- Ulang Tahun Jennie -

494 61 1
                                    

"Jennie Unnie hari ini ulang tahun tapi kenapa saat aku mengucapkannya, Unnie kelihatan tidak suka" ujar Lisa lesu pada anggota keluarga di ruang tamu.

Pasalnya tadi pagi pagi sekali ia sengaja ke kamar Jennie untuk mengucapkan selamat namun Jennie hanya menatap datar.

"Kalian masih ingatkan, kenapa Sooyeon meninggal?" kata Jiyoung balik melempar pertanyaan.

"Daddy bilangkan karena kecelakaan" Chaeyoung yang menjawab.

"Benar, tapi dihari itu adalah ulang tahun Jennie" imbuh Jiyoung membuat mereka membeku ditempat.

"Jennie tidak pernah mau ada siapapun yang mengucapkan selamat padanya"

Jiyoung menyenderkan tubuh pada badan sofa. Mengambil napas sejenak sebelum lanjut bercerita.

"Kecelakaan itu terjadi karena Sooyeon ingin merayakan ulang tahun Jennie di pantai. Namun saat menyebrang jalan ia justru di serempet mobil karena menyelamatkan Jennie" lirih Jiyoung memejamkan mata.

Perlahan air matanya mengalir keluar mengingat insiden mengerikan masa lalu.

"Dia pasti menganggap dirinya sebagai pembunuh Sooyeon. Salahku juga waktu itu membiarkan mereka pergi berdua"

Mendengar cerita Jiyoung, Lisa merenung. Kumpulan puzzle yang selama ini hilang sekarang sudah bertemu. Sekarang Lisa paham mengapa Jennie sangat terpukul akan kematian ibunya.

Sementara disisi lain Jennie menghabiskan waktu di sebuah cafe. Cafe terakhir yang ia kunjungi bersama Sooyeon. Memilih tempat duduk di dekat jendela dan memesan satu potong kue tart ukuran sedang dengan satu lilin diatasnya.

Jennie tidak melakukan apa-apa selain diam menatap kuenya. Seperti itu dia lakukan setiap tahunnya. Dan pada akhirnya ia hanya pergi meninggalkan kue itu disana.

"Jen" kesadaran Jennie tertarik kembali ke alam nyata ketika mendengar suara seseorang menyebut namanya.

"A-aunty" gagap Jennie melihat siapa pelakunya.

"Ngapain melamun sendirian. Lagi nunggu seseorang?" Tanya sosok tersebut mengambil tempat duduk dihadapannya.

Jennie sedikit salah fokus pada penampilan wanita ini. namun sebisa mungkin ia singkirkan rasa penasarannya itu dulu.

"Anniyo, cuma duduk" dan pandangan wanita itu jatuh pada kue yang dibiarkan menganggur.

"Kamu sekarang ulang tahun?"

"Ne"

"Mari kita rayakan bersama" serunya antusias.

Wanita ini bahkan meminta pelayan membawakan lebih banyak lilin dan korek api.

Jennie masih bingung dengan apa yang terjadi. Entah darimana wanita ini tiba-tiba datang kemudian bergabung dengannya. Walaupun saling mengenal, Jennie merasa hubungan mereka belum sedekat itu.

"Aku tau aku hanya orang asing dihidupmu. Meski mirip kita tidak akan pernah sama. Aku tau sampai kapanpun aku tidak akan bisa menggantikan posisi ibumu dihatimu tetapi entah mengapa naluriku berkata aku harus melakukan ini" tutur orang tersebut yang tak lain dan tak bukan adalah Jessica. Teman baik Taeyeon.

Satu jam yang lalu dia mendapatkan panggilan dari Taeyeon. Meminta bantuannya untuk menggantikan posisi Sooyeon walau Taeyeon tau itu adalah hal mustahil. Mirip belum berarti sama. Anak kembar saja masih ada bedanya apalagi ini yang tidak ada hubungan darah apapun.

Namun karena dia seorang ibu, Taeyeon tentu ingin melihat putrinya bahagia. Ingin putrinya keluar dari tempurung luka. Luka bernanah yang tak kunjung sembuh.

Melihat respon Jennie yang terdiam, Jessica merasa hampa. Mungkin Jennie sedang ingin sendirian.

"Baiklah jika kau tidak mau. Aku pergi dulu" pamitnya hendak meninggalkan tempat.

"Tunggu" ucap Jennie menahan langkahnya.

"Selesaikan apa yang telah kau mulai" imbuhnya membuat seutas senyuman terbit dibibir ranum Jessica.

Jessica balik ke tempat duduknya semula. Menghidupkan lilin diatas kue lalu menyuruh Jennie berdoa membuat harapan.

"Apa boleh aku meminjam waktumu hari ini?" pinta Jennie sehabis meniup lilinnya.

"Apa itu kado yang kau inginkan dariku?" Jessica balik bertanya. Tanpa banyak bicara, Jennie mengangguk cepat.

"Baik, apa yang kau ingin lakukan bersamaku"

"Pantai. Aku mau ke pantai" dan Jessica mengangguk mengiyakan.

Mereka memilih pantai yang dekat dari sini. Mumpung dikasih libur satu hari oleh Taeyong. Jennie tidak perlu pusing memikirkan pekerjaan.

"Kamu menyukai pantai?"

"Tidak terlalu" jawab Jennie yang mendudukkan dirinya begitu saja diatas pasir.

"Ini kali pertamaku ke pantai setelah dua puluh tahun" ungkap Jennie sementara Jessica diam menyimak.

"Kenapa begitu?"

"Aku punya kenangan buruk dengan pantai"

Jennie memusatkan perhatian pada Jessica setelah sebelumnya menatap lurus. Sorot matanya menjurus pada perut besar Jessica. Jessica yang paham tatapan tak terbaca Jennie itu pun lantas bersuara.

"Aku sudah hamil waktu itu tapi memang belum terlalu kelihatan" ujarnya diiringi kekehan canggung.

"Apa Mommy yang meminta Aunty kesini?" sadar tidak akan bisa membohongi Jennie, Jessica terpaksa mengangguk jujur.

"Aku melakukannya bukan karena terpaksa dan bukan juga karena Taeyeon. Aku melakukannya untukmu" senyum Jessica membuat Jennie membuang muka. Dapat dia lihat wanita itu tulus mengatakannya.

"Aku hanya takut apa yang terjadi terulang lagi"

Jessica mendekatkan diri. Meraih bahu Jennie dan membawanya untuk di dekap membuat sang empu membeku.

"Itu sudah berlalu. Tidak akan mungkin terjadi lagi"













Tbc

Eternal Wound ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang