orangtua" balas Jennie mencoba memaklumi.
Jennie mengambil kardus dibawah meja. Memasukkan barang-barangnya ke dalam kardus untuk dibawa pulang.
Selesai berkemas, Jennie menghampiri Taeyong untuk berpamitan.
"Oh ya, laporan kemarin sudah ku kirim ke emailmu"
"Ne"
"Aku pulang dulu" pamit Jennie undur diri mengukir senyuman.
Senyuman pertama yang pernah Taeyong lihat selama bekerja disini.
Setelah keluar dari ruangan Taeyong sampai kini tiba di lobi, karyawan berbisik-bisik mempertanyakan kemana Jennie membawa barang-barangnya. Apa dia dipindahkan ke divisi lain atau dipecat.
"Apa dia dipecat?"
"Ku rasa iya"
"Tapi kenapa?"
Jennie terus berjalan lurus ke depan. Membiarkan suara-suara tersebut menusuk pendengaran. Pemecatan sepihak ini melukai harga dirinya. Dari kecil sampai dewasa dia selalu jadi bahan olokan manusia.
Sebelum pulang, Jennie pergi dulu ke sungai Han untuk menenangkan pikiran dan hati. Rasanya mau menangis dan menjerit di atas jembatan untuk melampiaskan sakit hati.
Seolah hari ini adalah hari sialnya, ban mobil Jennie tiba-tiba bocor disimpang jalan. Gadis itu keluar dari mobil dan langsung disambut guyuran hujan. Jennie menendang ban mobilnya kesal sambil menjerit frustasi.
"Arrgghhh"
Alhasil Jennie meninggalkan mobilnya dan jalan pulang kaki sejauh 5 km sambil hujan-hujanan.
Sampai di rumah, Jennie mendapati sang ibu duduk santai membaca majalah ditemani secangkir teh. Ada si kembar juga dan Jiyoung yang baru pulang kerja. Sekarang Jiyoung selalu pulang sore hari.
"Mom" panggil Jennie pelan.
"Loh kok udah pulang, kenapa hujan-hujanan" heran Taeyeon langsung menyimpan majalahnya di meja. Yang lain pun sontak menatap Jennie.
"Ban mobilku bocor" lirih Jennie. Bibirnya pucat pasi.
"Lalu kau pulang jalan kaki hujan-hujanan" samber Jiyoung tak habis pikir.
"Boleh aku memelukmu?" Tanya Jennie pada Taeyeon mengabaikan omelan sang ayah.
Taeyeon tertegun tapi tak ayal tetap mengangguk dan merentangkan tangan.
"Hangat sekali" gumam Jennie didada Taeyeon.
Akibat emosi yang ia bawa dari perusahaan tadi belum hilang, Jennie menumpahkannya dibahu Taeyeon.
"Waeyo, kau ada masalah?" Taeyeon bertanya seraya mengusap rambut basah Jennie. Bajunya ikut basah tapi tak dia pedulikan.
"Taeyong memecatku"
"Mwo?!" jerit Jiyoung dan Taeyeon bersamaan.
"Kenapa dia memecatmu, apa kau melakukan kesalahan" Jennie menggeleng. Bibirnya menepis tangisan yang hendak keluar.
"Dia bilang Eomma nya tidak suka aku menjadi sekretarisnya. Dia takut aku mengambil Taeyong dari Unnie"
"Micheoso!" pekik Lisa tidak terima kakaknya dituduh serendah itu.
"Shit! Aku harus bicara dengannya" amarah Jiyoung meluap. Dengan cepat Jennie menahan tangan ayahnya.
"Jangan Appa. Biarkan saja, mulai sekarang aku akan bekerja dengan Appa" ucapan Jennie melukai hatinya.
Dia senang akhirnya Jennie berada dipihaknya namun disisi lain dia tidak terima harga diri putrinya diinjak-injak.
Mendadak Jennie merasa penglihatannya memburam. Sekeliling ruangan tampak memutarinya hingga kegelapan meraup seluruh kesadaran Jennie.
"Jennie-ya" dengan sigap, Jiyoung menangkap tubuh lemah sang anak.
Bergegas Jiyoung membawanya ke kamar dan meminta Taeyeon untuk mengganti pakaian Jennie sementara dia memanggil dokter keluarga.
"Mommy, Unnie kenapa hiks" anak kembar itu menangis mendapati kakaknya yang selama ini selalu sehat bugar sekarang terbaring lemah.
"Unnie akan baik-baik saja" ucap Taeyeon menenangkan anak-anak walau pikirannya sendiri kalut.
Jiyoung datang bersama dokter Shin. Memberi ruang pada dokter tersebut untuk memeriksa Jennie.
"Dia demam usai hujan-hujanan. Saya lihat dia juga punya penyakit lambung karena sering telat makan. Penyebab dia drop mungkin karena ada masalah yang terlalu membebani pikirannya hingga tubuh tak mampu lagi menahan" jelas dokter panjang lebar cukup memprihatinkan.
"Silahkan ditebus obatnya. Saya pamit dulu" pamit dokter usai memberikan resep obat yang harus Jennie minum.
Jiyoung mengantarkan dokter Shin sampai depan pintu lalu balik lagi ke kamar Jennie.
"Aku harus ke rumah Taeyong untuk menanyakan langsung masalah ini"
"Jangan Yeoubo. Putri kita bisa dalam masalah"
"Lalu bagaimana dengan Jennie? Apa dia bukan putriku" Taeyeon terdiam. Bukan itu maksudnya.
"Tidak ada yang terjadi pada Jisoo. Aku menjaminnya" keputusan Jiyoung sudah bulat.
Dengan langkah lebar, Jiyoung keluar dari kamar Jennie menuju kamarnya untuk mengambil kunci mobil kemudian melajukannya menuju rumah orangtua Taeyong.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Wound ✓
FanfictionLuka, air mata, dan penyesalan yang Jennie alami puluhan tahun lalu menjadikan Jennie sosok dingin dan tak berperasaan. Berpikir dengan menjauhi semua orang lukanya akan sembuh ternyata salah. Jennie butuh seseorang untuk menyembuhkannya. - BLACKPIN...