***
Upacara kelulusan sudah, pesta kelulusan sudah, acara lamaran juga sudah. Sebenarnya Seokjin sudah menawarkan pada Jungkook untuk mengadakan acara pertunangan secara resmi. Dihadiri beberapa saudara dan teman dekat, namun Jungkook menolak. Jujur saja ia masih malu mengakui bahwa ia akan segera menikah sementara seluruh teman-temannya sedang mengalami euphoria mempersiapkan segala hal keperluan untuk memasuki dunia perkuliahan.
Hari-hari setelah Seokjin melamar Jungkokk, Seokjin semakin gencar berkunjung. Ia selalu menyempatkan waktu untuk membawa beberapa cemilan yang Jungkook inginkan. Bukan hanya itu, pria dengan kesibukan yang luar biasa tersebut sampai menyerahkan beberapa tender besar pada Namjoon dan lebih memilih untuk menemani hari libur Jungkook yang 'membosankan' katanya. Seperti hari ini. Rabu. Jungkook yang sedari bangun tidur hanya berdiam diri di atas kasur sembari memainkan ponselnya, tiba-tiba saja memiliki ide untuk pergi ke Hokkaido untuk membeli beberapa camilan khas.
"Iya pak! Adek mau kesana, ayo sekarang, adek siap-siap dulu ya."
Dalam sebuah percakapan telepon, Jungkook mematenkan keputusan sepihaknya untuk berlibur di hari Seokjin bekerja. Mau bagaimana lagi? Rencana hari ini ingin mengajak Mingyu sarapan bubur di tempat langganan mereka berujung dengan penolakan. Ya - lagi dan lagi Jungkook mendapat penolakan. Mingyu yang dulunya selalu mempunyai banyak waktu untuk Jungkook, sekarang seakan menjauhi. Saat Jungkook pergi kerumahnya pun, orang tua Mingyu selalu mengatakan kalau putra semata wayang mereka sedang tak ada di rumah.
___
Tiga puluh menit berlalu dan Jungkook selesai membersihkan diri. Tepat setelah itu, ia masih mengenakan handuk saat mempersiapkan berbagai macam keperluan - pakaian yang akan dibawanya menuju tempat paling dingin di belahan dunia Jepang.
"Ini sudah, ini juga siap. Apa lagi ya?"
Jungkook mengarahkan jari telunjuknya untuk menopang dagu. Berpikir keras hanya karena ia tak ingin kelupaan membawa sesuatu yang penting. Pikiran yang kosong bukannya terisi dengan jawaban yang ia cari melainkan tiba-tiba menerawang jauh pada beberapa tahun silam saat sekolahnya mengadakan acara tamasya di salah satu kota tua di Korea. Masih teringat jelas bagaimana setiap malam selama lima hari itu, Jungkook tak bisa tidur dan Mingyu selalu menemaninya, bernyanyi dan mendongeng setiap malam sampai Jungkook dapat tertidur pulas. Ah - tentu saja, Jungkook sangat merindukan sosok sahabat yang satu bulan ini tak dapat ia temui.
Asyiknya melamun membuat lelaki bergigi kelinci itu pun semakin larut dalam kenangan. Tak sadar bagaimana sebuah pintu terketuk dari luar - "mommy?"
"Kenapa belum siap dek? Mas Seokjin sudah menunggu di luar."
"Ini adek masih coba ingat-ingat apa yang kelupaan tapi sepertinya sudah semua."
"Sini mommy bantu. Adek ganti pakaian saja. Untung tadi mommy tidak menyuruh calonmu itu kesini sendiri."
"Mommy ~."
"Hilangkan deh kebiasaan pakai handuk dalam kamar begini dek. Kamu sudah besar loh. Kalau kamu sedang ada acara dengan Seokjin dan kelakuan kamu masih seperti ini, mommy jadi khawatir mau ijinkan kamu kemana-mana berdua sama Seokjin. Mau bagaimanapun kalian belum menikah."
"Iya mom, adek tau."
"Ya sudah cepat ganti pakaian, Seokjin sudah menunggu. Oh iya, ada titipan bubur buat adek dari Minu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cutie Husband ✔️
Ficção AdolescenteKisah cinta klasik dua insan yang terjalin karena perjodohan. Jungkook, seorang laki-laki periang yang masih duduk di bangku sekolah, dipaksa untuk menerima perjodohan 'konyol' yang dibuat oleh sang kakek bersama sahabatnya. Menikah muda tentu bukan...