Kedatangan Bara

240 23 17
                                    

“Orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang menaruh dendam kesumat (bertengkar)” (HR Muslim).

---

Beberapa saat setelah kejadian tadi, Faris memutuskan untuk mengajak istrinya untuk pergi jalan jalan mencari makan. Mereka masih memiliki waktu 1 hari lagi untuk menikmati indahnya kota Semarang.

Saat ini Aneesha hanya ingin makan nasi pecel khas semarang, entah mengapa dirinya tiba-tiba menginginkan makan nasi pecel. Faris menurutinya, dirinya takut jika permintaan Aneesha itu adalah sebenarnya keinginan dari bayinya.

"Mas, nasi pecelnya 3 ya." Faris memesan seraya mengusap perut Aneesha yang terlihat semakin membesar, padahal baru di tinggal beberapa saja. Pasti istrinya itu makan dengan teratur, syukurlah!

Untung saja di sana sangat sepi pengunjung, hanya ada dirinya dan Aneesha yang masuk ke dalam warung itu. Faris tak mempermasalahkan, dirinya justru senang bisa bermesraan dengan sang istri.

"Habibi?" panggil Aneesha, dia menundukkan kepalanya melihat ke Faris yang masih mengusap usap perutnya.

"Hmm? Kenapa zawjati?" tanya Faris lembut, tetapi tak mengalihkan pandangannya dari perut Aneesha.

Pria itu justru terkekeh saat melihat perut istrinya itu sedikit bergerak, pertanda istrinya itu sedang lapar. Faris menarik Aneesha masuk ke dalam pelukannya, tetapi tak lama kemudian dia melepaskan kembali pelukannya karena makanan yang dia pesan telah datang ke mejanya.

"Terima kasih!" ucap Aneesha dengan lucu.

Faris geleng-geleng kepala melihat tingkah istrinya yang semakin hari semakin mengemaskan dengan perut yang semakin hari semakin membesar seperti balon udara.

"Makan yang kenyang, nanti kalau gak kenyang pesen lagi."

Aneesha mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan Faris, wanita muda itu menatap suaminya dengan tatapan tajam. Sedangkan yang di tatap hanya terkekeh, seolah tidak takut dengan peringatan yang di berikan oleh sang istri.

"Kamu kira aku makannya banyak?" tanya Aneesha ketus.

"Haha siapa yang bilang kalau makan kamu banyak? Kan aku cuma bisa kalau gak kenyang ya pesan lagi, memangnya salah?" Faris semakin menahan tawanya saat melihat wajah Aneesha yang semakin masam.

"Itu kan secara ga sadar bilang kalau makanku banyak!"

"Mana ada sayang. Makan kamu gak banyak kok, cuma dedenya aja yang doyan makan," balas Faris seraya mengulum senyumannya.

"Cih itu sama aja bilang aku doyan makan, kan dede utunnya ada di perut aku!" protes wanita muda itu.

"Beda, kan dede utunnya cuma numpang di perut kamu sayang," balas Faris tengil.

"Sabar nes, sabar ... orang sabar suaminya 2, tenang aja," gumam Aneesha menyemangati dirinya sendiri.

Faris melotot mendengar gumaman Aneesha, apa istri kecilnya itu berniat untuk mencari suami lagi? Lalu bagaimana dengan dirinya? Apakah akan di jadikan yang kedua, tapi kan dirinya yang pertama?

Raut wajah Faris sangat terlihat overthinking, membuat istrinya tertawa melihatnya. Aneesha mencubit perut Faris, yang di cubit mengaduh kesakitan.

"Ashh ... Sakit sayang." Faris mengusap perutnya.

"Udah ayo makan dulu, nanti di cariin yang lain kitanya." Aneesha langsung menyuap makanannya ke dalam mulutnya.

Faris geleng-geleng kepala, sedikit takjub dengan tingkah istrinya yang berganti-ganti mood secara cepat. Tetapi syukurlah jika istrinya tidak merajuk lagi, lebih baik begini daripada Faris di diamkan olehnya.

---

Beberapa menit setelahnya, mereka berdua kembali ke dalam penginapan. Faris mengajak Aneesha ikut bersamanya, karena Ali tadi menyuruh untuk mengikut sertakan Aneesha. Faris menyetujui saat dirinya melihat istrinya sedang baik-baik saja.

"Hati-hati sayang jalannya!" ucap Faris ketika melihat Aneesha yang seperti akan terjatuh karena menabrak tembok.

Wanita itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Udahh, tapi temboknya aja yang nakal! Ya kan tembok? Kamu yang nakal kan?" tuduh Aneesha, wanita itu juga memukul pelan tembok itu.

Faris menghela napasnya, untung saja dirinya masih kuat menghadapi sikap absurd istrinya. Jika tidak sayang, sepertinya Faris akan membuang istrinya di kandang kambing.

"Mana ada! Kamu yang salah sayang, kok temboknya yang di salahin sih?" ucap Faris lembut, dia menarik tangan Aneesha dan memeluk istrinya.

Faris mengelus dengan sesekali memberikan kecupan hangat di puncak kepalanya, semuanya buyar ketika mereka berdua mendengar suara dehaman yang tak jauh darinya.

Faris dan Aneesha mendongak, mereka mendapati Bara yang sedang menatap ke arah mereka berdua. Di mata itu Faris bisa memastikan jika perasaan Bara untuk istrinya masih ada, tetapi laki-laki itu mencoba untuk menepisnya. Faris bisa membuktikannya hanya dari tatapan yang Bara palingkan dari istrinya. Sebenarnya dirinya juga merasa kasian dengan laki-laki itu, tetapi mau bagaimana lagi? Sudah takdirnya Aneesha menjadi istrinya dan mereka semua harus bisa menerima takdirnya.

Aneesha masuk ke dalam dekapannya Faris, seakan takut ketika melihat Bara. Sudah cukup dahulu dirinya berkali-kali mendapatkan fitnah karena laki-laki itu, sekarang dirinya tak mau lagi.

Hati Bara terasa nyeri melihat Aneesha yang tak ingin memandang ke arahnya. Perempuan yang dulunya merupakan teman semasa kecilnya, sekarang terlihat sangat menghindari dirinya.

"Maaf, istri saya hanya kekenyangan makan. Makanya dia mau tidur, tapi Ali maksa untuk bergabung." Faris tak enak hati saat tak ada respon apapun dari laki-laki itu.

"Kalau di ajak ngomong itu di jawab!" ucap Aneesha sedikit menggertak Bara.

Laki-laki terkesiap, dan begitu juga dengan Faris yang mendengar respon istrinya.

"Syut, gak boleh gitu sayang," ucap Faris lembut.

"Yang lalu lupakan, jangan ada dendam di hati. Bukankah kamu sendiri yang bilang jika Allah saja memaafkan hambanya yang bersalah, masa kita sebagai sesama makhluk ciptaannya tidak bisa saling memaafkan? Sudah ya? Maafkan Bara, tolong ikhlaskan segalanya yang sudah terjadi di masa lalu."

Aneesha diam, tak lama kemudian mengangguk meski di dalam lubuk hatinya masih terdapat rasa tak rela yang begitu besar. Namun, Aneesha akan belajar mencoba untuk mengikhlaskan segala sesuatu yang pernah terjadi, Aneesha akan menganggapnya sebagai takdir Allah yang memang harus dia lalui.

"Iya aku maafin, tapi jangan bawa dia deket sama Anes dulu hubbie!" bisik Aneesha kecil, tetapi masih bisa di dengar oleh Bara.

Laki-laki itu tersenyum getir, "Aku tidak akan menganggumu, kamu tenang saja." Bara berlalu dari sana.

---

Haloo

Apa kabar?

Lama tak jumpa

Aku baru selesai urusannya 🤭

Living With Mas SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang