- Pilihan Sulit -

463 53 0
                                    

Hari ini adalah hari pernikahan Jisoo dan Taeyong. Kedua mempelai duduk diatas pelaminan dengan senyuman bahagia menyambut para tamu. Pernikahan mereka diselenggarakan secara tertutup. Tamu undangan hanya dari kalangan kerabat dan teman-teman dekat pengantin saja.

"Unnie, baik-baik jadi istri orang. Jangan pemalas" nasehat Lisa memberikan pelukan terbaiknya untuk sang kakak yang hendak dibawa pulang oleh suaminya.

"Aku tau" jawab Jisoo membalas pelukan Lisa tak kalah hangat.

"Jangan lupa sering-sering main ke mansion dan bawain makanan"

"Iya bawel" gemas Jisoo mencubit ujung hidung mancung Chaeyoung.

Jisoo dan Taeyong beralih pada Taeyeon dan Jiyoung. Mengecup punggung tangan mereka sebagai tanda hormat lalu memeluknya.

"Sekarang kamu sudah menikah. Jangan lupakan apa yang telah Mommy ajarkan"

"Ne" lirih Jisoo tak kuasa menahan air matanya.

Setelah hari ini, ia tidak akan lagi melihat wajah orangtuanya setiap hari di rumah.

"Dad, tolong jaga Mommy dan adik-adik. Aku janji akan baik-baik saja" pinta Jisoo memegang kedua tangan sang ayah. Jiyoung mengangguk. Walau hatinya masih berat melepas putrinya pada lelaki lain.

"Semoga bahagia nak"

Terakhir adalah Jennie. Si gadis berwajah datar dengan sejuta pesona. Kali ini berbeda. Senyumannya merekah sempurna seolah beban menumpuk dihatinya telah sirna.

"Sekarang kau yang tertua di rumah. Banyak-banyaklah menghabiskan waktu di rumah bersama mereka" ucap Jisoo tak Jennie tanggapi. Gadis itu hanya memeluk sang kakak sebagai tanda perpisahan.

Mata Jennie berpindah pada Taeyong disebelah Jisoo.

"Tolong jaga kakakku"

"Percayakan padaku" jawab Taeyong tegas.

                              *****

Sejak menikah dengan Taeyeong, Jisoo jadi rajin ke kantor bawain makanan buat suaminya. Makan berdua dalam satu wadah saling suap-suapan sampai lupa kalau di ruangan ini bukan cuma mereka saja.

Malangnya, Jennie satu ruangan dengan Taeyong. Dimana ia setiap hari menyaksikan keromantisan mereka sebagai nyamuk.

Mata kucing Jennie melirik meja diseberang sana. Mereka masih asik suap-suapan sambil sesekali diselingi canda tawa. Abaikan soal itu Jennie menyusun dan memeriksa lagi dokumen yang hendak ia berikan pada Taeyong.

"Sajangnim, ada dokumen yang harus anda tandatangani"

"Ya, letakkan saja disitu" ucap Taeyong menunjuk mejanya.

Jennie mengangguk tanpa memandang ke arah mereka. Sungguh, entah mengapa dia yang malu.

Detik berikutnya Jisoo baru tersadar. Ia menatap kotak bekalnya yang sudah habis. Lupa membawa satu lagi untuk Jennie padahal ia tau kalau adiknya bekerja dengan Taeyong.

"Jennie-ya, mianhae. Aku lupa membawakanmu makanan"

"Gwenchana. Aku bisa makan di kantin"

Walau Jennie tidak masalah, di dalam hati Jisoo tetap merasa bersalah. Ini bukan hari pertama ia ke kantor Taeyong tapi sudah hampir sepekan. Hanya karena dia terlalu bahagia, dia sampai melupakan keberadaan Jennie.

Perusahaan saat ini sedang gencar menciptakan produk baru yang lebih inovatif. Rencananya produk tersebut akan diluncurkan pada pertengahan tahun ini jika tidak ada hambatan.

"Jen"

"Ne" Jennie bergegas menghampiri Taeyong yang memanggilnya.

"Tolong minta data keuangan bulan ini pada Yuta" titah Taeyong sembari membolak-balikkan dokumen yang Jennie berikan tadi.

"Baik"

Yuta merupakan manajer keuangan di perusahaan sekaligus tangan kanan Taeyong. Dia selalu dapat diandalkan dan kompeten dalam pekerjaannya.

"Permisi, tuan Taeyong meminta data keuangan perusahaan bulan ini" ucap Jennie kaku.

"Sebentar" kata Yuta meminta Jennie menunggu. Tidak menunggu lama, Yuta kembali membawa apa yang Jennie minta.

"Terimakasih" ucap Jennie kemudian pergi meninggalkan ruangannya.

Jennie sampai tidak bisa makan saking banyaknya laporan yang harus dia periksa. Bahkan saat seluruh karyawan sudah pulang, ia harus begadang di kantor seorang diri menyelesaikan pekerjaan Taeyong. Taeyong pulang satu jam yang lalu setelah ditelepon Jisoo. Jisoo bilang ibunya datang dan ingin membicarakan sesuatu.

Disebuah meja makan memanjang, seluruh keluarga besar Taeyong datang untuk makan malam bersama. Melihat situasi sudah tepat untuk berbicara, sang ibu pun bersuara.

"Taeyong, ada sesuatu yang mau Eomma bicarakan sama kamu" Taeyong melirik sekitar lalu berhenti pada sang ibu.

"Apa Eomma?"

Eomma Taeyong tampak ragu ingin menyampaikan hal yang mengganjal dalam hatinya sebab di meja ini juga ada sang menantu.

"Soal sekretarismu, Eomma ingin kamu cari sekretaris baru"

"Loh, kenapa memangnya? Selama ini Eomma tidak pernah mempermasalahkan apapun" tukas Taeyong melayangkan protes.

"Eomma mendengar desas-desus buruk di kantormu. Eomma tidak ingin hal itu merusak rumah tanggamu"

"Maaf, maksud Eomma apa ya. Eomma menuduh adikku menjadi duri dalam rumah tanggaku" sela Jisoo yang sejak tadi menyimak. Bagaimanapun ia tidak suka adiknya dituduh tanpa alasan jelas.

"Ini demi kebaikanmu Ji. Banyak karyawan yang melapor pada Eomma untuk memecat Jennie karena mereka bilang Jennie punya perasaan pada Taeyong lagipula Jennie bukan adik kandungmu kenapa kau sangat membelanya" oceh Eomma Taeyong panjang lebar. Tidak ada satupun dari ucapannya itu bisa Jisoo terima.

"Justru dialah yang menolak Taeyong untukku. Jika dia menyukai Taeyong, dia pasti menerima Taeyong dan aku tidak akan pernah duduk disini"

"Ji, tenanglah" ucap Taeyong mengusap lembut punggung istrinya.

"Eomma sudah membicarakan ini pada semua orang dan mereka setuju. Bahkan Seulgi pun mengaku pernah melihat Jennie mencoba menarik perhatian Taeyong. Kau tidak takut suamimu diambil" a

Amarah Jisoo tertahan. Kedua tangannya mengepal di bawah meja mendengar celotehan nenek tua itu.

"Ku rasa Eomma berlebihan. Aku sangat mengenal Jennie. Sudah sepuluh tahun aku bekerja dengannya dan Jennie bukan perempuan seperti itu" bela Taeyong.

"Eomma tidak mau tau Taeyong. Pokoknya besok kamu harus memecatnya atau kau tidak akan pernah melihat Eomma lagi" ancam Eomma Taeyong tetap teguh pada pendiriannya.

"Kau tidak akan memecat adikku kan" tanya Jisoo membuat Taeyong menghela napas berat.

"Ini pilihan sulit tapi aku harus melakukannya. Jennie bisa bekerja di perusahaan ayahmu daripada terus dituduh sebagai perusak hubungan kita"

Jisoo kecewa mendengar keputusan suaminya. Ia lebih mementingkan perasaan ibunya daripada mempertahankan Jennie.

"Ku mohon mengertilah sayang. Aku tidak diberi pilihan" mohon Taeyong namun Jisoo pergi melenggang begitu saja.











Tbc

Eternal Wound ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang