TRUST ME (Jungkook)

595 98 24
                                    





****














Jungkook terlalu takut. Takut akan rasa serakah untuk memiliki keluarga yang sempurna seperti yang ia idamkan. Begitulah ia memikirkan tentang dirinya saat ini. Kali ini bukan hanya Seokjin, tapi semua orang. Ia mendiamkan semua orang bukan karena ia ingin, melainkan karena ia terlalu canggung menghadapi semua keluarga dekat, bahkan suaminya sendiri. Ia bahkan meminta ijin pada kedua orang tuanya untuk pulang ke apartemen sang suami agar hatinya sedikit tenang. Meski di awal sempat terjadi pertentangan dari beberapa pihak, namun kali ini Jungkook berhasil memenangkan ego nya. Ah - sakit rasanya. Sebab setiap kali ia menamai keinginannya sendiri sebagai ego. Padahal, bukankah semua orang berhak memiliki kemauan?

"Mas harus berangkat kerja. Kalau adek butuh sesuatu, adek bisa hubungi mas."

Seokjin hendak mencium kening suami kecilnya seperti biasa namun urung sebab Jungkook seakan menghindar. Setelah Seokjin berbicara seperti itu, ia langsung mengalihkan pandangan pada putranya.

"Yan, papa mau berangkat." Begitu ia bicara untuk mengingatkan Jean bahwa ayahnya akan segera pergi dan Jean harus mengantar sang ayah sampai depan pintu.

"Nanti lagi makannya, sayang. Papa mau berangkat, Jean." Anak kecil itu seakan tak menghiraukan kalimat sang mama. Ia malah asyik sendiri dengan sarapan kesukaannya.

"Sudah. Biarkan. Mas pergi dulu sayang." Jungkook mengangguk serta menyerahkan tas jinjing milik suaminya.

Sampai detik ini, ribuan kata maaf selalu Seokjin ucapkan setiap kali mereka tengah berdua. Begitupun dengan Jungkook yang akan menjawab dengan 'aku sudah memaafkan mu mas, tolong jangan bahas itu lagi.'

Mudah bukan? Tapi bukan itu yang Jungkook inginkan. Ia ingin penjelasan dan Seokjin belum memberikannya hingga saat ini. Apa memberikan penjelasan adalah hal yang sangat tidak diinginkan oleh Seokjin? Lantas apa yang ia katakan pada kedua orang tuanya sampai kedua orang tua Jungkook pun sanggup menutupi sebuah kebenaran yang ya - jika saja Jungkook tak mencari taunya sendiri, mungkin ia tak akan pernah mengetahuinya sampai saat ini.

Entah penjelasan itu hanya bualan semata atau memang benar adanya, Jungkook tak akan mempermasalahkan itu. Karena baginya, akan lebih terasa canggung jika Seokjin tetap diam dengan segala rahasianya. Jungkook hanya ingin menjadi bagian dari Seokjin. Hingga tak ada setitik pun rahasia yang akan tertutupi dari keduanya.

Waktu pun berlalu begitu cepat. Bahkan saat ini usia kandungan Jungkook sudah memasuki usia tiga puluh Minggu. Jika boleh berkata jujur, Jungkook rindu. Ia merindukan suaminya. Ia rindu bersenda gurau saat tengah malam. Ia rindu sapa mesra dan manja saat bangun tidur dan Jungkook juga rindu saat Seokjin yang pendiam akan menjadi banyak bicara jika ia berbuat 'nakal'. Tapi apa yang bisa Jungkook lakukan agar keadaan kembali membaik? Sementara egonya belum ingin mereda.






















***

Musim dingin tiba. Sebelum berangkat bekerja, Seokjin sempat mengingatkan Jungkook bahwa hari ini, ia akan pulang bersama seorang tamu. Namun ia menolak keras jika saja Jungkook memaksa untuk memasak dan menyiapkan bermacam hidangan. Tak cukup dengan itu, hubungan keduanya masih tak beda jauh dengan beberapa waktu lalu meski ini sudah lebih dari beberapa minggu berlalu.

"Jangan mengerjakan apapun. Mas sudah memesan makanan dari restoran apartemen." Tepat pukul empat sore, Seokjin mengirim sebuah pesan pada Jungkook.

Masih dengan kebiasaan Jungkook selama tak ada suami di rumah. Ia akan sibuk membersihkan rumah sembari memantau si kecil yang tengah bermain. Jungkook harus siap siaga dengan suasana hati Jean yang belakangan ini sering berubah-ubah.

My Cutie Husband ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang