EPILOGUE

482 75 25
                                    










*****









Suara tangis bayi terdengar memenuhi seisi ruangan. Malam ini, Seokjin baru saja selesai dengan pekerjaannya. Pukul satu malam ia pulang ke rumah, mandi, berganti pakaian dan siap menyapa sang buah hati beserta pasangannya. Keduanya tengah tertidur pulas hingga membuat Seokjin merasa bahwa ia harus tidur juga agar tak mengganggu keluarga kecilnya.

Tak perlu menunggu waktu lama, Seokjin sudah terbawa ke alam mimpi. Bahkan suara tangisan sang putri pun tak mampu menyadarkannya.

"Sayang? Eunnie bangun? Iya dek jangan nangis ya, mama disini."

Jungkook melihat sisi ranjangnya dimana sang suami sudah tertidur pulas. Wajahnya sedikit menekuk. Timbul rasa iri melihat Seokjin yang dapat terbaring tanpa hirau dengan suara tangis bocah kecil disampingnya.

Jungkook segera mengangkat si kecil. Membawanya dalam gendongan dan mencoba menenangkan bayi mungil yang baru satu jam lalu tertidur. Sebelumnya bayi itu tak membiarkan Jungkook beristirahat. Yang dapat Seokjin lihat hanya saat Jungkook dan bayinya 'sempat' tertidur saja.

Lelaki manis itulah bergegas. Ia tak ingin membangunkan sang suami sebab Jungkook tau Seokjinnya pun pasti baru saja terpejam.

"Eunnie, jangan nangis ya sayang. Ssshhhhh ada mama disini."

Sembari menggoyangkan badan, tangan yang tak berhenti menepuk halus pantat si bayi, Jungkook mulai menyodorkan putingnya. Setelah tangisan bayi itu mereda, Jungkook duduk di kursi meja hiasnya. Ia menghadap ke arah cermin. Dilihatnya kantung mata yang begitu tebal disertai dengan sedikit keriput di bagian mata membuat Jungkook terlihat tak cantik lagi.

Sembari mengatur nafas yang hampir tercekat, Jungkook tiba-tiba saja termenung. Tak lama setelahnya ia terisak lirih. Ia tak merajuk. Bukan pula ia tak ikhlas dengan semua yang ia lakukan pada anak pertamanya -      ah maksudku putri keduanya. Tapi Jungkook juga ingin dimengerti. Kenapa selama ini tak ada yang menanyakan bagaimana keadaannya?

Setiap kali mama Kim ataupun mommy Jeon datang menjenguk, mereka hanya akan menanyakan apakah Jean dan Eunnie makan dengan baik? Atau bagaimana perkembangan keduanya. Sungguh, Jungkook tak bohong! Ia sangat bahagia saat melihat mertua dan orang tuanya memperlakukan cucu-cucunya dengan baik. Tapi -

"Adek? Sayang? Kamu nangis? Adek kenapa?"

Sebuah suara muncul kala Jungkook tengah meratapi nasibnya.

"M-mas... (Hiks).."

"Adek kenapa nangis? Kamu sakit?"

Beruntunglah Seokjin terbangun. Saat ia berniat membalikkan tubuh, dengan setengah kesadarannya Seokjin merasa tak ada hawa disisi kirinya.

Telapak tangan besar mendarat di dahi si manis dan terasa sedikit panas disana.

"Astaga, kamu sakit sayang?"

Kenapa? Kenapa baru sekarang suaminya ini menanyai keadaannya? Jungkook sudah merasa tak enak badan sejak dua hari lalu. Bayinya yang berusia tiga bulan ini selalu rewel saat tak ada papanya di rumah.

Namun Jungkook tak mampu menjawab pertanyaan sang suami. Ia takut dengan dirinya yang seperti ini, malah terlihat tak becus.

Bukannya menggendong bayi mereka, Seokjin malah pergi meninggalkan Jungkook saat lelaki manis itu tak menjawab pertanyaannya.

My Cutie Husband ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang