WE

557 68 35
                                    










'A- apa? Kamu - ?'

'Iya mas. Aku hamil. Hamil anak kita. Mas aku senang sekali. Apa dengan ini orang tua kamu akan menerima kehadiran aku?'

Sore itu saat Seokjin tengah bergelut dengan pekerjaannya, sang kekasih tiba-tiba saja menelepon dan memberitahukan sebuah kebenaran yang cukup membuat Seokjin hilang fokus.

Sebuah berita kehamilan yang entah apakah itu akan menjadi suatu berita membahagiakan ataukah malah menjadi mala petaka baginya, entahlah.

Tepat dua bulan lalu saat Seokjin akhirnya memberanikan diri membawa Taehyung bertamu dan menemui keluarganya, ternyata cinta keduanya seperti tak mendapat restu. Orang tua Seokjin tentu menyambut kehadiran Taehyung dengan baik namun itu semua terasa seperti topeng -                    asing. Jangankan Taehyung, Seokjin saja mengakui. Tapi hal itu tak lantas membuat Seokjin menyerah. Ia masih memperjuangkan cintanya -               cinta pertama -              dan akan selalu seperti itu (katanya).

"Jin."

Pria tampan yang dua jam lalu menangis tanpa suara, sungguh terlihat menyedihkan. Meratapi sesuatu yang sebenarnya siapapun tak tau apakah itu patut dipercaya? Tatapan kosong itu masih sama. Sejak air mata mulai mengering, rasanya makin ngilu sebab tak ada lagi yang mampu menjadi alat pelampiasan Seokjin sendiri.

Bercerita pada kedua orang tuanya? Mana mungkin! Menceritakan masa lalunya pada Jungkook? Apa lagi! Mustahil!

"Pulang Jin, sudah larut. Kasihan Jungkook sendirian di apart."

Seperti mengabaikan suara-suara bising dari luar kepala dan terus berfokus pada masa lalu dimana ia mencampakan kekasihnya hanya karena tak sengaja mendengar pembicaraannya dengan seorang lelaki yang baru ia ketahui telah menjalin hubungan cukup dekat dengan Taehyung.

'Tidak! Tolong dengarkan dulu! Tidak! Tolong beri aku kesempatan! Tidak -            tidak!                     Tidak!'

"Kim Seokjin!" Namjoon menepuk bahunya cukup keras agar pemuda tersebut segera tersadar sebab keadaannya sungguh terlihat mengkhawatirkan.

"Jin, percayakan padaku. Aku akan selidiki kebenaran soal anak Taehyung. Jangan terlalu dipikirkan! Berita ini tak akan sampai keluar. Aku berjanji! Sekarang lebih baik kamu pulang."

"Aku ingin bertemu Tae, Joon."

"Jangan gegabah Jin!"

"Tidak! Ini sudah benar! Aku memang harus menemuinya sekarang juga supaya benang merah kusut ini segera menemukan titik terang."

Seokjin beranjak dari singgasananya. Berjalan lebih cepat meninggalkan Namjoon yang terus saja mengekori.

"Jin!"

Ia sama sekali tak mengindahkan panggilan sahabatnya. Yang terpenting bagi Seokjin saat ini adalah melihat keberadaan 'anak' nya. Jantung berdebar begitu kencang, rasa-rasanya ingin meledak sebab tak sabar melihat buah hati yang usianya sudah bisa Seokjin tebak! Empat tahun!

"Apa dia sudah sekolah? Dimana? Laki-laki atau perempuan? Siapa namanya?"

Rasanya Seokjin ingin kembali menangis. Seperti apa darah dagingnya itu? Cantik? Tampan? Mirip ia atau?

"Jungkook?"

Apa lagi ini Tuhan? Seokjin pikir ia mulai berhalusinasi atau bahkan gila (?)

"Pak Seokjin!" Ah ternyata itu benar Jungkooknya.

"Adek!" Seokjin menghampiri sosok suami kecilnya yang terlihat berdiri di dekat mobil taksi.

"Adek kenapa bisa disini?"

My Cutie Husband ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang