"Jangan mentang-mentang kakakmu teman Bu Johyun aku akan takut. Selagi kau mencoba gatal pada kekasihku aku tidak akan tinggal diam" ancam Karina di toilet perempuan saat tak sengaja bertemu Chaeyoung disana.
"Kakakku benar" sahut Chaeyoung. Tanpa menatap Karina, ia sibuk mencuci tangan di wastafel.
"Aku tidak pantas untuk lelaki lemas seperti pacarmu" sambung Chaeyoung tersenyum sinis.
Seharian merenungi diri, Chaeyoung paham kalau lelaki yang baik bukanlah lelaki yang menyakiti perasaan wanita. Jaehyun telah mempermainkan perasaannya dan memanfaatkan dirinya demi kepentingan pribadi.
Urusan hati ia kesampingkan dulu. Memang tidak ada cinta yang lebih menyenangkan daripada mencintai makanan. Chaeyoung harus menuntut janji Jennie hari ini.
Malam ini Jennie pulang lebih cepat. Lebih cepat satu jam dari jam biasa. Beruntung Taeyong tidak memberi pekerjaan tambahan sehingga dia bisa tidur nyenyak malam ini.
Sampai di rumah Jennie tertegun menemukan banyak mobil terparkir di depan halaman. Lebih kaget pas tiba didalam. Banyak tante-tante cantik memenuhi ruang tengah.
"Oh Jen. Kamu pulang cepat" tanya Taeyeon.
"Ne"
"Siapa Taeng?"
"Anakku" jawab Taeyeon santai.
Tidak ada keraguan saat memperkenalkan Jennie sebagai anaknya bahkan tanpa tambahan anak sambung dibelakang namanya.
"Kamu kan yang nganterin kue ke rumah waktu itu" tanya Tiffany mengingat wajah Jennie.
"Iya Aunty" senyum Jennie basa-basi.
"Apa kamu bekerja dengan Jiyoung?"
"Anniyo. Aku bekerja di perusahaan lain"
"Mari sini duduk makan" ajak Tiffany seolah mereka saling dekat. Jennie hanya bisa mengiyakan ajakan tante rempong itu.
Jennie pamit ke kamar usai memakan makanan yang dibawa teman Taeyeon sebagai bentuk menghargai tamu.
"Taeng, kenapa aku baru lihat wajahnya. Selama ini kemana saja dia kalian sembunyikan" wanita cantik berambut coklat sebahu dengan mata yang besar bertanya karena penasaran.
"Dia anak sambungku" jawab Taeyeon pada akhirnya
Taeyeon sengaja tidak memberitahu di awal karena takut menyinggung perasaan Jennie.
"Jadi dia anak istri kedua Jiyoung?" Taeyeon mengangguk pelan mengiyakan ucapan temannya.
"Hubungan kami dulu sangat buruk. Kalian ingat, yang waktu itu pernah ku ceritakan kalau aku hampir diperkosa preman?" Mereka mengangguk serentak. mendengarkan Taeyeon bercerita dengan seksama.
"Dialah yang menolongku sampai terluka. Semenjak saat itu hubunganku dengannya mulai membaik begitupula dengan si kembar"
"Ku lihat dia anak yang sopan walau wajahnya sangat dingin" timpal Tiffany berkomentar disetujui oleh yang lain.
Sementara itu di dalam kamar, Jennie menangis terisak-isak di bibir ranjang. Wajah salah satu teman Taeyeon sangat mirip dengan mendiang ibu. Walau sudah sangat lama, Jennie masih hapal bagaimana muka ibunya dan itu sangat persis dengan wanita di ruang tengah.
"Kayak ada orang nangis" Lisa tak sengaja mendengar tangisan seseorang saat melewati kamar Jennie. Alhasil gadis itu berubah haluan ke kamar sang kakak.
Ceklek
Mata Lisa memicing mengamati Jennie yang menunduk diantara temaram lampu. Wajahnya tidak kelihatan jelas.
Klek
Lisa menghidupkan lampu. Sekarang matanya bisa melihat jelas bahwa Jennie sedang menangis.
"Unnie kenapa nangis" lirih Lisa tanpa basa-basi memeluk tubuh rapuh sang kakak.
"Eomma hiks" ujar Jennie tidak jelas. Ia tidak menolak pelukan Lisa.
"Eomma?"
"Wanita dibawah tadi mirip Eomma" ucapnya.
Dari sanalah Lisa baru mengerti. Wajah salah satu teman Taeyeon mirip dengan ibu Jennie. Dia harus memastikan siapa wanita itu.
Jennie sudah mulai berdamai dengan masa lalu. Mencoba melupakan kenangan pahit abadi itu dengan mendekatkan diri kepada ayah, ibu dan saudarinya. Namun ketika melihat wanita asing tadi, luka lama membasah lagi.
Eomma. Jennie sangat merindukan ibunya. Dengan melihat wajah wanita itu saja, rindunya sedikit mereda. Oleh sebab itu dia sengaja cepat-cepat ke kamar. Takut air matanya tidak bisa ditahan.
Lisa yang penasaran memastikan sendiri ke bawah. Siapa wanita yang Jennie maksud mirip dengan ibunya sampai membuatnya menangis seperti itu. Dan benar saja, saat sampai di ruang tengah ia menemukan satu wajah yang lama sekali tidak dia lihat.
Lisa pun tak kuasa menahan air mata. Mengingat tulisan-tulisan Jennie dalam buku diary yang dia baca.
"Sooyeon Eomma" ucap Lisa membuat para wanita itu sontak melihatnya.
"Maksudmu nak?" Tanya Taeyeon.
Lisa tidak menggubris pertanyaan ibunya. Pandangannya memaku wajah cantik tersangka dalam masa lalu Jennie.
"Aunty boleh aku bertanya, siapa namamu?" Tanya Lisa pada wanita tersebut.
Sang empu melirik teman-temannya dan berhenti di Taeyeon sebelum menjawab.
"Namaku Jessica Jung, waeyo?"
"Anniyo. Maaf jika aku lancang. Wajahmu sangat mirip dengan mendiang ibu kakakku" lirih Lisa membuat Taeyeon tertegun.
Dia baru menyadarinya kalau wajah Jessica mirip sekali dengan Sooyeon.
"Aku mendengarnya menangis di kamar tadi dan penyebabnya adalah karena kau mirip dengan Eommanya" Lisa memberikan secarik foto untuk membuktikan pada Jessica kalau Sooyeon dan dirinya sangat mirip.
"Heol, ini sangat mirip" kagetnya menutup mulut.
"Jika berkenan bolehkah Aunty memeluknya sebentar. Sekurang-kurangnya untuk mengobati rindunya" pinta Lisa berharap. Wanita yang bernama Jessica itu mengangguk tanpa ragu.
Setelah mendapat izin dari sang empu, Lisa membawa Jennie ke sana. Jennie tak kuasa beradu pandang dengan wanita di depannya ini. Rasanya dia ingin menangis lagi.
"Namamu Jennie?" Tanya Jessica. Dalam hati Jennie bergumam 'bahkan suaranya pun mirip'
"Ne" jawab Jennie menatap lantai.
Jessica maju beberapa langkah kemudian memeluk Jennie tanpa aba-aba. Tubuh Jennie menegang. Harum parfum tubuh Jessica menyeruak. Aroma tubuh yang sangat asing.
"Jika kau merindukan ibumu datanglah padaku. Anggap aku adalah kembarannya" gumam Jessica dibahunya.
Dengan cepat Jennie membalas pelukan Jessica sangat erat serta menumpahkan air mata dibahu wanita itu.
Tbc
Jennie belum bisa move on, huhu. Funfact nya Sooyeon dan Jessica adalah orang yang sama😂 bagi yang Sone pasti udah tau dari awal perkenalan tokoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Wound ✓
FanfictionLuka, air mata, dan penyesalan yang Jennie alami puluhan tahun lalu menjadikan Jennie sosok dingin dan tak berperasaan. Berpikir dengan menjauhi semua orang lukanya akan sembuh ternyata salah. Jennie butuh seseorang untuk menyembuhkannya. - BLACKPIN...