- COO Peaceminusone -

495 56 2
                                    

Dua hari kemudian Jennie sudah kembali sehat. Jiyoung sangat bersemangat memperkenalkan Jennie sebagai COO nya kepada seluruh karyawan karena putrinya itu menolak untuk menjadi CEO di anak perusahaan.

Pengangkatan Jennie secara tiba-tiba bukan semata karena dia adalah putrinya. Jiyoung telah memikirkan matang-matang dari berbagai aspek. Serta telah mengevaluasi kinerja Jennie selama menjadi sekretaris. Putrinya berbakat namun ditempatkan ditempat yang salah. Mulai sekarang dia akan membimbing dan mengasah skill Jennie agar lebih tajam.

Jennie memiliki aura kepemimpinan dan integritas tinggi untuk mendampinginya menjalankan perusahaan setelah Jisoo mengundurkan diri sebab ingin fokus mengurus rumah tangganya.

Jiyoung mengumpulkan seluruh karyawan dari berbagai divisi untuk membuat pengumuman penting sekaligus pelantikan Jennie sebagai COO Peaceminusone.

"Dengarkan semua, aku ingin membuat pengumuman penting" ucap Jiyoung sebagai kalimat pembuka.

Karyawan menanti apa yang hendak Jiyoung katakan. Gadis cantik disebelahnya pun tak luput dari rasa penasaran mereka.

"Perkenalkan, gadis disampingku ini adalah Nam Jennie. Putri keduaku yang akan menggantikan posisi Jisoo sebagai COO" menyambut perkenalan sang ayah, Jennie membungkukkan badan pada semua orang.

"Selama ini dia bekerja di perusahaan Lee Company sebagai sekretaris CEO. Mulai hari ini dia bekerja bersama kita" pungkas Jiyoung disambut tepukan tangan meriah dari para karyawan.

"Dia sangat cantik"

"Aku suka melihat matanya"

"Majayo. Dia sama cantiknya dengan Jisoo"

"Tolong jaga putriku. Jika dia keliru, jangan sungkan untuk menegurnya. Kalian juga bisa datang padanya jika memiliki kesulitan" pinta Jiyoung amat berharap kehadiran Jennie dapat diterima baik oleh karyawan lain.

"Selamat atas pelantikan anda bujangnim. Semoga sukses ditempat baru dan amanah dalam menjalankan tugas" ucap sekretaris Jiyoung sekaligus sahabatnya memberikan selamat kepada bos muda tersebut.

"Terimakasih. Saya masih butuh banyak bimbingan. Mohon kerjasamanya" ucap Jennie singkat dan padat.

Dia akui, dia tidak terlalu pandai dalam merangkai kata-kata apalagi janji-janji manis.

"Selamat bos cantik"

"Yak!" Sergah seorang pemuda berkacamata menegur temannya yang tidak punya malu merayu Jennie di depan Jiyoung.

Jennie terkekeh geli membuat mereka terpesona. Dia tambah cantik saat tersenyum.

"Sajangnim boleh saya mendekati putri anda" lelaki lain tunjuk tangan. Meminta izin mendekati putri cantik bosnya.

"Minimal ngaca dulu bestie" sahut yang lain memutar mata. Jiyoung hanya tersenyum.

Sebelum keributan semakin parah, Jiyoung membubarkan mereka. Sementara ia membawa Jennie ke dalam ruangannya. Ruangan yang dua kali lipat lebih luas dari ruangan Taeyong.

"Mejamu disini. Bagaimana, kamu suka?"

"Ne, Appa ini sangat bagus" ucap Jennie masih terkagum-kagum dengan kecantikan interiornya.

Coba duduk dulu di kursi kebanggaan tersebut. Jennie terharu bisa merasakan diposisi ini walau tidak pernah menginginkannya.

"Sekarang apa pekerjaanku sajangnim?"

Jiyoung tertawa kecil. Baru saja dilantik, Jennie malah meminta pekerjaan. Memang dasar penggila kerja.

"Appa ada urusan diluar. Siang ini ada meeting dengan kepala divisi, kamu yang gantikan ya"

"Loh, kok mendadak gitu. Aku kan belum membaca laporannya"

"Kamu bisa mempelajarinya sekarang. Semangat anakku" ucap Jiyoung melenggang pergi dengan santainya.

"Kalau begini dia tidak ada bedanya dengan Taeyong" dengus Jennie.

Beruntung otak Jennie cerdas. Jadi hal itu tidak menjadi masalah besar baginya. Di ruang meeting, orang-orang menunggu Jiyoung masuk. Namun saat pintu besar itu terbuka justru Jennie yang datang.

"Loh, aku pikir tadi sajangnim"

"M-maaf. Sajangnim ada urusan mendadak diluar jadi saya yang akan menggantikannya" ujar Jennie sedikit gugup.

"Tidak apa-apa itu lebih baik"

Dua puluh menit memimpin rapat, Jennie berkeringat dingin. Beruntung dia tidak melakukan kesalahan.

"Bujangnim, mau makan siang bersamaku"

"Apa sudah masuk waktunya" Jennie melirik jam tangan. Pukul 1 siang.

"Boleh, yang lain kalau mau ikut silahkan. Saya tunggu di kantin" tutur Jennie keluar meninggalkan ruang rapat.

"Nggak peka banget sih jadi cewek, aku kan cuma mau berduaan"

"Kau lupa apa yang sajangnim katakan" timpal temannya.

"Coba saja. Jika kalian berhasil mendapatkan hatinya akan ku beri hadiah tapi ingat ini supaya tidak kecewa. Dia sangat dingin dan cuek"

"Gwenchana. Aku suka tantangan" lelaki itu tak menyerah.

Sebab masih hari pertama, Jennie pulang lebih awal. Jiyoung pun tak lagi menampakkan diri di perusahaan setelah pagi tadi pergi.

Lama tidak nongkrong di cafe, Jennie memilih cafe Jessica untuk meminum kopi sebentar sebelum pulang. Satu jam lalu Lisa mengiriminya pesan kalau Taeyeon mengajaknya makan malam diluar.

"Selamat datang" kedatangan Jennie disambut ramah. Jennie membalasnya dengan senyuman. Matanya menjelajah isi cafe mencari seseorang.

Pas sekali yang membawakan pesanannya adalah Jessica.

"Oh kamu"

"Hai Aunty apa kabar"

"Baik" balas Jessica membalas senyuman Jennie.

"Kemana saja baru kelihatan" menyesap seteguk kopinya dahulu sebelum menjawab pertanyaan Jessica.

"Dua hari lalu aku sakit. Ini baru sembuh dan kerja lagi di perusahaan Appa"

"Loh, bukannya kamu bekerja dengan Taeyong"

"Ne, tapi aku di pecat karena ibunya tidak menyukaiku"

"Heol" ucap Jessica tidak habis pikir.

"Aunty kenapa masih kerja. Seharusnya Aunty sudah cuti"

"Mau bagaimana lagi. Aunty sekarang orangtua tunggal" lirih Jessica membuat Jennie melebarkan mata.

"Kami baru saja bercerai karena Aunty memergokinya selingkuh. Aunty diusir dari rumah dan sekarang mengontrak rumah"

"Aku punya apartemen di Myeongdong. Aunty bisa tinggal disana" tawaran Jennie langsung ia tolak mentah-mentah.

"Anni. Tidak usah, Aunty tidak ingin menyusahkanmu"

"Daripada apartemen itu terbengkalai lebih baik Aunty tempati. Maaf, bukannya merendahkan pekerjaan Aunty, biaya hidup di Korea sangat mahal. Gaji pegawai cafe mungkin hanya cukup untuk membayar kontrakan dan makan. Belum lagi kebutuhan bayi. sebentar lagi Aunty kan mau lahiran" ucapan Jennie ada benarnya.

"Aunty takut merepotkannmu"

"Bukankah waktu itu Aunty pernah bilang kalau aku bisa menganggap Aunty sebagai ibuku. Lantas, apa salahnya aku melakukan tugas sebagai seorang anak" karena mungkin pengaruh hormon kehamilan, Jessica meneteskan air mata.

Jennie gelagapan. Takut dituduh menyakiti Jessica hingga membuatnya menangis.

"Gomawo-yo. Aunty sudah tidak punya keluarga,-"

"Aku juga cuman punya Appa, Aunty. Sekarang Aunty bisa nganggap kita keluarga juga" Jessica mengangguk. Beruntung bertemu orang sebaik Jennie.












Tbc

Eternal Wound ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang