***
Aku memang egois. Aku yang menyetujui keinginan suamiku untuk mengasuh seorang anak kecil berkebutuhan khusus, dimana anak tersebut merupakan darah daging pasanganku sendiri, namun aku jugalah yang saat ini merasa tak ada beban ketika anak tersebut tak berada di sekitarku.
Jean. Sejak keputusanku untuk menjalani pengobatan sebelum hari kelahiran datang, mas Seokjin meminta ijin padaku untuk menitipkan Jean pada kedua orang tuaku. Aku meng-iya-kan tentu saja. Sebab secara tak langsung, aku butuh konsentrasi penuh pada diriku sendiri agar dapat pulih sepenuhnya.
Author pov
"Sayang, hari ini mau jalan-jalan?"
"Kemana mas?"
"Ke .... terserah kamu dek." Seokjin mendekat dan mengusap lembut perut Jungkook yang semakin membesar. Sudah satu bulan menjalani rawat jalan, keadaan Jungkook semakin membaik. Ia tak mengalami delusi berlebihan. Mungkin kecemasan yang datang tiba-tiba ketika ia tertidur, akan langsung hilang setiap kali Seokjin mendekapnya dalam mimpi.
Tak hanya itu. Selama masa pengobatan Jungkook pula, Seokjin memilih untuk meninggalkan pekerjaannya. Ia limpahkan semuanya pada Namjoon. Hanya sesekali ia akan pergi ke kantor dengan membawa serta Jungkook bersamanya.
"Ke rumah mommy?"
"Kenapa ke rumah mommy? Kamu rindu mommy?"
Sebuah gelengan ia berikan, lalu bangkit menuju dapur. Di siang hari seperti ini, Jungkook biasa mengkonsumsi buah-buahan yang selalu tersedia di dalam kulkas. Ia tertegun sejenak sebab baru semalam kulkasnya setengah kosong, namun siang ini sudah terisi penuh kembali. Entah kapan Seokjin menyempatkan diri untuk berbelanja? Padahal seingat Jungkook, sejak ia membuka mata pagi tadi, ia mendapati suaminya masih tertidur tepat dibelakangnya sembari memeluk perut besar Jungkook.
"Mas, kamu mau makan jeruk?"
"Aku? Kenapa tidak kamu saja yang makan dek? Mas kan tidak suka jeruk."
Satu buah jeruk sudah berada dalam genggaman Jungkook. Namun setelah mendapat jawaban dari sang suami, Jungkook langsung meletakkan jeruk tersebut di atas meja dapur. Bibirnya mengerucut tajam serta pipi tembamnya dibuat semakin menggembung.
"Loh, kenapa? Kok tidak jadi makan buahnya?"
Jungkook berlalu begitu saja. Kali ini ia malas meladeni suaminya sebab - ya begitu saja masak tak paham juga? Jungkook ingin Seokjin yang memakannya (titik). Seharusnya tak perlu Seokjin menjawab ini dan itu.
"Dek ..."
"Lepas mas, adek mau mandi."
"Tidak jadi makan buahnya?"
"Tidak."
"Marah? Kenapa? Mas salah? Maunya bagaimana? Mas yang makan jeruknya? Ya sudah mas makan ya. Jangan marah hmm?"
"Mau?"
Beberapa waktu setelah pengobatan pertama Jungkook kala itu, Seokjin semakin mengerti beban yang harus ditanggung suami kecilnya. Menikah di usia muda, lalu dihadapkan dengan berbagai permasalah seperti harus mengasuh seorang anak yang bukan anak kandungnya, terlebih lagi anak tersebut berkebutuhan khusus. Seokjin mengerti betul bahwa, jika saat ini Jungkook semakin manja saat tak ada Jean bersama mereka, itu adalah sifat alaminya. Seokjin yakin, dengan ia memanjakan Jungkook seperti itu, akan membantu kesembuhan suami kecilnya lebih cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cutie Husband ✔️
Novela JuvenilKisah cinta klasik dua insan yang terjalin karena perjodohan. Jungkook, seorang laki-laki periang yang masih duduk di bangku sekolah, dipaksa untuk menerima perjodohan 'konyol' yang dibuat oleh sang kakek bersama sahabatnya. Menikah muda tentu bukan...