***
Disini lah Seokjin saat ini. Seperti biasa, di bawah pohon yang cukup rindang di dalam mobil menanti calonnya menyelesaikan jam pelajaran sekolahnya. Disisi samping kanannya ada setumpuk kardus berisi makanan manis kesukaan Jungkook. Bahkan beberapa juga tersimpan di bangku penumpang belakang. Hari ini pesan dari Jungkook yaitu 'dua belas box donut + tiga belas avocado coffee ya pak. Ini bukan buat adek semua tapi buat teman-teman satu kelompok dan pak satpam sama bapak penjaga perpustakaan. Hari ini adek ada kerja kelompok di perpustakaan.' Imut, menggemaskan. Sekalipun Jungkook menginginkan untuk membeli tokonya pun akan Seokjin berikan.
Sembari menunggu perintah dari si manis untuk membawa makanan dan minuman pesanannya ke dalam area sekolah, Seokjin menyempatkan diri untuk menghubungi sahabatnya. Sahabat yang sekaligus merangkap sebagai asisten pribadinya. Kim Namjoon.
"Ya - siapkan kamar VVIP untuk nanti malam - saya dan Jungkook akan menginap satu malam disana - tidak! Jangan satu kamar tapi dua kamar terpisah dengan pintu yang terhubung satu sama lain - ketatkan penjagaan dan siapkan beberapa bodyguard untuk fokys pada Jungkook - tugas kalian hanya fokus pada satu orang, Jungkook."
Sesuai dengan julukannya, The Wolf, Seokjin tentu cukup ditakuti oleh banyak pebisnis kelas atas. Namun hal seperti itu pula yang menjadikan ia dan orang-orang terdekatnya semakin menjadi incaran para manusia yang hanya menginginkan perebutan kekuasaan melalui cara yang tidak sehat. Untuk Seokjin sendiri hal seperti itu sudah bukan awam. Tapi untuk Jungkook? Hal itu pasti berbeda. Meski orang tua Jungkook pasti merasakan hal yang sama tapi mereka selalu berhasil menyembunyikan ketegangan mereka saat berada di tempat umum sebab sudah pasti mereka tak ingin Jungkook merasa takut - terkekang -ataupun sebaliknya. Setiap Seokjin menjemput Jungkook pun, sebenarnya ia tau ada banyak pasang mata yang mengintai. Mereka para bodyguard yang sengaja keluarga Jeon siapkan untuk menjaga putra emas dari kejauhan karena orang tua Jungkook tak pernah menginginkan putra mereka mengetahui hal tersebut.
Terlalu sibuk memikirkan Jungkook, membuat Seokjin sedikit terlonjak saat mendengar ponselnya berbunyi. Tak ada lagi suara gelegar sebab sejak peristiwa malam dimana Jungkook mendengar Seokjin sedikit merendahkan suaranya, ia menjadi 'takut' (?) Namun tetap, ia banyak mau - banyak bicara - dan suka memerintah. Hanya saja ia tak pernah mengulangi emosi yang entah mengapa bisa datang dengan sendirinya malam itu.
Jungkook memberi perintah agar Seokjin segera membawa pesanannya masuk ke dalam. Tak lupa ia memberitahukan bahwa ada satu orang temannya yang akan membantu Seokjin menunjukkan jalan menuju perpustakaan.
Tak lama setelah panggilan terputus, ada seorang pria memakai seragam sekolah namun perawakan layaknya mahasiswa menghampiri Seokjin.
"Pak Seokjin ya?"
"Iya."
"Anak temannya mommy? Saya Mingyu."
Mingyu mengulurkan tangannya untuk berjabat dan dibalas oleh Seokjin.
"Mingyu?"
"Maaf - Mingyu atau ? Minu? Maaf takutnya saya salah dengar."
"Oh, nama saya Mingyu. Kalau Minu - itu panggilan Kookie untuk saya. Mungkin anda sering mendengar nama saya disebut Kookie ya?"
"Kookie?"
"Ah, Jungkook maksud saya."
Pria tersebut menyunggingkan senyum. Tampan. Memang tampan. Pantas saja Jungkook -
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cutie Husband ✔️
Ficção AdolescenteKisah cinta klasik dua insan yang terjalin karena perjodohan. Jungkook, seorang laki-laki periang yang masih duduk di bangku sekolah, dipaksa untuk menerima perjodohan 'konyol' yang dibuat oleh sang kakek bersama sahabatnya. Menikah muda tentu bukan...