- Kedatangan Jisoo -

573 60 2
                                    

Hari menjelang sore. Motor tua Jennie memasuki halaman luas mansion. Ada sebuah mobil van hitam terparkir di depan rumah. Ketika masuk ke dalam, ia mendapati punggung seorang gadis tengah duduk berbincang dengan yang lain di ruang tamu.

"Jennie, ke sini sebentar" panggil ayah memintanya duduk bergabung bersama mereka.

Jennie menurut. Duduk di sebelah ayah yang sedikit berjarak.

"Kenalin, ini Jisoo. Kakak sulung Chaeyoung dan Lisa. Dia baru datang dari Italia. Selama ini dia tinggal di Italia bersama kakeknya dan sekarang dia tinggal bersama kita" jelas Jiyoung panjang lebar.

"Ayo kenalan" tegur sang ayah membuyarkan lamunan Jennie.

"Jennie Jung"

"Jennie!"

"Apa dia anak tirimu Dad?" Tanya gadis bernama Jisoo. Pasalnya Jennie menyebut dirinya Jung, dimana itu bukanlah marga dari sang ayah.

"Bukan. Dia mengganti namanya ke marga ibunya" jelas sang ayah supaya Jisoo tidak salah paham atau berpikiran macam-macam.

"Apa aku sudah boleh pergi" sela Jennie.

"Ya pergilah" jawab Jiyoung tampak tertekan menghadapi sifatnya.

"Apa dia orang seperti itu?" Tanya Jisoo terheran-heran.

"Ya, semenjak ibunya meninggal Jennie sangat sulit disentuh. Ke depannya kau akan melihat wajah dingin itu setiap hari"

Sejak kedatangan Jisoo sore tadi, mansion jadi semakin ramai dan berisik. Suatu hal yang paling Jennie benci. Ketenangannya terusik. Sialnya lagi ia harus menyaksikan ada gadis lain yang memeluk ayahnya. Dada Jennie terbakar api cemburu. Seharusnya ia yang mengisi posisi itu bukan mereka.

"Kamu bisa bekerja di perusahaan Daddy mulai besok"

"Kok buru-buru banget sih Dad. Aku baru sampai loh" kata Jisoo dengan nada mendayu.

"Besok datang saja dulu. Daddy akan memperkenalkan kamu dengan teman-teman Daddy"

"Ngomong-ngomong, apa Jennie bekerja juga di perusahaan Daddy?"

"Nggak. Dia bekerja di perusahaan lain"

"Kok gitu"

"Daddy juga nggak tau. Dia bilang dia mau mandiri" Jisoo ngangguk-ngangguk paham. Senyuman miring tersungging di bibir hatinya.

Perusahaan yang di kelola Jiyoung merupakan salah satu perusahaan terbesar di Korea dan Asia. Ia disegani oleh masyarakat dan dikenal memiliki keluarga harmonis.

"Nam Jiyoung"

"Eoh Hyung" balas Jiyoung menjawab uluran tangan pria tua di depannya.

"Masih sibuk ngurus perusahaan"

"Iya Hyung. Beruntung aku punya tiga putri yang bisa diandalkan. Jadi aku tidak kerepotan"

"Kau beruntung. Semua putrimu cantik-cantik" Nam Jiyoung tersenyum anaknya dipuji. tanpa sadar telah melupakan Jennie.

*****

Matahari tertutup awan hitam. Gerimis pelan-pelan berubah menjadi hujan lebat. Jennie kelabakan. Panik. bagaimana hendak pulang sementara tubuhnya sudah basah kuyup disiram hujan.

"Dahlah terobos aja" bersama motor butut kesayangannya gadis itu jalan membelah hujan.

Sesampainya di rumah, maid yang membukakan pintu terkejut mendapati nona mudanya pulang dalam keadaan basah kuyup.

"Non kok hujan-hujanan"

"Namanya pakai motor bi" jawab Jennie sedikit tersenyum.

"Kan bisa naik taksi nona, motornya bisa ditinggal dulu" kata bibi Jeon penuh kekhawatiran.

"Aku ke kamar dulu ya Bi" pamit Jennie menghindari omelan bibi Jeon. Wanita tua itu paling cerewet jika menyangkut tentangnya.

"Kamu kok basah kuyup" langkah Jennie terhenti. Tidak menduga kalau mereka pulang secepat ini dari pesta.

"Hujan"

"Appa juga tau kalau sekarang sedang hujan. Kenapa kamu tidak telpon Appa biar Appa bisa jemput"

"Kalau anda peka, aku tidak perlu melakukan itu" balas Jennie membuat Jiyoung diam tak berkutik. Saat hendak menjawab, ia melihat Jennie sudah naik ke atas.

"Dasar cewek aneh" gumam Jisoo sementara Lisa yang berada disebelahnya menatap sendu punggung Jennie.

'Jennie-ya sampai kapan kau bersikap seperti ini pada Appa nak'

"Dia dari dulu memang aneh" sahut Chaeyoung membenarkan ucapan si sulung.

Lisa bangkit dari tempat duduk. Pergi ke dapur mengambil piring yang diisi nasi dan lauk pauk kemudian membawanya ke kamar Jennie.

"Unnie ini Lisa" ucap Lisa takut-takut memanggil Jennie dari luar.

Sebab tangannya sedang memegang nampan, ia tidak bisa mengetuk pintu. Namun setelah ditunggu selama lima menit, pintu tak kunjung dibukakan. Lisa menyimpan nampan itu dulu di lantai guna memudahkannya membuka pintu. Setibanya di dalam, ia menemukan Jennie tertidur pulas.

"Dia tidur" ucap Lisa berbisik agar tidak membangunkan Jennie.

Tak tega membangunkan, Lisa menyimpan nampannya diatas meja samping kasur Jennie.

"Jangan lupa makanannya dimakan ya Unnie" cicit Lisa pelan kemudian meninggalkan kamar Jennie.

"Habis darimana"

"Kamjagiya" kaget Lisa mengurut dada. Tiba-tiba Jisoo berdiri di depannya.

"Kamar Jennie Unnie"

"Ngapain"

"Nganterin makanan tapi orangnya tidur jadi aku tinggalin aja di atas meja"

"Sudah sana masuk kamar. Besok kamu sekolah" ucap Jisoo tegas.

"Ne" jawab Lisa lesu.

Lama-lama Jisoo jadi penasaran sekaligus tertarik untuk mengenal sosok Jennie lebih jauh. Si gadis dingin mahal senyum.















Tbc

Eternal Wound ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang