- Tulisan Tangan Jennie -

528 57 1
                                    

Boleh Aku Mengeluh

Beranjak dewasa ternyata semelelahkan ini. Maaf mma, aku masih sering mengeluh. Ada banyak cerita ku simpan sendiri. Tangisan yang tak pernah usai saat hujan jatuh ke bumi. Eomma, kenapa pergi terlalu jauh.

Pikiranku berkecamuk setiap saat. Aku takut mengecewakanmu Mma. Aku takut tak bisa membanggakan mu disana. Jalanku terjal dipenuhi kerikil berduri. Perahuku terombang ambing dihempas ombak. Badai menerjang tubuh kecilku. Membawaku ke tepian. dititik semula aku memulai.

Mata Lisa salah fokus pada selembar foto yang terselip diantara lembaran buku.

"Apa ini ibunya Jennie Unnie?" Tanya Lisa dalam hati. Samar-samar wajah asing ini terasa jelas. Yah, Lisa pernah bertemu dengannya. Saat itu umurnya baru dua tahun.

"Mereka sangat mirip" imbuhnya tersenyum getir.

"Unnie pasti sangat menyayangi ibunya. Dia pasti kesepian selama ini" lirih Lisa ikut merasakan kesedihan dari tulisan tangan Jennie.

Menarik napas dalam. Lisa yakin di halaman-halaman selanjutnya akan menemukan lebih banyak bawang yang bertaburan.

Rindu Yang Tak Pernah Selesai.

Eomma, setelah kau pergi aku berubah menjadi pendiam. Tidak ada alasan bagiku untuk tersenyum. Mendadak aku tidak pandai berekspresi. Buntu. Aku ikut mati bersama jasadmu.

Untuk hari-hari indah dulu, hari-hari penuh canda dan tawa. Adakah kau masih mengingatnya. Hari ketika aku terjatuh saat pertama kali bermain sepeda. hari pertama aku bisa berjalan dan terjatuh di pelukanmu. Dapatkah itu terulang lagi Eomma?

Aku rindu dibungkus pelukan hangatmu. Rindu merasakan hangatnya genggaman tanganmu membungkus jemari kecilku.

Aromamu tak lagi tercium. Jauh rasanya tuhan memisahkan kita. Apa disana Eomma merasakan hal sama. Merindui seseorang yang tak pernah selesai.

Bacaan Lisa terpaksa terhenti ketika pintu kamarnya di gedor brutal. Ia menebak Chaeyoung sebagai dalangnya.

"Apa lagi Chaeng,- M-mommy" gagap Lisa mendadak berubah ekspresi.

"Kamu apain kembaran kamu" tanya Taeyeon dengan tatapan intimidasi.

"Gak aku apa-apain" kata Lisa membela diri.

Sejak tadi dia di kamar membaca diary Jennie bukan menganggu Chaeyoung si gadis cengeng itu.

"Dia menangis meraung-raung di kamar Mommy, Lisa"

"Terus apa hubungannya sama aku"

"Ya ada. Kamulah penyebabnya. Pokoknya Mommy gak mau tau cepat diemin kakak kembar kamu itu sebelum kucing gendutmu Mommy jual ke pasar loak"

"Nggak bisa gitu dong Mom" protes Lisa tidak Taeyeon gubris ia tetap menarik tangan Lisa menuju kamarnya secara paksa.

Si kembar beda lima menit itu sering kali bertengkar cuma gara-gara masalah sepele. Tak jarang Taeyeon dibuat stress olehnya. Satu cengeng dan yang satu lagi usil. Lengkap sudah penyebab sakit kepalanya.

Disisi lain Jennie kebingungan mencari buku diary nya. Biasanya selalu ia simpan di dalam tas namun hari ini tidak ada. Perasaan tadi sudah ia masukkan ke dalam tas.

"Kemana lagi tuh buku. Perasaan tadi udah ku taruh di dalam deh" gumam Jennie mengobrak-abrik isi tasnya.

"Cari apa Jen" suara Taeyong mengagetkan Jennie. Hampir saja jantungnya meloncat keluar.

"Bapak ngagetin aja" dengus Jennie.

"Kamu kehilangan sesuatu" tanya Taeyong sekali lagi. Sorotan matanya tertuju pada isi tas Jennie yang berantakan.

"Iya, buku diary saya" jawab Jennie tanpa memandang lawan bicaranya. Sibuk mengobrak-abrik isi tas.

"Mungkin ketinggalan di rumah pas kamu buru-buru ke kantor" kata Taeyong ada benarnya. Jennie akan mengeceknya nanti sehabis pulang.

Sementara itu di rumah, Lisa menahan diri agar tidak menonjok muka menyebalkan Chaeyoung. Gara-garanya dia kena marah dan harus terjebak bersama gadis manja ini.

"Udah ah. Aku capek mau tidur"

"Tidur bareng aku aja"

"Ntar malam aja deh" kata Lisa tidak sepenuhnya bersungguh-sungguh. Ia bosan Chaeyoung menempel terus seperti cicak di tubuhnya.

"Janji ya"

"Em" pelukan Chaeyoung pada lengannya mengendur. Lisa bernapas lega. Balik ke kamar melanjutkan bacaannya tadi.

Suara pintu kamar yang ditutup mengalihkan perhatian Lisa. Suara itu terdengar dari kamar sebelah, yaitu kamar Jennie. Pemiliknya pasti sudah pulang.

"Apa ku balikin aja bukunya ke Unnie? Tapi aku belum selesai baca semuanya" bimbang Lisa. Jennie pasti kesulitan mencari bukunya.

"Ntar kalau ku balikin dia nuduh aku yang nyuri" Lisa jadi negative thinking.

"Besok aja deh. Pas semuanya udah selesai ku baca. lagian dia pasti nggak tau kalau bukunya ada sama aku"

"Kemana lagi tuh buku"

Jennie termenung dibibir kasur. Sudah diperiksa ke semua tempat, buku itu tetap tidak ditemukan.

"Kayaknya kehilangan udah jadi bagian hidupku deh" lirihnya tertawa sumbang. Menertawakan nasib yang tak pernah berpihak.










Tbc

Eternal Wound ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang