- Orang Ketiga -

402 60 2
                                    

Butuh waktu enam bulan untuk Taeyong mendapatkan sekretaris baru. Dan sekretarisnya itu adalah Seulgi. Mantan kekasihnya dahulu. Taeyong terpaksa menerima gadis beruang itu atas paksaan sang ibu. Akibatnya, Jisoo sering berantem sama Seulgi karena gadis itu terang-terangan merayu suaminya.

"Kamu sengaja memecat adikku supaya bisa deketin Seulgi lagi?" marah Jisoo diliputi rasa kecewa yang amat besar.

"Aku sedang ngandung anak kamu Taey. Kamu tega duain aku?"

"Denger dulu Ji. Aku gak ada perasaan apapun lagi sama Seulgi. Aku terpaksa karena Eomma"

"Itu lagi alasan kamu. Seharusnya aku sudah sadar dari awal kalau aku cuma jadi pelampiasan sakit hati kamu sama Jennie. Makanya kamu nikahin aku buat balas dendam kan" pikiran Jisoo terlalu jauh menilainya.

Jennie memang menolak cintanya dan menyarankan dirinya untuk mendekati Jisoo. meskipun Taeyong tak tertarik padanya. tetapi setelah mengajak Jisoo berkencan dan menghabiskan waktu bersama benih-benih cinta itu mulai tumbuh. Oleh sebab itulah dia menikahi Jisoo.

"Aku dulu memang menyukai Jennie tetapi sekarang aku mencintaimu Ji. Aku tidak ada niat buat nyakitin kamu" air mata Jisoo mengalir deras dipipi. Hormon kehamilan membuatnya sangat emosional.

"Ucapan ibumu kau dengarkan sedangkan aku tidak. Kalau memang mencintaiku pecat dia!" bentak Jisoo.

Ceklek

"Unnie wae?" Jennie tiba-tiba menyelonong masuk. Perhatian Jisoo dan Taeyong sontak beralih padanya.

Dua puluh menit yang lalu Jisoo meneleponnya sambil menangis. Tanpa banyak pikir panjang, Jennie izin pada sang ayah untuk menjemput Jisoo di perusahaan Taeyong.

"Taeyong-ah. Ayo makan siang bersama" Seulgi melenggang masuk tanpa mengetuk pintu dahulu.

Memanggil Taeyong dengan nama alih-alih sajangnim. Meskipun mereka dekat hal itu tidak dibenarkan sebab ini masih dilingkungan kantor.

Mata Jisoo merah legam menatap Seulgi seolah siap membunuhnya. Jennie sebagai orang luar kebingungan mencerna situasi. Bagaimana Seulgi bisa ada disini dan mengapa kakaknya terlihat begitu marah padanya.

"Apa yang kau lakukan disini wahai nona Kang?" sarkas Jennie dengan wajah yang amat datar.

"Seharusnya aku yang bertanya begitu" ucap Seulgi.

Jalan untuk lebih dekat dengan Jennie. Memangkas jarak yang tercipta. Dengan sombongnya membusungkan dada di depan COO Peaceminusone.

"Apa kau ingin mengemis lagi untuk bekerja disini tapi maaf, aku sudah jadi sekretaris Taeyong"

"Dasar ular. Kau memfitnahku untuk mendapatkan kursi disini. Rendahan sekali. tak heran mengapa Taeyong membuangmu"

"Kau" Jennie menahan tangan Seulgi yang hendak menamparnya diudara.

Memelintir tangan gadis itu dengan mata tajam membunuh. Taeyong saja sampai meneguk ludah melihatnya.

"Sekarang apalagi maumu? Mengacaukan rumah tangga kakakku? Aku tidak akan diam lagi jika kau mengusiknya" suara datar Jennie berhasil membuat Seulgi merinding ketakutan.

Mata kucing Jennie beralih pada Taeyong. Menghempaskan tangan Seulgi dari cekalannya kemudian mendekati Taeyong.

"Bukan ini yang ku mau. Kau sudah janji padaku untuk tidak menyakitinya bukan?"

"Aku tidak menyakiti Jisoo. Aku terpaksa menerimanya karena Eomma"

"Ya karena ibumu sampai aku didepak paksa dari kantor. Aku tau kau hanya ingin menjadi anak yang baik untuk ibumu tetapi sekarang kau bertanggung jawab terhadap istrimu. KAU SELALU MENGUTAMAKAN IBUMU DIBANDING ISTRIMU!" bentak Jennie. Suaranya menggelegar ke seluruh ruangan.

"Jen"

"DIAM! AKU BELUM SELESAI BICARA" tegas Jennie.

"Sekali lagi ku dapati kau membuatnya menangis! Aku akan membawanya jauh darimu! Aku tidak main-main" ucap Jennie.

Taeyong bisa melihat keseriusan dimata kucing itu. Jennie adalah satu-satunya gadis yang dia kenal memegang janji dan ucapannya. Jika itu sampai terjadi, maka Taeyong tak pantas untuk hidup lagi.

"Aku janji,-"

"Aku tidak mau janjimu!"

Dengan cepat Jennie menarik Jisoo pergi dari sana. Membawanya pulang. Mungkin sekarang Jisoo butuh pelukan Taeyeon atau sekedar menangis dibahu sang ibu.

"Mommy hiks" Jisoo menangis dan langsung memeluk Taeyeon yang duduk disofa.

"Kenapa, apa berantem lagi?" Jisoo mengangguk didadanya membuat Taeyeon menghela napas.

"Sudah, si Seulgi itu memang pelakor ntar juga dapat karma sendiri. Daripada galau mending kita shopping" saran Lisa.

"Majayo. Sama beli makanan banyak-banyak" timpal Chaeyoung mengingat makanan.

"Kamu makan mulu!" tukas Lisa menoyor jidatnya.

"Kalau nggak makan ya mati Li"

Jisoo menerima usulan adik-adiknya. Jennie terpaksa mengorbankan pekerjaan demi menghibur sang kakak yang sedang galau.

"Unnie, Lili mau beli mainan" pinta Lisa memanyunkan bibir pada Jennie.

"Mainan?"

"Ne, yang kayak gitu" Lisa menunjuk random mainan ditangan seorang bocah perempuan.

"Itu mainan bocil Lisa" tegur Chaeyoung.

"Aku mau itu" Lisa mulai merengek.

Jika Jennie mengatakan tidak maka Lisa akan guling-guling dilantai dan dia tidak mau itu terjadi.

"Arraseo, ambilah" pasrah Jennie.

Setelah dapat giliran Lisa kini giliran Chaeyoung yang minta makan steak. Untuk Jisoo, ia mengajak mereka ke salon.

"Jen"

"Hmm"

"Kamu yang keramasin rambut orang itu" suruh Jisoo menunjuk orang berambut kribo di sampingnya.

"Nggak ah. Aku kan gak bisa nyalon" tolak Jennie.

"Ayolah, ini demi keponakan kamu. Aku ngidam pengen kamu yang melakukannya. Emang kamu mau ntar dia keluar ileran, enggak kan?" Bodohnya lagi Jennie ikut menggeleng dan menyetujuinya.

"Maaf, boleh saya yang mencuci rambut anda" tanya Jennie meminta izin pada orangnya.

"Ah ya silahkan"

Dibangku tunggu, Chaelisa tertawa cekikikan.

"Kasihan Jennie Unnie jadi korban ngidam ibu hamil" cicit Lisa.

"Yang penting bukan kita yang disuruh kayang disini. Jisoo Unnie dari dulu memang orangnya random" tambah Chaeyoung disetujui Lisa.
















Tbc

Eternal Wound ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang